Rina Yusdarifa: Merantau Untuk Menghadapi Tantangan di Dunia Pendidikan

in #indonesia5 years ago

DSC_2066.JPG

“Bahwa salah satu golongan yang tidak akan mendapat kecerdasan adalah golongan yang hanya menulis ilmu di daerahnya sendiri tanpa berpetualang, hijrah, ataupun merantau ke daerah lain untuk mencari Hadits (ilmu),” Yahya bin Ma’in.

APA yang terlintas di pikiran Anda ketika mendengar kata “merantau”? Jika kita simak dari riwayat seorang imam ahlussunnah dan juga hadis (Muhaddits) di atas, maka merantau bukan hanya sekedar meninggalkan kampung halaman berbekal nekat, namun juga usaha yang dilakukan oleh manusia untuk membangun pola pikir yang matang jauh-jauh hari sebelum langkah kaki meninggalkan segala kenyamanan di tanah kelahiran.

Segala kemungkinan tidak terduga, baik positif maupun negatif akan kita temui di negeri orang. Yang pertama harus dipersiapkan adalah tujuan apa yang ingin kita capai di perantauan nanti. Tak ada salahnya bermimpi, bahkan mimpilah yang masih menjadi bara semangat yang tetap menyala, yang menguatkan kita menjalani hari-hari. Jangan lupa persiapkan mental sekeras baja dan kunci terakhir adalah tawakal.

DSC_2120.JPG

Namanya Rina Yusdarifa yang biasa dikenal dengan nama singkatan Rina, adalah salah satu dari ribuan mahasiswi lainnya yang menjalani pendidikan di perantauan. Dia seoarang perempuan yang lahir dari Etnis Karo dengan marga Sembiring. Tepatnya di Desa Payung, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 10 September 1997.

Rina sendiri merupakan anak pertama dari pasangan Nasrul Amal Sembiring dan Mery Br Sitepu. Ayahnya memiliki darah Padang, sedangkan ibunya masih memiliki ikatan dengan etnis Jawa. Rina anak pertama dari empat bersaudara. Ketiga adiknya juga perempuan. Orang tua Rina sehari-hari bekerja sebagai petani seperti masyarakat Karo pada umumnya.

Meski demikian, kedua orangtuanya memiliki semangat yang amat sangat besar dan cita-cita untuk menyekolahkan semua anak-anaknya ke jenjang tertinggi. Rina sendiri mempunyai riwayat pendidikan yang hampir sama dengan anak-anak Karo pada umumnya, di mana sekolah dasar hingga menengah dihabiskan di kampung halaman.

Rina merupakan lulusan dari SMA Negeri 1 Kecamatan Simpang Empat, Kabanjahe, Kabupaten Karo dan lulus pada tahun 2015. Sejak SMA, dia memiliki beberapa kegemaran, seperti membaca, belajar dan mengulang kembali semua pelajaran yang diberikan oleh guru di sekolah, serta mengerjakan tugas-tugas lainnya.

Mata pelajaran yang paling dia suka adalah Bahasa Inggris. Karena baginya pelajaran Bahasa Inggris adalah bentuk lain dari kegembiraan. Atas dasar itu, dia dipercayakan oleh guru pengampu pelajaran Bahasa Inggris sebagai asistennya dan memeriksa tugas teman-teman.

Selain Bahasa Inggris, Rina juga gemar dengan ilmu menghitung (matematika). Meski demikian, pelajaran Bahasa Inggris tetap menjadi pelajaran favorit baginya. Pada waktu itu Rina termasuk siswa yang memiliki motivasi besar dalam persaingan juara kelas, hingga menerapkan sistem belajar yang cukup ketat untuk diri sendiri. Metode tersebut tidak sia-sia belaka, pada perjalanannya, dia pernah menjadi juara umum se-sekolah dalam salah satu try out yang diadakan oleh sekolah. Rina juga pernah meraih juara kelas dan juara umum di sekolah. Beberapa prestasi itu membuatnya semakin termotivasi melanjutkan studi.

Setelah lulus SMA, Rina memiliki tekat untuk melanjutkan studi ke pendidikan tinggi. Dengan dukungan orangtua, Rina mendaftar di beberapa perguruan tinggi. Pada prosesnya, ia mendaftar di beberapa kampus berbeda dengan jurusan berbeda pula, baik pada uniersitas yang ada di Medan maupun Aceh.

DSC_2138.JPG

Pada saat mendaftar, ia menempatkan jurusan Antropologi Universitas Malikussaleh pada urutan pertama. Selain itu, dia juga memilih jurusan Komunikasi dan Akuntansi di beberapa kampus berbeda. Pada tahun 2015, garis hidup telah memilih. Rina akhirnya lulus dan diterima di Universitas Malikussaleh Lhokseumawe, Provinsi Aceh pada Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Awalnya Rina tidak terbesit melanjutkan studi di jurusan Antropologi. Saat mendaftar kuliah, yang ada di benaknya adalah merantau dan mencari tantangan baru dengan meninggalkan kampung halaman untuk menuntut ilmu. Dengan demikian, Rina berpikir, dengan melanjutkan studi ke luar daerah, wawasan dan pengalamannya akan bertambah dan akan membuatnya menjadi pribadi yang lebih terbuka dengan dunia luar.

Pada dasarnya Rina tidak terlalu mengerti tentang Antropologi. Namun, seiring berjalannya waktu, ia mulai menyukai disiplin ilmu tersebut hingga berhasil meraih gelar akademik di bidangnya. Baginya ilmu Antropologi memiliki peran yang krusial untuk Indonesia yang memiliki kultur budaya yang beragam. Dengan segala ilmu yang didapatkan di jurusan Antropologi, akhirnya Rina berhasil menamatkan kuliah dengan cinta yang besar pada jurusan ini.

Saat masih menjadi mahasiswa, Rina tercatat mengikuti beberapa organisasi, baik yang ada di kampus maupun organisasi yang ada di luar kampus. Rina tercatat pernah menjadi bendahara umum pada organisasi himpunan mahasiswa Antropologi Universitas Malikussaleh (Ling-KA) pada 2016-2017. Selain itu, Rina juga tergabung pada organisasi Ikatan Mahasiswa Karo-Lhokseumawe (IMKA) hingga saat ini. Adapun organisasi di luar kampus, Rina bergabung di organisasi literasi bernama Forum Aceh Menulis (FAMe) Chapter Kota Lhokseumawe. Oleh sebab itu, Rina menjadi mahasiswa yang memiliki pengalaman organisasi bisa dikatagori cukup.

Sebelum masuk kuliah, Rina membuat beberapa daftar target pribadi yang akan menjadi motivasinya dalam menjalani masa-masa perkuliahan. Dia ingin menjadi lulusan yang lulus dengan menyandang cume laude. Dan juga menargetkan menjadi mahasiswa dengan nilai tertinggi di kelas. Akhirnya, dengan semangat, kerja keras, doa serta dukungan orangtua, Rina berhasil mencapai semua target tersebut.

Saat masih kuliah Rina merupakan mahasiswa dengan IPK tertinggi di angkatannya. Selain itu, Rina juga pernah menjadi asisten dosen untuk beberapa mata kuliah. Rina juga berhasil menyelesaikan kurang dari empat tahun. Rina juga pernah mewakili mahasiswa Antropologi Universitas Malikussaleh dalam berbagai seminar dan pelatihan selama menjalani kuliah, baik yang diselenggarakan di Kota Lhokseumawe dan Banda Aceh.

Selama menjalani perkuliahan, Rina memiliki sosok motivator di jurusan Antropologi, yaitu seniornya yang bernama Putri Ananda Saka. Ia adalah mahasiswa Antropologi angkatan 2014. Bukan tanpa sebab, Rina mengagumi dan menjadikan Putri sebagai motivatornya karena semangat belajar seniornya tersebut di atas rata-rata. Selain itu, Putri juga menjadi alumni Antropologi Universitas Malikussaleh pertama yang berhasil mendapatkan beasiswa LPDP untuk melanjutkan studi master Antropologi ke UGM. Maka dari itu, Rina sangat termotiasi oleh Putri untuk terus berjuang melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.

Motivator terbesar dalam dunia kependidikan yang dimiliki oleh Rina adalah keluarga. Ia sangat bersyukur terlahir di tengah keluarga yang memiliki hasrat luar biasa besar menjadikan anak-anaknya sebagai orang yang berilmu dan berpendidikan. Rina juga bersyukur memiliki orangtua yang bekerja keras demi memenuhi kebutuhan pendidikannya agar kelak lebih baik dari mereka dalam susut pandang keilmuan. Orangtua selalu berada di barisan terdepan dalam mewujudkan semua mimpi-mimpi Rina dan adik-adiknya di dunia pendidikan hingga akhirnya ia berhasil menjadi sarjana pertama di keluarganya.

Kedepannya, Rina memiliki cita-cita sederhana, yaitu ingin membahagiakan orangtua dengan menjadi orang sukses dan bermanfaat bagi mereka. Rina juga memiliki cita-ita mulia lainnya, yaitu menjadi orang yang berguna bagi orang-orang sekitar, negara dan juga agama. Tentu saja semua itu memerlukan harga yang sangat mahal; kerja keras, usaha tanpa henti serta doa yang tak pernah usai. Rina selalu berdoa semoga kelak dirinya dapat membanggakan orangtua, guru-guru dan almamater yang pernah mewarnai perjalanan hidupnya.

Foto: Rina Yusdarifa Adalah Alumni Mahasiswa Prodi Antropologi Fisip Unimal Angkatan 2015

Penulis: Bustami alias @taministy