Untuk pertayaan pertama, apakah ada seseorang yang memahami betul sebuah konten sehingga dia layak disebut seorang kurator konten? Ada, setelah @levycore, setiap kita adalah kurator konten itu sendiri, untuk itu kita harus selalu menyajikan konten yang menarik dan penulisan sesuai KBI. Karena sebelum konten itu sampai ditangan kurator kita mencari bahan, meracik dan barulah dia formula yang menawan untuk kita posting. Nah, bayangkan jika kita sendiri tidak memahami konten yang kita buat, jangankan kurator kitapun akan bingung dengan tidak memahami akan konten itu sendiri. Disini setelah kurator, kita sendiri juga adalah kurator untuk konten-konten yang kita sajikan, untuk itu konten yang bagus kita buat layaknya untuk diri kita sendiri bukan buat Kurator Indonesia.
Pertayaan kedua: ada, seperti @levycore yang bilang, didunia saja susah mendapatkan keadilan, itu benar. Tapi di Steemit ada sedikit perbedaan. Kenapa? Karena
disini keadilan didapatkan dengan rajin berusaha, bukannya karena adanya koneksi. Didunia biasanya keadilan itu buat mereka yang kaya dan berpangkat ataupun punya baking kuat.
Saya ingin mengomentari pendapat Abang ini. Sebelum saya menuju ke komentar inti, saya mau menyampaikan pengantar terlebih dahulu.
Saya menggaris bawahi kata "layak" pada pertanyaan Bg @levycore. Kata layak ini seyogianya ditujukan pada orang yang mendapat mandat untuk melakukan sesuatu, dalam hal ini adalah mengoreksi dan menilai sebuah konten pada postingan para steemian. Tentunya, pemberian mandat ini harus melalui tahap pemenuhan kualifikasi dan tahan seleksi. Setelah itu, barulah seseorang layak disebut sebagai hakim/juri terhadap penilai sebuah konten, sebutan itu lebih layak dibandingkan dengan kurator konten. Karena dia akan bekerja untuk menilai konten apakah sudah layak diberi apresiasi atau tidak.
Kurator yang sering disebut-sebut oleh para steemian hanyalah seorang steemian yang kebetulan memelukku SP lebih tinggi dari steemian lainnya. Mereka tidak dipilih sesuai dengan tahapan yang saya sampaikan di atas. Tentunya tidak ada jaminan bahwa mereka memiliki kapasitas untuk bekerja seperti hakim maupun dewan juri.
Selain itu, di Steemit tidak ada standar penilaian terhadap sebuah konten. Semua aktifitas yang dilakukan di Steemit berasaskan "like or no". Tentunya ini hanya tindakan subjektif dari seorang steemian. Jika konten postingan sesuai dengan kenginan atau seleranya, tentu akan di upvote sebagai bentuk apresiasinya terhadap penulis. Jadi belum ada standar kualitas konten yang baku di Steemit. Jika kita ingin mengadakan seorang penilai handal (layak) terhadap konten dimaksud, harusnya standar kualitas konten harus dibuat terlebih dahulu agar penilaian punya kriteria penilaian.
Mengenai jawaban Abang terhadap pertanyaan @levycore yang pertama, secara tersirat sudah saya singgung di atas. Tidak ada yang pantas disebut "layak sebagai penilai konten dan tidak perlu ada. Yang ada hanya para penilai individual. Suka atau tidak adalah asas nya.
Sedang untuk jawaban Abang yang ke-dua. Kata keadilan sebenarnya kurang pas dalam pembahasan ini. Karena kita tidak sedang membahas hak dan kewajiban. Tidak ada yang memiliki kewajiban membuat postingan di Steemit, dan tidak ada pula hak para untuk mendapatkan upvote dari steemian lainnya.
Postingan hanyalah bentuk curahan ekspresi, ide, gagasan, dan lain-lain dari para steemian yang dituangkan di steemit, Steemit hanyalah wadah yang menampung itu. Ketika seorang steemian mau buat postingan, silahkan. Tidak mau buat postingan juga tidak ada hukuman atau sanksi terhadap mereka.
Sedangkan upvote hanya bentuk ekspresi dari steemian lain yang kebetulan suka dengan postingan yang kita buat. Kita tidak punyak hak untuk memaksa orang lain memberi upvote terhadap postingan kita, begitu pula sebaliknya.
Dengan tidak adanya hak dan kewajiban di Steemit, maka tidak ada yang dilanggar atau pun dirugikan. Dengan demikian, tidak ada keadilan yang mau dituntut di Steemit.
Aktifitas di steemit layaknya air, mengalir kemanapun ia mau.
Saya ingin bertanya kembali kepada anda @rizalfachry.
Apakah konten itu hanya sekedar tulisan atau memang ada konten yang tidak berbentuk tulisan ?
Menurut saya, sebetulnya konten itu tidaklah semuanya harus berbentuk tulisan, ada beragam konten yang bisa kita jumpai disini (Steemit) sebagai contoh kecilnya, seperti yang anda sukai saat ini yaitu drawing bukan? Itu lah konten, dan masih banyak konten-konten lainnya. jadi kita cukup mendalami dan selalu berusaha untuk konten kita sendiri
ok saya terima pendapat anda.
Sangat seyuju sekali
Saya setuju dengan yang petama anda katakan "Kenapa? Karena
disini keadilan didapatkan dengan rajin berusaha,,"
Karena
KERJA KERAS TAKKAN MENGKHIANATI HASIL
namun saya kurang setuju dengan tulisan anda
"Didunia biasanya keadilan itu buat mereka yang kaya dan berpangkat ataupun punya baking kuat."
Bagi saya menyalahkan mereka yang punya pangkat yang tidak memberi keadilan bagi kitaadalah hal yang salah,karena pangkat mereka ada karena ada yang mendukungnya/memlihnya
"ATAP TAKKAN MUNGKIN BISA BERADA DI ATAS JIKA TAK ADA TIANG YANG MENGANGKATNYA''
Terimakasih sudah merespon komentar saya, dengan begitu sedikit banyaknya komentar ini sudah mencapai tujuannya.
Salam...
Salam....
Vote @blockchain07
Benarkah keadilan di dunia nyata seperti yg anda katakan? Bukankah kita semua tahu dan percaya bahwa "Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelum kaum tersebut merubahnya".
Jadi mau itu di dunia nyata atau dunia Maya steemit sama saja "Man jadda wa jada". Toh steemit juga berada si dunia nyata, yg membuat dan menjalankannya juga manusia. It's my mine.
Salam yes/no @rizalfachry
Dengan tak mengurangi rasa hormat kepada @debay, saya rasa apa yang dikatakan oleh saudara @rizalfachry benar apa adanya, didunia lumrah kita saksikan keadilan hanya milik mereka yang hebat. Perbandingannya seperti keadilan untuk maling ayam dan koruptor. Bukankah ini jadi bukti kuat bahwa keadilan disini tajam kebawah dan tumpul keatas.
Berusaha hanya sebuah jalan. Hasil akhir hanya Allah semata yang tahu. Allah tak akan merubah nasib tanpa ada iktiar diri kita sendiri.
Iya @abirifka saya setuju. Namun, Perbandingannya seperti keadilan untuk maling ayam dan koruptor.
Ini keadilan dari sisi hukum (seperti hukum Rimba memang). Dan yg saya maksd disini adalah keadilan dalam hal pemberian reward dan perhatian. Dan disampaikan oleh @rizalfachry adalah disini keadilan didapatkan dengan rajin berusaha, bukankah di dunia nyata kita juga bisa mendapatkan lebih jika rajin berusaha ? . Jadi saya simpulkan bahwa dunia nyata dan steemit sama saja karena masih berkaitan dengan perilaku manusia.
Aku siih yes..😅
Namun, saya rasa anda harus mempelajari dan memahami teks dan konteks lebih lanjut dri "man jadda wa jada".
Ini sudah menyanggkut dengan agama, tidak etis rasanya kalau berargumen mengenai itu, bukankah kita semua tau akan hal itu. Ini hanya soal khilafiah saja. ✌️
Untuk pertanyaan pertama saya setuju dengan @rizalfachry, karena kita adalah adalah pembuat konten, jadi kita harus tahu memahami apa konten yang kita buat untuk dikonsumsi khalayak ramai.
Untuk pertanyaan kedua mungkin maksud saudara rizal keadilan di Steemit sudah hampir mendekati. Ya, saya juga setuju itu. Disini kita harus berjuang untuk merasakan keadilan itu. Itu tak salah karena begitulah sistem Steemit itu. Tapi menurut saya keadilan bukan hal seperti itu
. Arti keadilan sesungguhnya, memberikan haknya yang sesuai. Karena saya lihat ada postingan kawan yang layak tapi tak pernah dapat vote, malah justru sebaliknya. Inilah PR untuk Steemit agar berbenah kedepanya, agar para steemian dapat merasakan keadilan disini.
Kawan @rizalfachry telah menjawabnya dengan begitu indahnya , orang memahami konten itu sendiri adalah kita sendiri.sebab kita yang melahirkan konten itu.
Keadilan di Steemit masih seperti, "panggang jauh dari api" . Begitulah kira-kira. Banyak konten menarik yang dibuat kawan steemit tapi kurator tak pernah menjamahnya, keadilan disini sepertinya hanya dilingkup itu-itu saja.
Ikhlas dalam saling mendukung dan saling berbagi, saya rasa saling melengkapi, terima kasih teman.