Dalam banyak kesempatan pada beberapa media populer, kata "lempap" telah menjadi buah bibir. Terutama bagi anak-anak muda jaman pap hingga jaman now.
Bagi sebagian orang di Aceh, terutama yang sudah utok yokyok dan meugokgok watee jak (tua), mungkin sudah tidak asing dengan kata ini. Karena memang, kata ini sudah ada sejak jaman rante bui dulu, seiring dengan adanya kata cacian dalam bahasa Aceh, misal; pap ma! (mother fuck!), kayak pap (fuck you!), pap! (fuck!) dan lain sebagainya. Ya, kata ini memang tergolong ke dalam rumpun kata yang fuck atau negatif.
Lantas bagaimana dengan kata "Lempap" (Lemfuck) sendiri, yang memiliki struktur kata berbeda? Jika kata yang dicontohkan di atas merujuk kepada bentuk cacian, maka kata "Lempap" tidak demikian. Ia merujuk pada orang yang berlaku pap tersebut. "Lempap" dalam hal ini adalah sebuah nama sebut, untuk orang-orang yang terpilih secara kolektif. Oh ya, kata "Lempap" ini hampir sama dengan kata "Jancok" dari Jawa Timur, yang awalnya juga bernada negatif.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa dari balik kata "Lempap" sendiri tersirat makna negatif, yang hadir karena kuatnya penekanan pada huruf akhir; "pap" (Jawa Timur; "cok"). Ya, "pap" memiliki mitos tentang sebuah bentuk cacian atau kecaman. Ia hina. Namun demikian, cacian dan kecaman sebagai mitos tersebut hanya bisa hinggap di kepala orang-orang yang lahir di jaman rante bui dan jaman pap saja, sedangkan di kepala orang pada jaman now, "Lempap" bermakna sahabat.
Dalam Kitab Lempap sendiri dijelaskan, bahwa kata "Lempap" adalah sebuah merk. Ia sengaja dihadirkan untuk membangun konvensi lain, yang bisa membunuh konvensi lama. "Sebuah makna bisa dibongkar ulang, untuk kemudian dimasukkan makna lain, hanya karena makna tersebut sudah berada pada masa yang berlainan. Kata 'Lempap' tidak lebih dari merk yang berbentuk kotak makna, yang digunakan sebagai alat,." tulis dalam Kitab Lempap.
Sebagai merk dan sebuah kotak makna yang berupa tanda, kata "Lempap" sengaja dibiarkan liar. Toh ia hanya dibongkar dan pintunya dibiarkan terbuka lebar, untuk menghadirkan makna yang lebih kaya dari makna sebelumnya. Maka jangan heran, ketika kalian memanggil orang lain dengan sebutan "Lempap" reaksinya akan berbeda-beda, tergantung dari jaman mana ia berada; dari jaman rante bui kah? Dari jaman pap kah? Atau dari jaman now kah?
Tapi saya yakin, orang-orang seperti kalian adalah orang-orang yang sudah mati rasa. Dengan kata lain; teubai muka. Lagee bui. Opzz, jangan marah! Nanti kalian malah tergolong orang yang pernah berada di jaman rante bui dan jaman pap. Vote sajalah, biar kalian terdeteksi sebagai orang yang berada di jaman now, yang positif, yang tidak reaktif buta, yang meutuwah, malem, dan calon orang kaya raya. Aamiin.
Semakin meu "lempap" .....mantap
Thxs bro.. Kuteleh aju pue yang mungken..he
Loen ku vote bah termasuk golongan "now" dan meutuwah.
Hhhhhh...bereh, trimakasih beh..he
Hana that jan kuh ilong jeut keu pembantu. 😂
Hhhhhh..that geupap, kuvot balek hai..kavot ju..hhhh
Memang lempap menjadi kata² yang ringan dan mudah ta peu teubiet 😁😁😁😁
Lempap sudah menjadi tuto orang aceh saat nyo, bravo presiden lempap😂