( Sumber photo : http://herylink.blogspot.ae/2009/10/petromax.html)
Dear Steemians.
Kali ini saya ingin mengajak bernostalgia ke Zaman Old dengan nostalgia lampu Petromax.
Dulu, Sebelum Facebook hadir, anak anak di kampungku setelah selesai maghrib, mereka bersiap siap dengan kain sarung, Al quran juga tidak ketinggalan peci hitam khas Aceh yang ukurannya sering kekecilan....( Hehe...). Maklum zaman itu bukan seperti sekarang, barang barangnya berbahan plastik. Dulu semua barang berkualitas bagus dan bisa di wariskan ke adik adik kita.
Surau-surau saat itu, penuh sesak dengan anak anak yang semangat mengaji. Mereka di bagi dalam beberapa kelompok umumnya berdasarkan umur. Kelompok dengan ustad yang berbeda, menangani santri yang satu persatu secara bergiliran di suruh membaca Al quran untuk memastikan bahwa mereka sudah lancar dan boleh pindah ke halaman berikutnya ( Mirip momentnya kayak Caleg atau Cabup di test Mengaji ). Rutinitas ini dilakukan di depan Teungku yang mengajari mereka dengan sabar. Biasanya tanpa di bayar ( Luar biasa ya ikhlasnya ).
Di sisi lain, anak anak yang mulai remaja dan sudah agak lancar baca Alquran, mereka sudah sedikit bebas mengaji, biasanya mereka akan di ajari membaca kitab kuning dan di Surah ( di jelaskan secara detil ) oleh ustad senior atau pimpinan balai pengajian. Waktunya tidak di tentukan kapan, tergantung kapan " Aneuk Mirik" ( Sebutan untuk bocah Aceh ) pulang.
Kesempatan ini di manfaatkan oleh anak remaja untuk membantu menyiapkan lampu penerangan yang biasa di pakai yaitu lampuPetromax atau dalam bahasa Aceh di sebut "Panyot Seurungkeng". Saya tidak tau apa arti Panyeut Seurungkeng dan siapa pertama sekali menyebut Seurungkeng . Jika ada yang tau silahkan berbagi disini.
Petromax adalah lampu paling terkenal di zaman old. Ketenarannya mungkin sama dengan lampu Philips saat ini.
Tidak ada yang tidak tau lampu ini. Pesaingnya pun tidak terlalu banyak, paling saingannya kalau tidak merek STAR ya BUTTERFLY.
Sejarah penamaan Petromax diambil dari singkatan "Petroleum Maxe " . Maxe adalah julukan yang di berikan oleh teman temannya kepada si penemu lampu hebat ini yaitu Max Graetz yang lahir pada tahun 1861 serta meninggal pada tahun 1936. Max Graez juga adalah CEO / Presiden dari perusahaan Ehrich & Graetz yang berpusat di Berlin Jerman.
Baik, kita tinggalkan dulu kisah sipenemunya yang sudah almarhum.
Back to Handphone !!
Ada beberapa kejadian lucu di saat menghidupkan lampu ini. Biasanya lampu ini susah nyala jika kotor, Pompa macet atau kaos keramiknya bolong atau jatuh. Tentu saja untuk menghidupkannya harus di bersihkan dari kotoran. Anak anak paling suka di sesi ini .... hehe. Mereka akan bermain tuyul tuyulan dengan cara mengecat muka teman nya setelah selesai diperlihatkan hasilnya di Tangki minyak Petromax dengan bentuk muka gelembung kayak Lensa Fisheye ( haha). Biasanya yang dikerjai adalah yang badannya kurus, kecil atau suka nyengir di dekat petromax sambil memereng merengkan mulut dan gigi kayak gaya cewek cewek selfi sekarang.
Seiring waktu, zaman pun berubah. Facebook hadir, zaman pun di gantikan oleh "Zaman Now".Aanak anak sudah tak terlihat lagi mengaji setelah maghrib, jikapun ada, jauh di pelosok kampung, itu pun hanya beberapa rumah yang masih mengajar anak anak belajar mengaji selepas maghrib.
Anak anak sekarang lebih senang berkumpul di tempat rental Game/Game station atau di warung warung kopi yang menyediakan layanan Wifi gratis berkecepaan tinggi . Petromax pun menjadi sebuah barang antik yang mulai di koleksi oleh para kolektor pecinta barang barang langka. Terlebih semenjak peristiwa tsunami banyak Petromax jadul hancur.
Peran ustad ustad juga sudah banyak berrganti. Mereka lebih fokus mengajarkan jemaah di media sosial atau Live streaming dengan jadwal yang luar biasa padat.
Inilah sekelumit kisah Petromax di tanah kelahiranku, sebuah kisah yang penuh dengan nostalgia, kenangan indah dan lucu lucu. Semoga menjadi bacaan menarik bisa kita semua.
BANTU VOTEUP dan Comment ya... !!
Biar cepat naik Reputasi.....