Maryam adalah ponakan pertamaku, ia lahir di Istanbul tanggal 25 Mei 2013, yang juga hari meninggalnya pamanku, Abu begitu anak-anaknya dan kami ponakannya memanggil beliau.
Maryam cicit pertama di keluarga besar Usman (kakekku) dari Istri ketiga beliau yaitu nenekku. Ya kakekku orang hebat, istrinya tiga, malah Aku belum punya satu pun.
Maryam atau Meryem panggilannya di Turki, menjadi sangat istimewa karena dia juga cucu pertama dari keluarga dari pihak ayahnya.
Lebih istimewa lagi karena maryam berdarah Aceh-Turki. Menggabungkan nama Aceh dan Turki tidak asing lagi di telinga kita sebab Aceh-Turki memiliki hubungan mesra di masa lampau di era keemasan Kekhalifahan Uthmany.
Maryam saat usia 6 bulan
Lada Secupak adalah kisah yang sangat masyhur yang mengisahkan hubungan sangat erat antara Kekhalifahan Uthmany dan Kesultanan Aceh.
Maka tidak heran sekarang hubungan itu kembali disemarakkan dengan hubungan pernikahan kedua warganya. Kurang lebih ada 7 pasangan Aceh-Turki yang diketahui oleh mamaknya Maryam dan sekarang mereka menetapkan di Turki. Dan mungkin trend itu akan berlanjut kedepannya. Faktanya orang Aceh sangat menarik di hati orang Turki.
Aku dan keluarga Maryam, Aku kemeja biru.
Sekarang Maryam beranjak 5 tahun umurnya. Dia adalah pribadi yang aktif, ceria dan suka bergaul. Pernah suatu kali kami pergi ke Mall di salah satu sudut kota Istanbul, di taman bermain Mall itu maryam dengan mudah menemukan temen-temen baru, karena karakternya yang ingin bergaul dan bersosialisasi. Dia malah yang menyapa mereka dan mempengaruhi mereka untuk menjadi temannya.
Maryam saat Shoping di salah satu Mall di İstanbul
Maryam pribadi yang membahagiakan, dia sangat antusias saat berkomunikasi dengan Maminya (panggilan untuk neneknya di Aceh) dan semua keluarganya di Aceh. Walaupun saling tidak mengerti apa yang dibicarakan, karena maryam menggunakan bahasa Turki. Agak sulit baginya belajar bahasa Aceh, karena lingkunnya mengaruskan dia belajar dengan sempurna bahasa Turki. Hanya Annenya (ibu) yang bisa berbahasa Aceh. Tapi in syaa Allah bila pulang ke Aceh nanti, maryam akan kami paksa makan asam sunti biar fasih berbahasa Aceh :D
Maryam juga satu-satunya ponakanku yang cewek, setelah dia ada 3 ponakanku semuanya jagoan, suka berantem dan buat bising rumah. Tapi kehadiran mereka sangat membuat keluarga besar kami bahagia. cahaya mata, titipan dari Tuhan semesta alam.
Demikianlah sedikit perkenalan tentang keponakanku Maryam, si Dara Aceh-Turki. Semoga Aku bisa mengikuti jejak maknya. Hehe
Nama yang bagus bg @martunus. Tidak sperti orang kebanyakan kasih nama anaknya, asai ka meuinggreh si angen kajeut. Padahal nama disamping sbg doa juga menjadi identitas daerahnya.
Teurimeng geunaseh rakan @emsyawall, betoi that yang neupeugah. Nama adalah doa dan identitas, sayang that rame ureung di era milenial nyoe yang ka meu inggreh2 semat nan keu aneuk.
Ini anak kalau pulang ke Aceh degar bahasa disini pasti dipikir bahasa alien,, haha padahai bahasa orang tuanya..!!
Hahaha.. Hana meunan chit rakan, sikrek2 ka jeut ih bahasa Aceh.
yaya mantap mas...
Sebuah nama jadi juga imajinasi ya....salam kenal aja...