Meugang, tradisi Aceh menyambut Hari Raya
Warga Aceh secara turun temurun menjalankan tradisi meugang sejak masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607-1636), abad 16 sampai 17 Masehi, hingga sekarang.
Penduduk Bumi Serambi Mekkah melaksanakan tradisi yang meliputi pemotongan hewan secara massal itu sebagai wujud ungkapan syukur atas segala nikmat serta rahmat Allah SWT pada hari besar Islam.
Saat meugang menjelang bulan Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha, biasanya mereka memotong sapi, kambing, dan kerbau bersama-sama.
Tradisi meugang di Aceh sudah ada sejak masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, itu bagian dari syiar.
Pada masa itu, Sultan Iskandar Muda memerintahkan setiap pemimpin di tingkat permukiman mendata seluruh fakir miskin dan membagikan daging beserta bumbunya kepada mereka yang kurang mampu. Tradisi meugang pada masa itu termaktub dalam Qanun Meukuta Alam Al Asyi, Undang-Undang Kerajaan pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda.
Meugang sudah ditetapkan dalam Qanun oleh kerajaan dan sekarang sudah jadi tradisi.
Tradisi itu masih bertahan. Setiap kepala keluarga masih merasa punya kewajiban moral untuk membawa pulang daging untuk dimasak dan dinikmati bersama keluarga dan kerabat menjelang Ramadhan atau Hari Raya.
Meski harga daging sekarang Rp140 ribu sampai Rp160 ribu per kilogram, namun masyarakat aceh tetap antusias membelinya untuk kebutuhan meugang.
Pasar-pasar tradisional penuh. Para pedagang daging yang sudah mulai berjualan usai shalat subuh kebanyakan sudah menjual habis seluruh barang dagangannya pada pukul 10.00 Wib
Harapannya agar tradisi meugang terus terlestarikan hingga generasi anak cucu dan cicit kita selaku pewaris budaya.
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://www.statusaceh.net/2016/07/meugang-tradisi-aceh-menyambut-bulan.html
The same topic..
Please upvote and followme..@nadilchairi