Menjadi Manusia

in #indonesia6 years ago (edited)

Ini apa maksud judulnya ? Apakah ada manusia yang tidak manusia. Apa mungkin manusia bukanlah manusia?. Manusia merupakan makhluk mulia, paling canggih diantara para makhluk lainnya yang diciptakan Sang Pencipta. Manusia memiliki kemampuan yang dapat mengadaptasi teknologi baik itu hardware maupun software dibanding makhluk-makhluk lainnya. Manusia tercipta dari tanah. Tanah merupakan unsur yang dapat menerima unsur-unsur lain di luar dirinya. Misalnya tanah tidak akan hilang ketika di bakar oleh api, tanah tidak dapat ditiadakan ketika di lahap oleh air. Hal ini dikarenakan partikel tanah dapat menampung unsur-unsur selain dari dia. Artinya karena diciptakan dari tanah, hal ini menjadikan Manusia memiliki kemampuan bebas dalam memilih untuk menjadi apa dan siapa. Apa untuk menjadi orang baik maupun orang jahat.

Kebaikan dan Kejahatan merupakan unsur internal yang telah bersemayam pada Manusia. Manusia dinilai lebih mulia dibanding makhluk lainnya dikarenakan manusia diberikan akal. Akal merupakan dewan penasehat pikiran dan hati seorang manusia, Dengan akal pikiran akan dapat mengambil keputusan dengan tepat sesuai kadar kebutuhannya. Lalu dengan integrasi akal dan pikiran berjalan dengan baik maka hati akan dapat merasakan mana itu baik dan man itu buruk. Semakin kita dapat merasakan keberadaan akal maka hati dan pikiran tidak akan mudah ditunggangi oleh nafsu angkara yang mengajak ke arah jalan yang menyesesatkan.

Manusia dapat menjadi iblis dan menjadi malaikat. Bahkan takaran nilai keiblisannya bisa melebihi iblis sendiri begitu juga dapat menjadi malaikat yang takaran nilainya kemalaikatannya melebihi nilai kemuliaannya malaikat itu sendiri.

Menurut tafsiran saya, Nilai yang bernaung di raga manusia merupakan indikator mengapa Gusti Allah memberikan gelar mulia kepada Manusia. Tentu saja gelar paling mulia akan dihadapkan dengan tanggung jawab yang diberikan lebih berat dibandingkan malaikat dan iblis. Namun tanggung jawab tersebut akan terasa ringan apabila kita sadar bahwa, pengetahuan, ilmu dan kemampuan yang diberikan oleh Gusti Allah kepada manusia berupa teknologi yang open source atau teknologi yang mempunyai sistem yang dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan. Hal ini menjadikan segala kemampuan tersebut bagaikan 2 mata pisau. Yang satu dapat menjadi kebaikan, yang satu dapat pula digunakan untuk kemungkaran.

Manusia diperintahkan untuk menjadi penjaga dan pengelola alam semesta. Makhluk-makhluk selain Manusia walaupun ada yang lebih senior dibanding Manusia dan lebih taat kepada Sang Pencipta, Tidak dapat menyanggupi tugas yang diberikan kepada Manusia. Hal ini lah menjadi alasan mengapa Sang Pencipta untuk meminta kepada malaikat dan iblis untuk mengakui dan patuh kepada koordinator yang masih junior. Hal ini membuat Iblis protes kepada Sang Pencipta. Kok bisa, manusia yang masih anak baru itu diberikan jabatan sebagai khalifah. Iblis yang radikal akhirnya enggan mengakui dan berusujud ketika diminta Tuhan untuk sujud dihadapan Manusia.

Dari masa ke masa manusia mengalami penurunan nilai. Mulai karena ujian harta, kekuasaan dan wanita. Di Kitab Suci disampaikan bahwa dari era Manusia pertama, yakni kisah Putra Nabi Adam Habil dan Qabil yang saling berebut wanita sehingga salah satu dengki dan tega membunuh saudaranya sendiri demi wanita. Kemudia era Firaun yang diberikan kenikmatan, keilmuan dan kebijaksanaan yang lebih dibanding manusia biasa. Malah menuhankan kekuasaan dan jabatan. Tidak kuat ternyata Firaun menerima Rahmat dan Ridho dari langit. sehingga menjadikan Firaun orang yang murka kepada Sang Pencipta. Kemudian terakhir harta ya dapat kita rasakan sekarang bagaiaman harta menjadi katalisator manusia. Banyak sekarang manusia tidak dapat melewati ujian ini. Mereka melakukan sesuatu biasanya untuk mengumpulkan harta. Sehingga harta sekarang telah menjadi thogut yang disembah oleh para manusia kapitaslis. Dari semua ujian tadi banyak manusia yang tidak bisa melewatinya. Ada yang tidak lulus ujian dan dampaknya luas hingga menyeret-nyeret masyarakat dan adapula yang dampaknya hanya ke diri sendiri.

Manusia diberikan panduan dan tips-tips oleh Sang Pencipta bagaimana caranya menjadi manusia Ahsani Takwim atau manusia yang diciptakan sesuai kemauan Gusti Allah. Namun sayang pengetahuan dan ilmu tersebut malah menjadi alat atau senjata bagi manusia untuk menyakiti manusia lainnya bahkan untuk menghianati Sang Pencipta dan menduakan Sang Pencipta. Diberikan kenikmatan manusia langsung mabuk tidak sadarkan diri kalau kenikmatan itu telah menjauhkannya dari Sang Pencipta. Ketika diberikan kesengsaraan manusia malah murka kepada Sang Pencipta walaupun sesungguhnya kesengsaraan itu merupakan buah hasil perbuatan mereka sendiri. Hanya karena materialisme, Kebanggaan menjadikan mereka sombong sehingga tujuan hidup berpindah haluan mengejar pengakuan duniawi yang fana.

Namun selain itu ada juga manusia yang ketika dia mendapatkan pengetahuan dan ilmu membuat mereka semakin kagum akan kebesaran pencipta. Semakin bertambah pengetahuan dan ilmu yang diperoleh semakin sadar pula mereka bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa. Mereka rela dipandang rendah demi menjaga kestabilan sosial yang ada di lingkungannya. Mereka melakukan hidup yang sesuai batas dan kapasitasnya serta sesuai keinginannya Sang Pencipta. Kasih sayang yang ada di diri mereka merata dan adil di curahkan ke siapa saja. Mereka menghargai orang bukan karena atribut duniawi yang sementara melainkan karena sesama manusia. Baik itu miskin, kaya, berpangkat, tenar, berprestasi, mulia maupun hinda. Mereka merasakan kesedihan yang dirasakan manusia lainnya. Cinta, kasih dan rasa peduli mereka sering dibalas dengan kesengsaraan bagi mereka, namun hal itu tidak sama sekali menggoyahkan rasa kasih sayang mereka kepada sesama manusia.

Mereka tidak ingin menang, tidak pernah merendahkan, menyembunyikan kemuliaan yang ada bahkan mereka malah ingin terlihat tidak mulia demi menjadikan manusia yang lebih baik di sekitarnya. itulah Manusia Ahsanu Takwim.

Kesadaran itu muncul ketika manusia telah sadar ketika dia meniadakan dirinya. Apapun yang diberikan Sang Pencipta ke dirinya dengan segera mereka sadar kalau ini semua titipan belaka mutlak punya Gusti Allah. Begitu juga dengan ujian mereka menyikapinya segala hal ujian kesengsaraan tersebut ialah keinganan Gusti Allah. Maka kesadaran tersebut membentuk kita untuk tidak terikat oleh gebyarnya dunia. Ketika direndahkan oleh dunia tidak merasakan sedih berlebihandan ketika dipuji dunia tidak sombong.

Ibadah merupakan alat pembentuk kesadaran untuk kembali menjadi manusia yang diinginkan Sang Pencipta. Jadikanlah segala ibadah dan ritual keagamaanmu \tanpa harus terhenti oleh adanya pundi-pundi surga maupun neraka. Boleh saja mengejar surga dan neraka namun tingkatkan terus ibadah tersebut untuk menghasilkan kebaikan dan kemanfaatan bagi lingkungan sekitar. Pupuk terus kesadaran akan keberadaan Sang Maha Adil disetiap perbuatan kita. Seringlah mengingat segala perbuatan dan keinginan yang bersumber dari Sang Pencipta. Lakukanlah tugas manusia dengan rasa tanpa pamrih. Berbuatlah kebaikan tanpa harus berharap mendapatkan kebaikan, hargailah manusia lain tanpah harus ingin dibalasi menghargai, benci dan murkalah hanya kepada sifat tercela yang ada pada manusia bukan manusianya semata serta sadarlah bahwa perilaku manusia audiensinya bukan hanya manusia saja.