Forum Aceh Menulis (FAMe) yang kini tersebar di wilayah Aceh, berawal dari kelas kecil yang pesertanya hanya beberapa orang. Dulunya forum ini bernama Forum Barsela Menulis (FBM) yang hanya diperuntukkan bagi warga barat selatan (Barsela) Aceh.
Adanya forum ini bermula dari inisiatif pemuda Barsela yang ingin belajar menulis. Saat itu aku sedang menyusun buku Catatan Pengrajin Kasab dan Asal Mula Bahasa Aneuk Jamee di Aceh Selatan.
Dikarenakan aku belajar menulis secara otodidak alias tidak ada guru, tulisan dalam buku itu banyak terdapat kesalahan. Baik itu pemilihan diksi, ejaan, typografi yang sangat jauh dari Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Pokoknya hancur banget deh!
Baca juga tentang Kesalahanku Menjadi Ajang Silaturahmi
Saat buku itu dilakukan pra bedah oleh penulis senior yaitu Muhammad Umar Emtas, Herman RN, dan Essi Hermaliza, aku mendapat banyak coretan sebagai bahan perbaikan. Di situlah aku merasa perlu adanya guru untuk bisa menulis dengan baik dan benar.
Kebetulan Rafly Kande yang merupakan seniman Aceh sekaligus anggota DPD RI itu, satu kampung denganku yaitu Aceh Selatan. Aku pun juga sering berkunjung ke rumahnya dan berdiskusi dengannya.
Mendengar inisiatif kami ingin membuat forum menulis, dia pun sangat mendukung dan memberikan rumahnya sebagai tempat belajar menulis. Disinilah cikal bakal lahirnya forum menulis yang sekarang bernama FAMe.
Jamboe Kande bukan Sekadar Jamboe
Aku masih ingat betul setiap Rabu siang menghadiri kelas menulis di lantai 2 rumah Rafly Kande yang diberi nama Jamboe Kande. Mungkin kamu akan mengira jomboe (pondok) itu seperti jamboe orang di sawah, atau orang berkebun di gunung.
Itu hanya sekadar nama, karena Jamboe Kande berupa rumah permanen bergaya minimalis. Mungkin yang mirip seperti jamboe ialah pada bagian lantai dua yang menjadi tempat kami belajar menulis.
Masih satu bangunan dengan rumah pribadinya, namun ada jalan khusus melewati tangga samping rumah untuk bisa menuju lantai 2. Di situ terdapat pondok mirip panggung berukuran kira-kira 6 x 2,5 meter. Di pondok inilah tempat kami belajar menulis setiap hari Rabunya.
Terkadang bila Mak Rafly (panggilan dekatku untuk sebutan paman) ada di rumah, dia akan menyanyikan beberapa lagu sebagai penyemangat kami untuk belajar. Dia juga menyampaikan beberapa pesan nasihat untuk kami para generasi muda.
Bila ada inisiatif baik yang dapat memajukan kreativitas dan bakat anak muda, dia akan mendukungnya 100%. Bahkan terlaksananya acara pra bedah bukuku juga karena dukungannya.
Guru Teladan
Guru tetapnya di kelas ini siapa lagi kalau bukan Mr. Yarmen Dinamika yang juga berasal dari Barsela. Meskipun ada pemateri lainnya seperti Bu Essi dari Balai Pelestarian Nilai Budaya (BNPB) dan Darlis Aziz yang keduanya berasal dari Aceh Selatan, tapi tidak sesering Pak Yarmen yang menyampaikan materi.
Dialah orang yang rutin mengajar kami setiap minggunya, walaupun muridnya pernah tiga orang namun dia tetap semangat untuk mengajar. Kadang aku merasa malu, kelas yang dibuka secara cuma-cuma dengan tempat gratis pula, kadang juga disajikan beberapa cemilan oleh pemilik rumah, tapi pesertanya tidak banyak yang ikut.
Meskipun sedikit peserta yang hadir, kelas tetap jalan dan Pak Yarmen selalu ada waktu untuk mengajarkan kami ilmu menulis. Padahal aku tahu bahwa sebagai Redaktur Pelaksana Harian Serambi Indonesia, dia sangat sibuk. Terkadang dia juga telat untuk mengikuti rapat redaksi di kantornya lantaran mengajari kami dulu di kelas.
Antusias beliau mengajari kami menulis, membuat kami berinisiatif untuk menjadikanya sebagai pembina di forum menulis. Meskipun forum ini sempat terhenti beberapa bulan, kemudian kami membuka kelas untuk seluruh warga Aceh.
Tempatnya pun bukan di Jamboe Kande lagi, karena kami mengira tempatnya pasti tidak muat bila dibuka untuk umum. Kami berpindah tempat ke anjungan PKA Kabupaten Aceh Singkil, Taman Ratu Safiatuddin, Banda Aceh.
Ternyata prediksiku benar, karena banyak peserta yang hadir dari daerah lain non Barsela, apalagi temanku rata-rata dari blogger yang sangat haus dengan ilmu kepenulisan. Setiap pertemuan, makin banyak saja yang datang ke kelas, sehingga namanya pun tidak tepat lagi menggunakan Forum Barsela Menulis. Kami pun menggantinya menjadi Forum Aceh Menulis.
Seperti gayung bersambut, nama itu pun menarik perhatian mantan Kadis Disbudpar Aceh, Reza Fahlevi untuk melaunchingnya. Pada tanggal 9 Agustus 2017 dilauchinglah Forum Aceh Menulis sebagai wadah belajar menulis untuk warga Aceh.
Saat ini terdapat sejumlah cabang FAMe yang berada di berbagai wilayah seperti Pidie Raya, Lhokseumawe, Meulaboh, dan Aceh Jaya. Semoga kedepannya FAMe ini terus membumikan daerah Aceh, sebagai wadah untuk belajar menulis.
Semangat mencerdaskan anak bangsa, sukses selalu 👍
Amin, terima kasih telah berkunjung 😊
sumber foto?
Anggota FAMe dong, kita punya arsip dari semenjak terbentuknya forum ini.
Tulis donk...
hehehe
Iya deh, aku sebut sumbernya foto by @hayatullahpasee
Sangat inspiratif yel. Andai kenal lebih awal. Saya akan terjun bebas dalam forum ini. Dengan adanya steemit, info ini akan tersebar dan terekam terus. Semangat yel..
Iya @daentepi. Rencana FAMe Aceh Selatan mau dibentuk, tapi masih dalam proses, semoga bisa menjadi bagian dari FAMe nantinya.
Siap @yellsaints24. Insyaallah akan kita bangun bersama.
Sebagai salah satu anggota FAMe Chapter Lhokseumawe, sy merasa bangga bisa berada dlm komunitas yang mengasah kemampuan dlm menulis. Salam literasi @muaziris
Salam literasi. Semoga berjaya terus FAMe di seluruh Aceh, sehingga bisa mengulang prestasi pada masanya Hamzah Fansuri, Syiah Kuala, dan Ali Hasyimi.
Luar biasa. Saya juga awak FAMe Lhokseumawe. Mari kita besarkan FAMe bersama-sama. Mari memasyarakatkan literasi guna mencerdaskan intelektual warga. Salam literasi......... By @ademarsadi.
Ayuk kita bersama-sama membangun literasi di Aceh dengan wadah FAMe.😊
Salam dari FAMe Banda Aceh
ayo up #dukung belajar menulis, selamat dan sukses buat Fame, dan kebetulan forum FAM Indonesia ketuanya juga orang aceh dan sekarang Kantor FAM Indonesia berpusat di Pare dan Padang. Sukses ya
Amin, ya Allah. Emang luar biasa awak Aceh ini bila berkiprah di dunia kepenulisan. Semoga apa yg diwacanakan oleh Gubernur Aceh tentang Aceh Carong bisa terwujud ya.
Luar biasa kak, kalau Pak Yarmen di sini..aku juga bakal ga rela melewatkan satu materi pun. Beruntungnya FAMe di Banda Aceh punya pemateri tetap seperti beliau. Keren.
Iya, Yel aja bela2 in tinggal di Banda Aceh supaya bisa ikut kelas FAMe dengan beliau. Padahal sudah selesai pun kuliah. Dia itu guru, sekaligus orangtua yg memotivasi kita untuk bisa terus menulis.
dan sayapnya kini kian mengepak, dari Jambo Kande ke jambo-jambo lain ban sigom Aceh...
Iya kak, seperti yang awalnya pesawat Seulawah, kini menjadi Garuda Indonesia yg terbang ke seluruh Indonesia.
Mantap kk, jadi semangat untuk segera bergabung dengan kelas Fame. hehe
Iya, harus bergabung memang, untuk bisa menghasilkan konten yg baik dan bermanfaat.😊
Luar biasa, semoga FAMe menjalar diseluruh Aceh.
Amin, ya Allah. Semangat terus menulis ya 💪
Pak Yarmen satu kampung dengan saya kak.hee
Dulu saya juga pernah ikut gabung di Fame ini, tempatnya dibanda Aceh. Sampai sekarang perkembangan nya sangat baik. Sudah beberapa cabang yg ada.
Iya, sayang nya di kampung asal Pak Yarmen belum terbentuk FAMe ya, padahal penggeraknya dari Singkil 😁
Senang sekali bisa ikut kelas menulis ini. Banyak ilmu-ilmu baru tentang menulis. Jam terbang pak Yarmen luar bias dan sangat antusias dalam berbagi ilmu.
Iya kak. Selagi sehat, dia terus membagikan ilmu untuk kita yang membutuhkan ilmu menulis darinya. Rabu depan datang lagi ya kak.