Book Store is the Soul of Civilization - Toko Buku adalah Jiwa Peradaban

in #indonesia7 years ago (edited)

Dibukanya salah satu jejaring toko buku terbesar di Indonesia, Gramedia, di Banda Aceh benar-benar menjadi magnit bagi sirkulasi perbukuan di Aceh.

IMG_20180114_143226.jpg

Bayangkan, keberadaan Gramedia yang baru beberapa hari sudah menjadi gosip bahkan di tingkat anak SD. Anak tertua saya, Teuku Omar Zahid Fasya, sudah mewanti-wanti bahwa jika tiba di Banda Aceh harus ke toko buku itu. Memang sebelum ini sudah ada Toko Buku Erlangga, yang juga memiliki buku relatif lengkap, tapi mungkin kurang heboh publikasinya.

IMG_20180114_143304.jpg

Memang harga buku sediki mahal. Tapi coba pikir, bahwa buku-buku dan stationery unik dan bagus itu hanya bisa kita dapatkan jika berlibur ke Medan, sebagai kota terdekat di Aceh. Saya melihat antusiasme yang besar di banyak keluarga yang mengunjungi toko buku itu.

Memang, disamping perpustakaan, toko buku adalah tempat tumbuhnya peradaban, ketika teks, literasi, dan bahasa menemukan daya aktifnya. Aktifnya nalar literal itu akan menjadi ruang pencapaian manusia dalam belajar dan berkehidupan. Belajar untuk efesien, efektif, dan tak rakus.

Sayang, hadirnya toko buku dilakukan oleh swasta bukan pemerintah. Padahal pemerintah bisa memberikan insentif entah dengan izin dipermudah, pajak dipermurah, izin masuk barang diijabah, dan "pajak Nanggroe" di-peupunah.

IMG_20180114_143913.jpg

Satu contoh, perpustakaan daerah kita jarang berpenampilan baik, dari segi referensinya dan pelayanan. Meskipun pelayanan perpustakaan masih jauh lebih baik dibandingkan kantor pemerintahan. Namun kalau dibandingkan perpustakaan kampus, apalagi di pulau Jawa? Ya salam, bagaikan Samsons dan Delillah, bagai punguk dan bulan, bagai Ahmad Dhani dan Afgan.

Suatu ketika saya memasuki Perpustakaan Umum DKI yang berada di kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat. Gedung tiga lantai itu memang nyaman sekali untuk membaca dan menulis. Meskipun dari segi referensi, Perpustakaan HB Jassin yang juga berada satu kompleks di TIM itu lebih wah dan menakjubkan.

Pertanyaannya, mengapa pemerintah tidak mau berinvestasi untuk perpustakaan dan toko buku? Padahal anggaran hingga Rp. 14,7 setahun pada 2017 itu jika mau diinvestasi untuk dunia perbukuan
sebesar 0,58 persen saja akan memberikan dampak pencerdasan dan anti-pembodohan yang berkali-kali lipat. Dengan syarat tidak 'dipoklek' atau dikamuflase untuk proyek infrastruktur.

IMG-20180114-WA0094.jpeg

Saatnya bergembira dengan buku. Jadikan buku sahabat anak-anak. Kurangi makan di franchise dan beli pakaian sebentar-bentar, agar ada anggaran untuk buku anak-anak dan orang tua. Saya saja masih harus memperbanyak buku terus, apa saja, untuk mempertajam perspektif, memperkaya bahasa, dan menghaluskan nalar budi.

IMG-20180114-WA0096.jpg

14 Januari 2018

DQmUC35dbRud7PQnqZwF7734sxaCd8nDES9WkDMvJ6ytwqu.jpg

Sort:  

Tapi sayang di gramedia banda aceh buku sosial humaniora sedikit sekali. Lebih banyak buku tipe How to......

Ya tentu proses awal mana ada yang sempurna... Buku2nya masih terus dipasok berdasarkan tren permintaan

Bagaimana keberadaan toko buku dengan toko digital (e-book),
Apakah akan sama dengan nasib media massa koran dan online?

Untuk sementara buku printed masih merajai Aceh hingga lima tahun ke depan

Memperkenalkan buku pada anak sejak dini, akan membuat anak terbiasa melihat buku sebagai sumber informasi yang menarik dan menyenangkan. Kelak ia akan terbiasa dan siap untuk membaca buku apa pun

Beruntung sekali jika memiliki anak yang sudah mewanti-wanti ketika ada toko baru. Karena biasanya anak-anak di zaman now yang diwanti-wanti adalah ke toko mainan