Tentang Pengusaha Wanita, Kantong Darah, dan Bis Kota
Pembicaraan tentang kata-kata yang salah nalar masih kita lanjutkan hari ini, sebagaimana saya janjikan kemarin. Terutama karena, masih banyak kata salah nalar atau minimal salah diksi yang dilakukan orang lain yang perlu kita ketahui agar kita hindari dalam praktik kebahasaan kita sehari-hari.
Saya mulai dengan mengemukakan beberapa contoh berikut ini.
Wanita Pengusaha Vs Pengusaha Wanita
Dua frasa ini ketika dikontraskan seperti ini baru terasa ada bedanya. Tapi dalam praktiknya sering kali penulis atau penutur bahasa Indonesia mengalami kerancuan dalam menggunakannya.
Sering kita baca atau dengar kabar tentang para pengusaha wanita Aceh yang melakukan aksi sosial. Misalnya berkunjung ke panti jompo untuk menghibur dan menyantuni penghuninya, para lansia. Media massa pun memberitakannya dengan judul seolah tanpa dosa berikut ini: 50 Pengusaha Wanita Aceh Santuni Penghuni Panti Jompo.
Sekilas memang tak ada yang janggal dengan judul seperti itu. Tapi cobalah cermati secara mendalam makna dari gabungan kata pengusaha wanita. Anda tahu apa maknanya? Pengusaha wanita adalah orang yang profesinya menjual atau memperdagangkan wanita. Orang itu bisa laki-laki, bisa pula perempuan. Dialah germo alias mucikari. Hampir semua negara melarang perbuatan ini karena tergolong human trafficking. Maka, judul pada berita tadi sedianya berbunyi: 50 Wanita Pengusaha Santuni Penghuni Panti Jompo.
Dengan logika bahasa bahwa wanita pengusahalah yang benar, maka kita apresiasi ketepatan frasa yang digunakan sebuah organisasi wanita di Indonesia yang struktur pengurus cabangnya sampai ke Aceh, yakni Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi). Nama mereka benar secara linguistik dan moralitas. Namun, satu-satunya kesalahan organisasi ini adalah mereka selalu menulis namanya dengan huruf kapital seluruhnya (IWAPI), bukan Iwapi. Padahal, mengingat Iwapi adalah akronim, bukan singkatan, sedianya nama lembaga ini harus ditulis dengan Iwapi. Sama halnya dengan Polri (akronim), beda dengan TNI (singkatan).
FOTO: M. ADLI ABDULLAH. Marcella Zalianty, produser film Keumalahayati. Salah satu wanita pengusaha di bidang industri perfilman.
Darah Vs Kantong Darah
Sehabis aksi donor darah, panitia biasanya menulis press release atau siaran pers. Dalam siaran pers itulah, bahkan terkadang lolos menjadi berita, saya temukan judul seperti ini: Iwapi Sumbang 80 Kantong Darah kepada PMI Banda Aceh.
Nah, kalau memang begini judulnya, berarti yang disumbangkan itu darah atau justru kantong (bag)-nya? Kalau memang kantong saja, lalu darahnya ke mana? Iwapi isap atau gelapkan darah? Tentu tidak! Lalu apanya yang salah? Yang salah ya judul itu. Seharusnya judul itu berbunyi: Iwapi Sumbang Darah 80 Kantong kepada PMI Banda Aceh. Ini baru sesuai fakta. Para donor darah pun tak akan kecewa karena darah yang mereka donorkan ternyata disalurkan ke lembaga yang tepat. Tidak dikorup atau digelapkan. Hehe.
Memenangkan Vs Memenangi
Teman saya, Herman RN, Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia di FKIP Unsyiah mencatat: Ada dua hal yang sering dilakukan pejabat dalam pidato dan itu salah nalar/tidak logis.
- Mengejar ketertinggalan, artinya semakin tertinggal. (Bagian ini sudah saya ulas dua hari lalu)
- Memenangkan pertandingan, artinya memberi kemenangan bagi tim lawan.
Herman benar, sedianya redaksi frasa itu adalah memenangi pertandingan. Kalau memenangkan itu benefitnya untuk pihak lain, tapi kalau memenangi itu keuntungannya justru untuk diri atau "kesebelasan" kita sendiri.
Menikahkan Vs Menikahi
Analog dengan contoh di atas (memenangkan dan menikahi), kedudukan kata bentukan berikut ini, "menikahkan" dan "menikahi", juga sama. Akhiran (sufiks) -kan pada kata menikahkan berfungsi sebagai sufiks pembentuk verba (kata kerja) 'untuk' atau 'kepada orang lain'. Dengan demikian, kalau ada kalimat "Penghulu menikahkan seorang gadis..." itu berarti dia nikahkan dengan pasangannya (untuk orang lain di luar dirinya). Tapi kalau "Penghulu menikahi seorang gadis yang sedianya akan dia nikahkan", itu baru untuknya, untuk keberuntungannya.
Hal yang sama berlaku implikasinya untuk kalimat, Seorang ayah menidurkan putrinya versus kalimat Seorang ayah meniduri putrinya. Auzubillahi min zalik
Kurban Vs Korban
Sekilas kata ini sama. Tapi huruf u dan a menjadi unsur pembedanya. Ketika dikalimatkan malah makin tampak perbedaannya.
- Setelah disembelih, daging korban dibagi-bagikan kepada warga sekitar.
- Setelah disembelih, daging kurban dibagi-bagikan kepada warga sekitar.
Secara logika, yang sangat mungkin dibagi-bagikan itu adalah daging kurban (hewan yang disembelih untuk persembahan kepada Allah sebagai wujud ketaatan umat muslim kepada Tuhannya). Jadi, jangan sembarangan mempertukarkan kurban dengan korban!
FOTO: MUKHLISUDDIN. Sapi Aceh calon kurban saat Iduladha nanti.
Bus Vs Bis
Bagian ini saya tulis karena terinspirasi dari chattingan dengan seorang teman saya, perwira polisi. Alkisah, setelah postingan saya tentang jangan sembarangan memakai frasa mengejar ketertinggalan dia baca, lalu dia tanggapi:
[8/6 16:09: Heee... iya bang. Itu ada beberapa pejabat kita yang suka menggunakan kata mengejar ketertinggalan. Tapi dulu saya waktu
kuliah suka dengan kata "Mengejar Bis Kota."😊
Mendapat respons seperti itu, lalu saya jawab: Mengejar bus kota yang benar, bukan Mengejar bis kota.
Kalimat berikut ini juga benar: Adik memasukkan surat ke bis surat.
Lalu perwira tadi menanggapi: Oh, begitu Bang ya? Lantas saya jawab: Iya memang begitu karena bus memang beda dengan bis. Bis itu hanyalah sebuah kotak surat, tak bisa ditumpangi dan tak pula mobile seperti halnya bus.
Lalu teman tadi menimpali, "Berarti Iyan Antono (God Bless) salah juga ya Bang dalam membuat lagu Bis Kota 😁."
"Ya begitulah faktanya," jawab saya sambil mengingatkan satu resep bagaimana seharusnya kita menyikapi realitas kebahasaan bangsa kita, "biasakan yang benar, bukan benarkan yang (sudah) biasa!"
Sekian dulu, terima kasih. Semoga ada manfaatnya.
FOTO: M. ADLI ABDULLAH. Menyerahkan hadiah buku kepada anggota FAMe yang mengajukan pertanyaan terbaik saat pelatihan teknik menulis dan menerbitkan buku.
Banda Aceh, 10 Juni 2018
Saleuem,
YD
Pembina FAMe dan Redaktur Pelaksana Harian Serambi Indonesia
Hahahhaa. Kali ini postingan tentang Tertiblah Berbahasa Indonesia, diselipi banyak humor. Keren!
Terima kasih banyak Dokter @razack-pulo. Humor adalah satu unsur yang harus hadir dalam sebuah tulisan menarik. Tapi saya sering gagal dalam bab ini karena sense of humor saya memburuk, mungkin karena Aceh terlalu lama dirundung konflik.
Sudah baca. Tetapi di bagian menikahkan dan menikahi tidak disebutkan. Hehe
Ada yang lebih parah lagi, satu program PNPM yaitu Simpan Pinjam Perempuan (SPP).
Hahaahahaha..
Nyoe bit parah, untung hana dipake online bak ujong
Hahahaha SPP online
Alhamdulillah, tulisan ini membantu saya untuk semakin jeli berbahasa. Terima kasih Bang @yarmen-dinamika.
Terima kasih juga Bung @muhajir.juli, sudah berkenan membaca. Membaca adalah modal termahal utk menulis.
✅Bang Yarmen, sangat layak FAMe mengadakan program latihan menulis untuk dosen pembimbing skripsi, agar mereka memiliki Wawasan untuk bisa menerapkan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar bagi mahasiswa yang menulis skripsi.
Dan postingan-postingan ini saya usulkan, agar dibuatkan buku bang, sebagai panduan bagi mereka yang ingin menulis secara benar.
Congratulations @yarmen-dinamika! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of upvotes received
Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
To support your work, I also upvoted your post!
Million thanks @steemitboard for your appreciation.