Transportasi menjadi analisa utama dalam penilaian masyarakat modern. Semakin cepat transportasi yang dimiliki suatu masyarakat, semakin modern masyarakat tersebut. Tesis ini telah banyak diamini oleh para pakar yang tidak hanya menggeluti dokumen-dokumen ilmiah perihal transportasi, namun juga para pakar sosiologi.
Selain perihal kecepatan, kenyamanan transportasi juga menjadi penilaian. Namun, penilaian ini agaknya lebih diminati oleh para pengguna transportasi dan kritikus kebijakan transportasi. Bisa dikatakan kalau kecepatan menjadi bahan kajian yang elitis, sedangkan kenyamanan lebih bersifat individualis. Kita memiliki berbagai penafsiran mengenai tingkat kenyamanan yang tentu berbeda. Sedangkan kecepatan hampir pasti tidak bisa diperdebatkan karena sudah didefinisikan oleh deretan angka.
http://aceh.tribunnews.com/2015/06/30/sopir-l-300-demo-dprk-nagan-raya
Membicara L-300 juga menggiring diskursus akan kedua hal diatas, kecepatan dan kenyamanan. Dalam hal ini, tulisan senior saya, @bungalkaf yang berjudul "Peranan L-300 dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara" agaknya lebih membicarakan perihal kenyamanan. Sebuah pembicaraan yang dapat ditafsirkan oleh beragam kepala manusia. Tulisan tersebut memberi cakrawala baru dalam studi L-300 di Aceh.
Sebagai seorang pribadi yang memiliki hutang besar kepada L-300, penulis merasa harus juga mengikuti jejak senior tersebut. Setelah membaca tulisan @bungalkaf, setidaknya ada tiga hal yang luput dalam tulisan tersebut, diantaranya: sistem oper penumpang, musik sebagai kenikmatan dan penguat ikatan sopir dengan penumpang, kecepatan kunci utama mengelola penumpang. Maka tulisan ini berfokus pada tiga hal tersebut.
Sistem oper penumpang
Sistem oper penumpang telah lama menjadi ciri khas L-300 yang juga merupakan alasan utama mengapa trayek jenis ini mendapat point buruk di masyarakat. Padahal jika dilihat sejenak ada berbagai nilai positif yang tersemat dalam sistem oper penumpang tersebut.
Penulis sering berbincang dengan para sopir L-300 mengenai jumlah armada L-300 dan Jumbo rute Banda Aceh-Kuta Cane yang menembus 1000 lebih yang aktif beroperasi. Mengenai jumlah mungkin sulit untuk diklarifikasi, namun yang menjadi pertanyaan ialah bagaimana cara para sopir untuk mendapatkan penumpang jika memang benar jumlah armada sebanyak itu? Bagi armada yang menggunakan sistem setoran hasil narik ke perusahaan (dan hampir semua seperti itu), ini tentu bukan kabar yang baik.
Sistem oper penumpang disini memiliki peran krusial dan penyelamat para sopir ketika pulang dan mampir ke tempat si bos.
Sistem oper penumpang menjadi tumpuan para sopir agar tetap memiliki setoran ketika penumpang sulit didapatkan. Sistem sharing penumpang walhasil membentuk sebuah solidaritas diantara sopir karena peduli terhadap nasib rekan yang sedang mengalami kekurangan.
Persis seperti kasus kawan @bungalkaf yang mau naik L-300 menuju Banda Aceh, tapi malah dinaikan rute Samalanga. Hal ini bukan tidak disengaja ataupun disengajakan demi kepentingan pribadi sopir rute Samalanga tersebut. Namun, mungkin ia sedang memikirkan nasib sejawat yang sedang kekurangan penumpang menuju Banda Aceh. Dari pada sejawat tersebut bingung mencari-cari penumpang, alangkah lebih bagus jika penumpang diantar saja langsung ke tempat ia menunggu.
Nilai positif lainnya ialah penumpang dapat merasakan sensai mobil yang berbeda, sopir yang berbeda dan teman seperjalanan yang berbeda hanya dalam sekali bayar. Jadi jangan pernah berburuk sangka apabila kamu ingin di oper ke mobil lain. Amini saja.
Musik sebagai kenikmatan dan penguat ikatan sopir dengan penumpang
Ada kebingungan dalam tulisan @bungalkaf mengenai selera musik para sopir L-300. Kebingungan tersebut sangat beralasan jika kita melihat dari sudut pandang “keharusan” yang sering kita gunakan dalam menilai orang. Seperti itu pula ketika melihat sopir L-300 yang mendengarkan lagu-lagu lawas, batin dan pikiran serasa tidak percaya dan tidak ingin percaya kalau ada sopir yang masih remaja tidak mendengarkan lagu-lagu Bruno Mars atau Via Valen.
Perlu diketahui, dalam dunia L-300 dan tentu juga dalam dunia transportasi jamaknya, kenikmatan penumpang selama perjalanan mutlak harus dipersediakan. Untuk itu, pilihan musik tidak boleh sembarangan apalagi hanya mengikuti hawa nafsu sopir saja. Musik harus menjadi medium yang dapat menghantarkan kenikmatan penumpang selama menaiki L-300.
Sopir harus pintar-pintar memilah musik yang sesuai dengan kepribadian dan identitas para penumpang. Salah dalam menyusun playlist akan berakibat fatal dalam keharmonisan ikatan sopir dengan penumpang selama perjalanan. Tentunya para sopir tidak ingin diprotes oleh emak-emak berkerudung lebar ketika ia memutar lagu Awkarin Feat Young Lex. Juga tidak mungkin para sopir mau dikomplain oleh para penumpang yang tidak ngerti bahasa Aceh karena playlist hanya memutar lagu Bergek saja. Maka menyusun playlist dengan deretan lagu-lagu evergreen menjadi penting.
Siasatnya, semua orang sudah sering dengar dan pasti punya memori terhadap lagu tersebut. Lalaikan penumpang dengan keseluruhan memori yang diingat, kalau perlu dikorek-korek kembali memori tersebut dan dijadikan bahan obrolan selama perjalanan. Syukur-syukur dapat nomor HP.
Jadi, jauh sebelum Ariel Heryanto menulis buku Identitas dan Kenikmatan, para sopir L-300 telah lebih dahulu memikirkan hal tersebut.
http://scientiarum.com/2016/05/16/identitas-dan-kenikmatan/
Kecepatan kunci utama mengelola penumpang
Jika kita memiliki pengalaman perjalanan Langsa-Lhoksemawe dengan jangka waktu 3,5 jam, lalu disaat lain berbeda menjadi 4 jam padahal naik di waktu-waktu yang sama. Patut disadari seksama kesalahan bukan pada kemampuan kecepatan mobil yang berbeda ataupun kemampuan sopir yang berbeda. Sesungguhnya ini hanya karena perbedaan jumlah rekan seperjalanan anda.
Jumlah penumpang maksimal L-300 ialah 15-18 penumpang. Tergantung tingkat ketegaan sopir.
Jumlah tersebut tentu tidak banyak jika dibandingkan bus yang bisa sampai puluhan penumpang dalam sekali muat. Untung-untung jika seluruh bangku terisi penuh, maka sopir tidak pusing lagi untuk mencari penumpang dan kendaraan pedal gas bisa di tekan hingga menembus angka 120 KM/jam. Namun, jika kondisi bangku penumpang banyak yang kosong maka tidak wajar kecepatan berada di atas 80 KM/jam. Alasannya ialah tingkat kefokusan sopir dalam menandai mana calon penumpang dan mana ibu-ibu penjual es tebu dipinggir jalan jadi berkurang. Maka dari itu, moto slow but sure perlu digunakan disaat defisit penumpang terjadi.
Dari ketiga point diatas, terlihat dunia L-300 bukan hanya tentang kecepatan dan ugal-ugalan semata. Membincang L-300 dari sudut pandang ini tentu menggiring kita pada kesimpulan L-300 sebagai mobil mexico seperti yang pernah disampaikan @teukukemalfasya.
Kita harus mengerti ada kenyamanan yang coba dihadirkan oleh L-300 kepada penumpang. Seperti alat-alat transportasi lain, L-300 juga bergantung penuh dengan penumpang. Kalau kita lihat seksama, dari ketiga point diatas posisi penumpang sangat sentral dalam mencipta sistem kerja L-300, bahkan menentukan.
Sekian ulasan singkat penulis mengenai L-300 di Aceh. Dalam kesempatan berikutnya mungkin penulis akan mengulas L-300 dari sisi yang berbeda. Mungkin kesetaraan gender, mungkin L-300 vis a vis Syariat Islam atau simbol-simbol kultural dalam L-300. Atau juga tidak jadi ditulis sama sekali. hehehehe
Wah beberapa diantaranya pernah saya alami Bg selaku orang yang pernah menjadi pengguna langganan jasa transportasi satu ini. Memang pemilihan musik sangat penting bg saya selaku penumpang. Maka ketika sekali waktu salah satu L300 memutarkan musik bergenre EDM kekinian sesuai dgn isi playlist hp saya. Sontak, saya mendadak girang dan cepat-cepat melepaskan headset yg biasa dipakai di sepanjang perjalanan. Bukan hanya itu, saya bahkan berusaha menandai L300 yang saya naiki itu, mengingat plat mobilnya. Kali aja pas pulang nanti nemu lagi dan bisa naik lagi. Walau nyatanya sampai hari ini saya tdk lagi dipertemukan dengan transportasi ajib tersebut. Walah jadi curhat. Maklumilah Bg Hehehe
Btw, salam Bg. Saya mahasiswa antro unimal🙏
Salam juga
Terima kasih atas komennya
Ayo nulis ttg l-300 juga
Menarik dan bagus, sisi lain yg perlu diungkap dan kami tunggu tentang kesetaraan gender dalam L300
terima kasih