Menulis jadi cara untuk menuangkan pikiran agar lebih tahan lama. Menulis juga bisa menjadi sarana menenangkan pikiran. Tapi, menulis juga butuh asupan 'nutrisi' berupa buku berkualitas yang mesti dibaca sang penulis. Selain memperluas cakrawala berpikir dan bisa jadi pemantik ide-ide baru, membaca buku juga dapat membantu kamu refreshing.
Bicara soal refreshing, maka tentu judul buku yang dipilih mestilah yang sesuai dengan selera pembacanya. Saya termasuk kategori yang fleksibel soal genre buku. Walau dominan buku yang paling disukai tetap thriller atau berunsur komedi. Rada jomplang, ya?
Menelusuri setiap kata dari buku yang baru tuntas dibaca, bagi saya pribadi, seakan menjadi penyulut ide kosakata baru. Apalagi kalau buku yang dibaca memang mengandung materi sastra. Tapi sastra yang enggak 'berat-berat' banget. Supaya buku tersebut enggak cuma jadi pengantar tidur.
Intinya, membaca dan menulis punya korelasi yang sangat besar. Penulis yang gemar membaca tentu punya lebih banyak pilihan kosakata ketimbang mereka yang enggan menambah daftar bacaan. Demikian halnya dengan mereka yang gemar membaca, biasanya sebagian diantara mereka punya minat untuk menuangkan pemikiran mereka menjadi tulisan.
Terus, kalau begitu mana yang duluan?
Sering baca buku, atau rajin menulis baru mulai membaca buku?
Mengutip dari buku yang baru saja saya baca (ulang), yang berjudul Parent with No Property karya Han Hee Seok, kemampuan menulis dimulai dari kebiasaan membaca buku. Kenapa alasannya begitu? Nah, untuk yang satu itu akan saya jawab berupa resensi bukunya saja, ya! Meskipun tergolong buku jadul alias terbitan tahun 2011, tapi isinya masih layak diulas. Sekalian saya latihan nulis (hehe).
Kalau kamu punya pendapat berbeda, enggak apa-apa. Soalnya kakak saya pun sangat suka membaca. Serius, dia punya tumpukan buku yang memenuhi segala penjuru kamarnya. Dan, kakak saya ini sama sekali tidak tertarik dengan dunia kepenulisan. Jadi, ada kok orang-orang yang suka baca tapi gak suka nulis. Asalkan, sebisa mungkin, jangan suka nulis tanpa rajin membaca, ya. Jangan sampai malah menuliskan hoax lantaran kurang kroscek materi tulisan.
Feel free to share your opinion below guys, thanks!
Catatan: Foto adalah Koleksi Pribadi yang Diedit Menggunakan Aplikasi Portra
bacaan akan mempengaruhi memori dan pola bahasa, sehingga dapat membuat pola bahasa kita mirip dengan yang kita baca....
Iya :) gaya penulisan biasanya memang akan banyak dipengaruhi dari buku yang dibaca ya..
Informative article. Thanks for sharing this article,
Thank you :)
Kalo saya suka kedua-duanya, Mba.
Membaca dan menulis ibarat sebuah koin, yang tak bisa dipisahkan sisi atas dan sebaliknya. 😊
Iya setuju mbak. Gak bisa dipisahkan keduanya. Abis baca biasanya suka dapat ide tulisan atau sebaliknya, kalo mandek pas nulis justru butuh refreshing dengan baca buku. :)
Wah, kakaknya mbak kaya saya dulu, sukanya baca doank, nulis nggak. Sekarang (sejak kecemplung di bbrp event nulis akhir tahun lalu), malah jadi nulis terus, dan mulai kekurangan waktu untuk mbaca.
Tapi biar gimanapun, membaca sebelum menulis emang penting banget, supaya kita tahu bahwa suatu saat tulisan kita akan dibaca juga oleh orang lain, jadi nggak sembarangan nulis 😉👌
Salam kenal dari Endang di Pekanbaru 🤝🤗
Setuju mbak, Salam kenal juga. Ternyata di komunitas lain kita pun barengan :)
Begitulah ... dunia ini sempit, kk 😘😊👌
Membaca dan menulis mungkin bisa menjadi aktivitas asing bagi generasi kekinian, karena bacaan mereka kebanyakan adalah medsos dan tulisan mereka adalah update status.
wkwkwk...kalo statusnya bagus gapapa ya gan