Imajinasi Tulisan - The Empire of Imaginative Writing

in #indonesia7 years ago (edited)

Ada satu hal yang mengembirakan dalam dunia Steemit, bahwa semakin ke sini semakin banyak yang bergabung. Motivasi orang bergabung di Steemit pun beragam. Sebagai penulis profesional seperti @musismail, menulis adalah bekerja sebenarnya, menggunungkan kreativitas dan menghasilkan uang.

Kalau melihat kualitas posting-nya, seharusnya ia mendapatkan reward berpuluh-puluh kali lebih besar dari saat ini. Hanya masalah teknis yang membuat tulisannya masih mendapatkan up vote minimal. Itu karena ia baru di dunia Steemit sehingga masih salah dalam pemilihan tag dan juga momentum pelepasan tulisan. Katanya momen paling baik merilis tulisan di Steemit adalah setelah magrib di Indonesia atau ketika di Amerika Serikat sana awal pagi, ketika para pembesar Steemit sudah bangun tidur dan sedang berselancar di dunia Steemit sambil sarapan panekuk. Awalnya saya juga seperti @musismail, tapi berkat bimbingan @ayijufridar dan kurator KSI @aiqabrago hal-hal teknis per-Steemit-an itu mampu saya lampaui, meskipun tidak juga sempurna.

Sayangnya, banyak tulisan yang berseliweran di Steemit seperti melepaskan kata-kata "plastik" saja. Ada banyak hal remeh temeh dan cemen seperti urusan rekreasi, makan siang, minum jus, jalan-jalan, dsb, yang tidak dinarasikan dengan baik, tak memiliki peran literasi lebih luas. Kalau mau menulis tentang makan mie, lalu apa? Kalau pergi ke kolam renang, apa yang ingin digugah?

Writer's Doubt.jpg

Tulisan itu tidak "membesar". Nampaknya tulisan seperti itu tidak diharapkan menjadi tulisan yang dikenang, hanya mengharapkan belas kasihan upvote, hadir tanpa kesadaran penuh penulisnya.

Saya kasih contoh penulis "remeh-temeh" yang nyan cap paten. Penulisnya Samuel Mulia. Ia aslinya adalah seorang perancang busana dan berpendidikan sarjana kedokteran. Tulisannya di kolom "Parodi", Kompas minggu mengangkat hal-hal keseharian kita, seperti boros berbelanja, pamer fashion kaum sosialita, perjalanan ke luar negeri, membantu orang tua di jalan, atau kesepian tinggal apartemen kota besar. Namun tulisan itu menjadi "berisi" bagi dunia pembacanya. Bahkan banyak pembaca fanatiknya mengkliping tulisan mingguannya itu. Saya sendiri harus membaca tulisan Samuel Mulia ini, disamping cerpen, esei budaya Jean Couteau, dan puisi. Ya, saya penggemar berat puisi, apalagi yang ditulis dengan penuh hati-hati dan berhati bening.

Saya ingin kasih nasihat dari sebuah buku Bryan Hutchinson: Writer's Doubt. Ia mengatakan bahwa kadang - atau bahkan sering - penulis baik amatiran dan profesional menghadapi keraguan dan ketakutan dalam menyelesaikan tulisannya. Kita bisa melihat tulisan yang tidak lagi "bernyawa", setelah beberapa kalimat atau kata itu dimulai.

Problem seperti itu kadang saya alami, ketika saya menulis di luar motivasi sesungguhnya, seperti sudah lama tidak menulis untuk Kompas atau harus meng-up date tulisan untuk Steemit. Yang terjadi adalah rutinitas. Rutin adalah musuh bagi kreativitas dan kriminal sang pembunuh ide. Menulis memang harus dibiasakan, tapi jangan menjadi rutinisasi. Persis seperti karyawan di pemerintahan yang bermuka masam dan lemah energi. Hadir cuma untuk finger print absensi. Bisa dilihat malasnya karyawan seperti itu. Mungkin juga honornya tak akan cukup untuk biaya hidup dan beli bedak dua minggu.

Itu adalah perumpaan orang yang asal posting, seperti di Steemit. Apalagi kalau alam bawah sadar menulis untuk mendapatkan up vote sehingga mempublikasi tulisan sekenanya dan foto secepretnya tanpa punya tujuan untuk memberikan gugahan literasi dan visual, minimal bagi diri sendiri. Kita bisa melihat orang yang sekedar posting juga akan mendapatkan sekedar up vote.

Nasihat kedua berasal dari buku Critical Fiction :Politic of Imaginative Writing (1991) yang dieditori Philomena Mariani. Buku ini termasuk favorit saya. Saya baca berulang karena inspirasi yang terus mancur tak henti-henti. Salah satu yang berbinar adalah ketika membaca kutipan Luisa Valenzuela, penulis dan sastrawan kelahiran Buenos Aires, Argentina: The writer who stayed behind said – and may keep on saying, now, long after the horrors are over – that those who left lost touch with local reality and were never able to sense the deep truth. Yang maksudnya kira-kira bahwa penulis harus bergeming dengan apa yang dituliskannya. Ia adalah pembela kata-kata sendiri meskipun ada situasi traumatik yang mengancamnya. Menulis itu adalah menjejak realitas yang kita alami dan berupaya menembus kebenaran terdalam dari yang kita pikirkan.

Imaginative Writing.jpg

Pertanyaannya, dalam tulisan yang sesederhana apapun yang kita tuliskan, apakah kita membawa perasaan terdalam ? Saya tidak bicara tentang "berkah" yang telah dimiliki penulis profesional, tapi juga penulis amatiran , termasuk di Steemit. Pasti para penulis amatiran di Steemit ingin meningkat derajatnya menjadi penulis profesional dengan limpahan ketenaran, publikasi, dan uang.

Abunagaya.png

Saya melihat bakat-bakat itu sudah ada seperti pada diri @yahqan dan juga "Don Corleone" M Kupi @abunagaya. Tulisan @yahqan mirip penulis feminis yang banyak memakai hati: lembut seperti pulut kuah tuhe dan pisang raja. Adapun @abunagaya, meskipun ia menyadur dari teks bahasa Inggris, mampu menjadikan teks itu miliknya. Itulah keberhasilan penulis sebenarnya dibandingkan penerjemah.

IMG-20140126-WA0003.jpg

Saya ingin lihat penulis-penulis Steemit yang berkembang dan menjulang tinggi lagi ke depannya. Tulislah tanpa rasa takut. Tulislah dengan sekeranjang ide-ide baru, imajinatif, segar, dan menyebar. Jangan menyempit dan layu kurus kering. Dari penulis "bayi" menjadi penulis yang menjulang tinggi.

3 Januari 2018

TKF.gif

Sort:  

Asai tulesan bang Kemal, syit meutamah ileume teuh.

Terimong gaseh @usmanosama. The birth of reader must be at all cost precious with killing the author. Jadi tulisan ini sudah milik pembaca.

Goet bang Kemal.

Yang saya suka dari Pak Kemal Fasya adalah keluasan referensi ketika menulis sesuatu, dan selalu bisa meringkasnya dengan perspektif beliau sendiri. Jujur, saya selalu mendapat pencerahan baru dari tulisan-tulisannya, dan jelas memotivasi saya untuk terus menulis, meski belum beranjak dari label amatiran.

Thanks Taufik alias @acehpungo, salqh seorang penulis yang sudah menjadi sebenarnya. Tak perlu difurnish lagi.. You have been leading on top

Ilmu yang bermanfaat untuk semua.
Semoga semakin sukses untuk kita.

Alhamdulilah untuk resepsinya.... Semua penulis sebenarnya harus mencari pembacanya selain dirinya sendiri

Benar banget nih kata kata nya,semoga kedepannya lebih baik lagi dan lebih maju lagi...

Terima kasih.... Kemajuan harus digapai dengan kerja keras dan terus belajar

Ulasan yang sangat luar biasa abangda, banyak masukan buat saya dari tulisan ini, trims abangda pencerahannya.

Alhamdulilah @bahtiarlangsa jika bisa menambah kekuatan literasi untuk berkembang lebih baik ke depan.

Tulisan ini mengantarkan saya kepada @musismail. Wajib saya follow beliau, salah satu penulis besar!

Ya.... Dan harus bantu beliau biar bisa khatam lagi cara bersteemit

tulisan yang sangat menginspirasi bagi steemian untuk selangkah lebih maju dalam membangun kualitas tulisannya di steemit...
good post @teukukemalfasya..👍👍

Thanks @fadhielshaqieer. Demgan ada impian untuk maju menjadi doa untuk terus berusaha keras

Saya Sering kali punya ide atau gagasan yang ingin saya ungkapkan dengan menulis. Tapi tak jarang semua ide brilian itu menguap begitu saja krna kurang nya rasa percaya diri saya pak @teukukemalfasya, kadang saya mengeluh "aduuh... aku gak tau mau mulai dari mana ni?"
Terima kasih pak @teukukemalfasya , ini akan jadi motivasi saya untuk lebih maju lagi

Seperti kata Bryan Hutchitson, jangan pernah ragu dan takut membulatkan ide menjadi tulisan @teukurival...intinya pada latihan yang berketerusan

Siap pak @teukukemalfasya, ini akan jadi motivasi saya

keren dan bernas . Terima kasih pak @teukukemalfasya

Thanks @azharulhusna.... Nana sudah menjadi penulis, tinggal konsistensi dan fill up with bang bang imagination

Iya pak, masih belajar konsisten nulis walaupun pendek.
steemit memang platform yang tepat untuk latihan dulu supaya konsisten

tapi bang bang imagination?

Thank you for Using #promo-steem tag, Promote steemit by inviting your friends and your family!

Saya kehilangan kata-kata. Apa yang ditulis oleh Ampon adalah kritik sosial yang sangat mengena. Terima kasih untuk teguran yang sangat berguna ini. Di manapun, konsisten adalah sebuah keniscayaan. Kekuatan tuoisan juga suatu keharusan. Semiga saya biaa belajar banyak dari catatan ini.

Pasti @muhajir.juli sudah memiliki jurus-jurus sendiri dalam mengembangkan dunia literasi. Media yang dimiliki adalah senjata paling tajam dalam menggugah fakta.

Tapi nasihat dalam tulisan ini adalah untuk menjadikan opini dan feature yang menjadi pilihan utama penulis Steemit semakin bermakna dan berkualitas. Thank you

Waah, terima kasih banyak atas pencerahannya pak. Sangat memotivasi sekali bagi saya yang pemula. Mohon arahannya pak.

Yang penting ada niat untuk naik tingkat.... Sisanya tinggal banyak membaca tulisan-tulisan bermutu di koran yang juga bermutu...

Siap Pak. Laksanakan. Insha Allah koram Proh**a dikesampingkan dulu hehe

Ini benar-benar terjadi:

"Kadang - atau bahkan sering - penulis baik amatiran dan profesional menghadapi keraguan dan ketakutan dalam menyelesaikan tulisannya. kita bisa melihat tulisan yang tidak lagi "bernyawa", setelah beberapa kalimat atau kata setelah dimulai.."

#Ngeriii..

Mantap TKF.

Tulis saja pakai tangan, kalau pakai kaki susah!

Mungkin @mariska.lubis bisa mengajarkan menulis dengan indera atau bagian tubuh lain mungkin

Hanya di Steemit kita bisa membaca tulisan @teukukemalfasya yang berkilau lezat bergizi secara gratis. Di media, kita harus membelinya.

Dan karena prosesnya cepat, kadang tak berpikir untuk mengirim ke media lain

Terkadang, sebutir berlian terkirim ke Steemit. Dan sebutir mutiara terkirim ke media massa. Di Steemit, berlian bisa aeharga mutiara dan mutiara seharga berlian.

Begitulah.

Maksudnya Berlian AW? Two thumbs up untuk @ayijufridar yang makin berkibar-kibar

Alhamdulillah mendapatkan semangat menuslis,,,,saleum meuturi bangkemalfasya...

Wah baru tahu ternyata waktu yang baik untuk memposting itu habis magrib. Terima kasih atas pencerahan ini @teukukemalfasya. Saleuem mulia.