Syawal adalah kemenangan bagi semua, bahkan bagi yang kalah bertarung di kancah Pilpres... eh... Ramadhan.
Tiadalah pertarungan ulang untuk menghitung yang telah tertulis karena Sang Mutlak mencatatnya dengan mekanisme anti-error; ketika masa-silam tak mungkin lagi ditempuh. Tak ada yang lebih cepat dari masa-silam, bahkan waktu sekalipun.
Kalaulah ada yang bisa kulakukan sebagai pecundang-Ramadhan, semata sebentuk harap agar masih bisa kembali bersua di masa-hadapan. Sebab disanalah misteri kembali dapat ditempuh untuk menyingkap daya-diri.
Kini, nikmati saja rendang dan segala aksesoris tauco, lontong, kerupuk merah dan beragam wujud penghiburan atas kekalahan yang begitu siri dan lindap. Juga kemenangan nan gebyar-gemerlap.
Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum...