Selamat malam steemians. Saya akan melanjutkan agenda saya, yakni mereview sebuah buku. Buku yang akan saya review adalah lanjutan dari buku sebelumnya, yaitu buku Acehnologi volume 3.
Bab pertama dalam buku ini adalah membahas tentang kerak peradaban Aceh. Hari ini Aceh masih belum bergerak secara aktif untuk keluar dari kemelut. Hampir setiap episode sejarah pasca abad ke-17, selalu dihinggapi konflik atau tragedi berdarah, yang selalu melihat manusia sebagai aktor utama. Tidak sedikit yang menganggap bahwa Aceh telah menoreh satu penggal peradaban yang tidak dapat dilupakan oleh siapapun. Namun, proses untuk mengulangi keberhasilan peradaban Aceh, selalu mengalami kegagalan. Jal ini terlihat , misalnya setelah abad ke-17, Aceh mulai disibukkan untuk menerima sistem berpikir yang tidak lagi mengakar pada spirit ke-Aceh-an. Akibatnya, ketika spirit ke-Aceh-an tidak lagi muncul, maka negeri Aceh sangat mudah untuk ditaklukkan. (hal 739)
Aceh runtuh pada abad ke-17 Masehi. Dari sisi spirit, saat itu sedang bergolak satu pemikiran mengenai falsafah hakikat manusia. Walaupun saat itu, belum ada upaya untuk peneguhan satu identitas yang diperhadapkan dengan peradaban lain, namun Aceh telah menyamai pengaruhnya dengan peradaban lain, yaitu Melayu. Ketika Aceh bergabung dengan Republik Indonesia, Aceh dianugerahi gelar 'istimewa'. Namun, tidak diberikan ruang untuk menjadikan islam sebagai spirit dalam tradisi bernegara. Demikian pula ketika Aceh diberikan hak untuk mengurusi diri sendiri, diberikan gelar Nanggroe Aceh Darussalam dan ketika MOU Helsinki tahun 2005, setahun setelahnya Aceh diberikan gelar baru yaitu Pemerintah Aceh. Namun, sampai sekarang, Aceh tidak menampakkan keistimewaannya, apalagi mencapai kegemilangan. Aceh tetap Aceh yang gamang dan galau. (hal 745)
Tiga spirit yang telah dikembalikan ke Aceh oleh Indonesia adalh spirit islam, budaya dan ilmu pengetahuan. Inilah zaman kesempatan bagi orang Aceh untuk membangkitkan kembali peradaban Aceh. Dalam hal ini, ada beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan untuk menemukan kembali peradaban Aceh.
- Menemukan kembali aspek-aspek yang menghidupkan kosmologi Aceh.
- Membina jaringan intelektual untuk menyatukan visi dan misi mengenai Arah masa depan Aceh dalam tiga bidang yang telah memberikan spirit jati diri orang Aceh yaitu Islam, budaya dan ilmu pengetahuan.
- Menggerakkan alam pikir orang Aceh dari romantisme sejarah ke pencarian spirit-spirit dalam setiap episode sejarah Aceh.
- Membuka hati dan batin terhadap kemampuan peradaban lain yang sedang menggerakkan kekuatan spiritual mereka ke Tanah Aceh. (hal 756)