Beberapa hari ini hujan dan gerimis selalu ricuh, entah sedang membicarakan apa, hanya dingin dan suasa sepi yang berhasil masuk ke dalam rumah, membuatku terkantuk-kantuk.
Siang malam hujan menyuguhi mimpi, seisi ranjang jadi kumuh tertimbun sel-sel tubuhku yang semakin berkembang biak, subur oleh menu penghangat, sementara televisi hampir membuat jebol bola mataku dengan berita yang tak tentu.
Kali ini musim hujan paling panjang, meski sudah memasuki Bulan Maret, yang kata orang terdahulu menyebutnya Pancaroba, dimana para petani tinggal menunggu menua padi dan mulai mempersiapkan acara sakral dengan dupa dan kantung-kantung janur di gantungkan pada pintu depan rumah.
Namun yang kurasakan diriku menuai rindu, rindu celoteh Fajar dan warna Senja dimana keduanya selalu tersaji sepasang cangkir beserta setangkup kudapan saling menghangatkan dan seraut wajah yang membuatku terasa nyaman. Seraut wajah yang mengisi hari-hariku, seraut wajah yang menumbuhkan rasa cinta, seraut wajah yang selalu membuat diriku berarti, searut wajah yang menciptakan mimpi indah, hanya seraut wajah itu yang membuatku selalu serasa pagi dan senja.
Hingga malam ini, hujan masih saja berbincang dengan gerimis, membicarakan dingin dan sepi, sementara waktu masih mendetakkan namamu
👏
😄😄😄
Melankolis.......
Melelehkan Aslinya 😀
Ambil kursus pawang hujan, teh @ratuayu...he he he
Salam haneut
iyaaa....Bandung hujan terus hahaaa....