Assalamualaikum....
Sahabat kreatif steemit, semoga anda selalu dalam lindungan Allah dan semoga setiap langkah anda akan menjadi amal baik serta manfaat bagi orang banyak .
Sahabat, sepertinya musim hujan mulai menyapa kita, meskipun belum terlalu sering, perubahan iklim tidak lagi menurut kebiasaan. Mungkin inilah fenomena alam yang siklusnya semakin hari semakin bergeser.
Nah disini saya tidak sedang ingin membicarakan masalah iklim, namun ada sisi lain yang berkenaan dengan saat musim penghujan tiba. Bagi saya yang tinggal di Aceh dan dikelilingi sawah tentu ada semacam tradisi atau pesta rakyat yang selalu terekam di memori saya ketika musim sawah tiba.
Turun sawah (Troen u Blang ) merupakan sebuah tradisi masyarskat Aceh yang turun temurun ketika musim sawah tiba. Tradisi ini merupakan bentuk implimentasi rasa syukur kepada Maha Pencipta agar hasil panennya nanti berlimpah dan berkah.
Meskipun tradisi ini adalah konversi dari agama hindu, namun dengan mengislamisasinya maka tradisi ini dipandang boleh oleh sebagian ulama yang ada di Aceh.
Dahulu kenduri troen u blang ini tujuannya untuk meminta rahmat pada alam atau roh-roh ghaib, maka proses islamisasi ini merubah cara pandang masyarakat yang ditujukan kepada Allah swt. Acara ini biasanya diisi dengan berzikir dan berdoa bersama di pinggir sawah. Namun bagi sebagian masyarakat melakukannya di samping kuburan ulama yang dikeramatkan, mungkin dengan tujuan dengan memuliakan ulama maka keberkahan akan di dapatkan. Wallahu 'alam bisshawab.
Namun ada yang unik dari tradisi ini yaitu kebiasaan masyarakat secara bergotong royong menyiapkan menu makanan dalam acara kenduri blang tersebut. Saat kenduri blang akan tiba, masyarakat akan mencari ayam dara (betina) muda yang hampir bertelur untuk disembelih dan dimasak oleh kaum ibu di area sawah tempat kenduri berlangsung. Semua perlengkapan seperti kompor dan peralatan untuk memasak di bawa ke sana.
Ayam betina muda itu biasanya ayam sehat dan bulunya cantik. Ayam tersebut dipotong kecil-kecil dan dibersihkan. Kemudian diberikan garam dan perasan air jeruk nipis lalu dimasak merah agak encer dengan bumbu-bumbu rempah kare khas Aceh.
Sebelumnya masing-masing warga membawa bu kulah (nasi yang dibungkus daun pisang berbentuk piramid) sejumlah yang ditentukan oleh petua kampung untuk dimakan bersama dan dibagikan kepada warga yang tidak mampu di tempat acara berlangsung.
Sambil menunggu acara masak selesai, petua kampung mengajak warga kampung khususnya laki-laki untuk melakukan doa bersama memohon rahmat dari Allah agar proses bertaninya nanti berjalan lancar, selamat dan dijauhkan dari hama serta mendapat hasil berlimpah serta berkah.
Setelah acara masak-masak selesai, maka hidangan pertama harus dihidangkan kepada ulama yang di undang memimpin zikir tadi. Hidangan tersebut diletakkan di atas talam yang diatur rapi sebagai bentuk kemuliaan terhadap orang yang dianggap lebih dalam hal agama.Baru kemudian dilanjutkan dengan makan bersama sampai acara selesai.
Bagi warga tertentu, sebelum turun ke sawah biasanya mereka membuat acara tepung tawar (peusijuek) benih padi terlebih dahulu sambil berdoa agar benih padi yang akan ditanam kelak berhasil menuai panen seperti yang diharapkan.
Demikian serangkaian tradisi turun ke sawah yang ada dalam masyarakat Aceh meskipun sebagian warga tidak melakukan lagi tradisi tersebut namun bagi warga di kabupaten tertentu tradisi turun sawah ini telah menyatu dalam diri mereka sebagai bentuk peninggalan yang wajib dilestarikan meskipun ada pro kontra di kalangan ulama.
Semoga bermanfaat. Sukses untuk anda.
Salam hangat
Bu kulah yang ka jarueng ta meurempok lawet nyoe
Watee maulid sering kan?hehe