"The iron stretches from Banda Aceh to Medan, North Sumatra. No less than 450 kilometers of rails continued through plantations, settlements, to penetrate the forest jungle of Aceh."(ATJEH TRAM, 1919-1982)
In Banda Aceh City, there is a historic monument. The monument consists of a locomotive and a railway carriage, a historic evidence if railway transportation ever existed and operated in Aceh Province. At the end there is the word 'BB 84'. Just in front of the locomotive, there is an infromation board which can be seen by the visitors.
"The railway in Aceh was built by the Dutch with the main objective being for political and economic interests. Iron and wood were imported from Singapore in November 1774, wood for rail bearings from Malacca in 1875 and a meter for rail from England in 1875. The 5 KM Ule Lhee-Kuta Radja railway was opened for public traffic on 12 August 1876. Cross Ule Lhee-Kuta Radja is famous as a state railway line in the archipelago."
History of Atjeh Tram
The history of the railway in Aceh first began on 26 June 1874 with the construction of a 5km railway from the demarcation site at Ulee Lhee Port to Kutaradja (Banda Aceh) which the Dutch originally used to transport various military purposes.
Then on August 12, 1876, the line was finally officially opened to the public. When the Dutch began to control part of Aceh, Atjeh Tram began to be supervised by the civilian and his name was changed to Atjeh Staats Spoorwegen (ASS).
Banda Aceh - Medan trajectory was subsequently inaugurated on December 29, 1919. The construction of the 450 kilometer Aceh railway cost about 23 million Golden. Trails and stretch of the built rail that penetrates plantations, rice fields, settlements and major cities in Aceh at that time such as Langsa, Lhokseumawe and Sigli.
In fact, the trajectory of Aceh has an extreme route like in the Seulawah mountains. As time passed, the Aceh railway was finally forced to stop operating in 1982. Not being able to compete with road transport is one of the causes. Many people choose vehicles such as buses and trucks that began to emerge at that time, because it is considered more efficient.
In addition, the lack of passengers, rare spare parts and expensive maintenance costs eventually indirectly 'drove' the trains that have been instrumental in the world of transportation in Aceh for about 108 years.
To Be a Continued
BAHASA INDONESIA
“Besi itu pernah membentang dari Kota Banda Aceh hingga ke Medan, Sumatera Utara. Tak kurang dari 450 kilometer rel bersambung-sambung melewati perkebunan, pemukiman penduduk, hingga menembus belantara hutan Aceh.” (ATJEH TRAM, 1919-1982)
Di Kota Banda Aceh, terdapat sebuah monumen bersejarah. Monumen itu terdiri dari sebuah lokomotif dan satu gerbong kereta api, sebuah bukti sejarah jika sarana transportasi kereta api pernah ada dan beroperasi di Provinsi Aceh. Di bagian ujungnya terdapat tulisan ‘BB 84’. Persis di depan lokomotif, terdapat papan infromasi yang bisa dilihat oleh para pengunjung.
“Jalan kereta api di Aceh dibangun oleh Belanda dengan tujuan utamanya adalah untuk kepentingan politik dan ekonomi. Besi dan kayu didatangkan dari Singapura bulan Nopember 1774, kayu untuk bantalan rel dari Malaka tahun 1875 dan meterial untuk rel dari Inggris tahun 1875. Jalan kereta api Ule Lhee-Kuta Radja sepanjang 5 KM dibuka untuk lalulintas umum pada tanggal 12 Agustus 1876. Lintas Ule Lhee-Kuta Radja terkenal sebagai lintas kereta api negara yang ada di Nusantara.”
Sejarah Atjeh Tram
Sejarah perkeretaapian di Aceh pertama kali dimulai pada 26 Juni 1874 dengan pembangunan rel sepanjang 5 kilometer dari tempat demarkasi di Pelabuhan Ulee Lhee ke Kutaradja (Banda Aceh) yang awalnya digunakan Belanda untuk mengangkut berbagai keperluan militer.
Kemudian pada 12 Agustus 1876, jalur tersebut akhirnya secara resmi dibuka untuk umum. Saat Belanda mulai menguasai sebagian wilayah Aceh, Atjeh Tram mulai diawasi oleh pihak sipil dan namanya pun diganti menjadi Atjeh Staats Spoorwegen (ASS).
Lintasan Banda Aceh – Medan selanjutnya diresmikan pada 29 Desember 1919. Pembangunan jalur kereta api Aceh sepanjang 450 kilometer itu menghabiskan biaya sekitar 23 juta Golden. Lintasan dan bentangan rel yang dibangun itu menembus perkebunan, persawahan, pemukiman penduduk dan kota-kota besar di Aceh kala itu seperti Langsa, Lhokseumawe dan Sigli.
Bahkan, lintasan kereta api Aceh memiliki rute ekstrem seperti di pegunungan Seulawah. Seiring berjalannya waktu, kereta api Aceh akhirnya terpaksa berhenti beroperasi pada tahun 1982.
Tak bisa bersaing dengan transportasi jalan raya adalah salah satu penyebabnya. Masyarakat banyak memilih kendaraan seperti bus dan truk yang mulai banyak bermunculan kala itu, karena dianggap lebih efisien.
Selain itu, minimnya jumlah penumpang, suku cadang yang langka dan serta biaya perawatan yang mahal akhirnya secara tidak langsung ‘mengusir’ kereta api yang telah berjasa dalam dunia trasnportasi di Aceh selama lebih kurang 108 tahun.
BERSAMBUNG
Kejayaan aceh masalalu, kok hanya sejarah tak berbekas, kecuali replika pemuas asa.
Betul kanda @bahtiarlangsa. Masa lalu seharusnya untuk dikenang, bukan malah dipajang (di depan barata).
Semoga alat transpotasi ini cepat terwujud kembali.. sebuah transportasi yang telah lama hilang di Aceh.. apalagi dulu aceh yang sedang dilanda konflik. Sehingga kereta api atau bahasa lainnya ada yang menyebut si ular besi.. tak pernah kita lihat.. besar harapan juga kepada pemerintah untuk mewujudkan kereta api ada lagi di aceh. Karena sangat membantu dan membuat lapangan kerja kepada masyarakat..
Amin. Semoga saja harapan itu segera terwujud @jamal.jeje..
Iya @zamzamiali besar harapan masyarakat..
Dan dulu gerbongnya pun sudah ada .. kalo ga salah sudah dipinjamkan ke wilayah kalimantan ..
Bukan, tapi ke Sulawesi. Mereka disana mau launching KA Perintis, tapi gerbong yang dipesan telat sampai maka dipinjam lah gerbong KA Perintis yang dari Krueng Geukueh, Aceh Utara.
Maklum lupa bg.. hhhhh....
Semoga bebagah Leh bang nyan proyek, karena lepah trep ka rencana nyan....hahahahhaa
Iya @syaisyah. Sebenarnya memang itu yang kita tunggu-tunggu.
Nice story
Thank you @senihendri..
Mantap, ditunggu sambungannya....
Terima kasih atas kunjungannya @abuarkan. Semoga berkenan. Hehehe...
nice
Thanks
Lanjut broo itu sejarah harus dimunculkan kepermukaan
Iya, kita angkat sedikit demi sedikit. Semoga bermanfaat @myus.
Kereta api: relnya di potong. kereta di kredit. Apinya buat bakar mantan yang telah meninggalkan hatiku 😉😁
Bereh...
Hi, i am not a robot. I just want to give an appreciation of a few cents SBD, because your writing is good. 😊
Hahahaha, sep raya ku khem ketua sep brat bereeeh komentar. Terima kasih ketua @musyawirwaspada.
😊😀😊😀😊😀😊😀😊😀😊😀😊
smoga cepat beroperasi lagi di aceh, seandainya jalurnya sudah siap dan beroperasi kembali alangkah mudahnya masyarakat dalam bepergian,apalagi dari dulu untuk biaya transportnya lebih terjangkau oleh masyarakat.
Betul @syareefa10, lebih ekonomis dan efisien memang.
Aceh merupakan bangsa yang besar dulunya
Dan kita masih terbuai dengan kebesaran masa lalu itu bg @aswad.
Dan kita masih terbuai dengan kebesaran masa lalu itu bg @aswad.
Bagusnya jalan tol dibangun di Aceh jangan kereta api lagi entar banyak rumah yang tergusur. Salam Sukses for you
Lebih bagus rumah digusur yang dibangun bukan diatas hak nya atau hancurnya alam kita seperti hutan dan sawah karena ego pembangunan jalan tol?