Met siang Bung,
sebelumnya perkenankan saya menjelaskan maksud kehadiran saya di Tanah Jawa adalah untuk mendaftarkan kartu Telkomsel/Ooredoo saya sebagai akibat dari instruksi pemerintah untuk mendaftarkan kartu prabayar. Seperti kita ketahui bersama, pendaftaran ini wajib bagi seluruh kartu prabayar sebelum tanggal 28 Februari. Jika tidak, kartu SIM saya terkena resiko pemblokiran bertahap sebagaimana yang dijelaskan panjang lebar di sini: http://nasional.kompas.com/read/2017/11/01/21405361/tidak-registrasi-kartu-sim-hati-hati-4-tahap-blokir-ini
Harap dimaklumi bahwa KTP saya (e-KTP) habis masa berlakunya sejak Januari tahun lalu, dan menurut peraturan pemerintah tidak perlu pembaharuan sebagaimana ditulis dalam artikel ini: http://news.liputan6.com/read/2948694/kemendagri-e-ktp-dengan-masa-berlaku-tidak-perlu-aktivasi-ulang. Namun karena perubahan data, dan karena saya kehilangan salinan KK, saya kesulitan mendaftarkan kartu SIM saya selama berada di Makassar. Syukurlah, atas kebaikan petugas kelurahan Banyurojo, Magelang, yang tidak perlu saya sebut namanya di sini, saya berhasil mendapatkan nomor KK yang masih berlaku dan selanjutnya menyelesaikan pendaftaran kedua kartu SIM saya. Tidak perlu dijelaskan panjang lebar bahwa saya masih harus mengurus e-KTP dan KK baru, hal mana akan saya ceritakan di lain waktu bilamana sempat. Untuk kali ini kiranya cukup bagi saya untuk berbagi kebahagiaan dengan Anda perihal keberhasilan saya mendaftarkan kedua kartu SIM yang masih aktif, dan menghindari blokir.
Hal kedua yang mau saya sampaikan adalah perihal crypto trading, yang keberadaannya cukup meledak akhir-akhir ini dan saya kira akan semakin menggelegar di masa-masa yang akan datang. Untuk ini saya perlu menjelaskan beberapa konsep, dan latar belakang mengenai cryptocoin, serta kegiatan trading menggunakan cryptocoin (untuk selanjutnya disebut kripto).
Sejarah kripto berawal dari teknologi peer-to-peer semacam yang digunakan oleh Napster https://en.wikipedia.org/wiki/Napster dan torrent https://en.wikipedia.org/wiki/Torrent_file, dikombinasikan dengan teknologi cryptohash https://en.wikipedia.org/wiki/Cryptographic_hash_function, yang dipelopori oleh Satoshi Nakamoto (nama samaran, identitasnya tidak diketahui sampai sekarang) sekitar tahun 2009. Sekitar waktu itu (2010) saya tertarik membaca perkembangan teknologi ini, terutama karena semangat idealismenya (salah satunya: Bitcoin diciptakan untuk menghapus peranan central bank yang mengambil fee terlalu banyak dari nasabah perpenghasilan rendah). Namun karena keterbatasan internet Indonesia pada waktu itu saya tidak mampu turut andil di dalamnya. Saya kembali berpartisipasi dalam kegiatan kripto (sebagai pengguna) sejak 2014 ketika muncul varian kripto yang dinamakan Stellar Lumens (disingkat STR atau XLM) dan saya mendapatkan gratis sebesar 4300 XLM + 2500 XLM. Sayang sekali saya kehilangan private key untuk lumens sebesar 4300 XLM, namun masih beruntung mendapatkan sisa sebesar 2500 XLM pada akhir tahun lalu.
Sebagai gambaran, XLM pernah dihargai senilai USD 0.8 per lumen pada pertengahan Januari tahun ini. dan hari ini dihargai sekitar USD 0.4. Lihat grafiknya di sini: https://coinmarketcap.com/currencies/stellar/
Sayangnya, pada pertengahan Januari itu saya telah menjual seluruh lumen saya dan menukarnya dengan aset lain sehingga saya tidak sempat menikmati lonjakan harga ini. Namun demikian kita patut bersyukur kepada Tuhan yang telah berbaik hati memperkenalkan saya kepada kriptokoin ini.
Saya masih akan memberi gambaran tentang fluktuasi harga kripto di bagian kedua dari tulisan ini. Namun sebelumnya, sedikit penjelasan mengenai kelanjutan kripto setelah diciptakan oleh Satoshi dkk.
Hari ini 1 BTC senilai Rp. 143.000.000 rupiah, namun pada awalnya pernah terjadi, dua porsi pizza dibayar menggunakan bitcoin sebesar 10.000 BTC. Pizza termahal sepanjang sejarah, saya kira. Baca ulasannya di sini: http://www.businessinsider.sg/bitcoin-pizza-10000-100-million-2017-11
Teknologi kripto (yang dinamakan blockchain) tidak berhenti pada bitcoin. Bitcoin mengandung beberapa kelemahan. Segwit, Lightning Network, adalah beberapa jargon teknologi blockhain yang dikembangkan untuk memperbaiki kinerja Bitcoin. Itu saja belum cukup. Bulan Juli tahun lalu Bitcoin dipecah menjadi Bitcoin (BTC) dan Bitcoin Cash (BCH). Jauh sebelum itu, salah satu pengembang awal Bitcoin memperkenalkan kripto baru yang dinamakan Ethereum (ETH), yang kemudian terpecah menjadi Ethereum (ETH) dan Ethereum Classic (ETC), yang masing-masing memiliki nilai pasar sendiri-sendiri.
Ethereum menjadi awal baru bagi pengembangan teknologi blockchain. Meniru langkah Ethereum, beberapa pengembang (serta beberapa bank dan beberapa negara) membangun (atau hendak membangun) teknologi blockchain tersendiri, yang pada umumnya dibedakan antara yang bisa ditambang atau tidak, tersentral atau desentral. Salah satu yang terkemuka adalah XRP dan XLM. Ada juga berbagai token, yang dibangun berdasarkan ETH maupun XLM, yang mempunyai potensi pasar tersendiri.
Tentang kegiatan penambangan, tersentral/desentral, dan token baru ini akan saya ceritakan pada kesempatan lain. Namun pada garis besarnya teknologi blockchain ini mengubah cara-cara orang untuk bertransaksi, beraktivitas maupun untuk mengirimkan uang. Anda suka berolahraga? Ada kripto yang bisa Anda dapatkan dengan melakukan kegiatan Anda. Anda suka wisata? Ada kripto yang memudahkan Anda untuk mendapatkan harga yang lebih murah, bahkan bisa jadi Anda dibayar untuk itu. Anda suka media sosial? Ada kripto yang bersedia membayar Anda untuk kesenangan Anda, tanpa memanfaatkan data pribadi Anda dan teman-teman Anda untuk jualan iklan (I am looking at you, Facebook!). Anda suka selfie? Anda bisa menguangkan foto-foto Anda melalui kripto pula! Anda pemusik? Anda suka menulis?
Transaksi pengiriman uang juga jauh lebih murah menggunakan kripto. Belasan tahun lalu saya pernah terhambat mengirimkan uang ke luar negeri, karena biaya swift sebesar USD 25 yang terlalu mahal untuk nominal kecil yang sedianya akan saya kirimkan pada waktu itu. Menggunakan kripto, pengiriman uang ke luar negeri lebih murah. Baru-baru ini Western Union melakukan uji coba pengiriman uang menggunakan Ripple (XRP), bisa Anda baca di sini: http://fortune.com/2018/02/14/ripple-xrp-western-union-money-transfers/
Nah. Setelah sedikit uraian di atas, kini beralih pada pertanyaan utama Anda: mengapa trading dengan kripto, bukan saham? Di mana beli kripto?