Antropologi Aceh

in #indonesia7 years ago

Pada kesempatan ini saya akan mereview antropologi Yang merupan bab 18 volume ke dua karya Kamaruzzaman Bustaman Ahmad ph. D. Antropologi adalah ilmu Yang mempelajari tentang manusia, bukan itu saja antropologi juga mempelajari tujuh unsur kebudayaan yaitu terdiri dari bahasa, alat, komunikasi, sistem organisasi sosial, sistem peralatan hidup Dan teknologi, Mata pencaharian sistem religion, Dan kesenian. Tujuan antropologi adalah untuk lebih mengpresiasi Dan memahami manusia sebagai makhluk sosial Dan enititas biologis homosepiens dalam kerangka kerja Yang konferensif Dan interdisipliner.

Kajian antropologi dengan kedatangan orang asing ke tempat tempat tertentu merupakan dua mata koin Yang tidak dapat dipisahkan. Terlepas dari cara Dan upaya orang asing menetap di Aceh, namun strategi mereka hampir mirip dengan pengalaman para antropolog ulung zaman perang dunia I Dan II. Mereka dikirim oleh negara untuk "membuka" pemahaman tentang wilayah Yang menjadi target, kemudian mereka menyisir setiap aspek kebudayaan, sebagai seorang etnografer. Dalam konteks modern, polannya tidak tentu lagi seperti zaman dahulu kala, melainkan dilakukan berbagai strategi.
Untuk itu, kajian antropologi Aceh, ingin menarik lebih jauh lagi mengenai kebudayaan Yang dihasilkan oleh rakyat Aceh, sehingga mampu bertahan dari setiap kepungan, baik dari belanda, maupun dari republik Indonesia.

Kehadiran Aceh dengan segala pengalaman kepungan kebudayaan (penjajah, Indonesia, melayu, Dan Barat) mengajak kita untuk memahami apa Yang sebenarnya Yang dimiliki oleh antropologi Aceh. Dalam hal ini memunculkan ilmu acehnologi yaitu sisi antropologi memang landasan awal, setelah memahami sejarah kosmologi, filsafat, sosiologi Yang ada di Aceh. Dalam konteks ini memang belum ada orang Aceh Yang melakukan studi sebagaimana para antropologi dari luar Yang tinggal berbulan bulan, hingga bertahun tahun di daerah lain untuk melakukan penelitian.

Orang Aceh Yang meneliti budaya Aceh, memang akan mengundang sejumlah bias. Yang diperlukan bukanlah hanya membuat definisi atau penjelasan kebudayaan Yang muncul di dalam masyarakat Aceh. Sejauh ini, migrasi Dan dispora orange Aceh telah berkembang keseluruh dunia. Tidak ada kajian serius, mengenai bagaimana mereka mempertahankan kebudayaan mereka, untuk apakah dinegosiasikan dengan budaya tempatan atau meninggalkan budaya asli sebagai orang Aceh. Demikian pula perubahan sosial kebudayaan di dalam masyarakat Aceh juga menunutut adanya penjelasan secara antropologis. Sebab, rekayasa Aceh secara keilmuan, pasca kedatangan penjajah Belanda adalah secara antropologis.

Dalam konteks ini, kajian antropologi di Aceh tampaknya lebih banyak berupaya untuk menjelaskan kebudayaan masyarakat di pegunungan Dan pesisir. Namun demikian, studi masyarakat selain Yang diteliti oleh para peneliti orang Asking (pegunungan Dan pesisir), masih belum banyak disentuh. Walaupun Sekarang beberapa peneliti muda Yang mengguankan pendekatan antropologi, sudah membedah Singkil. Namun penjelasan kebudayaan dari Singkil masih belum banyak disentuh oleh para peneliti.

Salah satu unsur penting dalam penelitian antropologi adalah kajian terhadap budaya. Ini merupakan tugas utama seorang antropologi di dalam menafsirkan budaya pada suatu tempat atau kawasan. Di dalam karya Acehnologi ini, telah dipaparkan tentang kebudayaan di Aceh. Karena itu, pendekatan antropologi sangat sangat memungkinkan untuk menafsirkan budaya Aceh. Hanya saja, jika disebutkan istilah antropologi Aceh, salah satu tugas utama adalah melakukan penerapan teori teori ilmu tersebut yang berbasiskan spirit Aceh untuk menganalisa budaya Aceh. Ini tentu saja persoalan yang amat rumit, sebab antropologi Aceh sendiri belum menemukan kontruksi keilmuan sendiri.
Bahkan kajian antropologi masih didominasi oleh hasil hasil teoritisasi ilmuan Barat. Dengan kata lain, ketika memahami budaya Aceh dengan sendirinya, dipaksakan untuk menggunakan hasil hasil telaah peneliti ilmu sosial Dan humaniora terhadap studi mereka pada the others.