Review Acehnologi Vol 3 Bab 22 (Kerak Peradaban Aceh)

in #indonesia7 years ago

Assalamualaikum Wr..Wb.. semua .Perkenalkan saya Mira Marliza pada postingan pertama ini saya akan mereview buku acehnologi karya Bapak Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, Ph.D
Yang akan saya review yaitu bagian kelima : Fondasi Peradaban Acehnologi, Bab 22 Kerak Peradaban Aceh hal 739-758.

Dalam bab ini akan membahas tentang kesadaran masyarakat mengenai peradaban Aceh yang akan di mulai dengan spirit, being, dan action.
Aceh belum bergerak secara aktif untuk keluar dari kegelapan. Dan hampir disetiap episode sejarah pasca abad-17 konflik dan tragedi berdarah masih dihadapi. Dan setelah abad-17 Aceh mulai di sibukkan untuk dapat menerima sistem berpikir yang sudah tidak lagi mengakar pada spirit ke-Aceh-an. Maka akibat yang muncul yaitu negeri Aceh sangat mudah di taklukkan. Aceh tidak pernah berhasil di kalahkan dari penjajah, akan tetapi jika dilihat secara mental Aceh telah mengalami prpses penghilangan yang secara sistematis akan sumbu kesadarannya.
Aceh mengalami proses pencarian dan pendefinisian spirit banyak di di dapatkan dari kajian-kajian keislaman, khususnya pada bagian tasawuf dan filsafah.

Aceh mulai runtuh pada abad ke-17 Masehi. Dilihat dari sisi spirit pada saat itu sedang bergejolak satu pemikiran mengenai filsafah hakikat manusia. Pada saat Aceh bergabung dengan Republik Indonesia, Aceh diberikan gelar “istimewa” pada saat itu hanya ada dua daerah yang di kategorikan istimewa yaitu Aceh dan Yogyakarta. Dan ketika Aceh diberikan gelar istimewa, yang dapat dibayangkan yaitu bahwa prang Aceh memiliki adat istiadat dan ajaran islam yang dilaksanakan dalam kehidupan setiap rakyat.

Demikian ketika Aceh diberikan hak untuk dapat mengurusi dirinya sendiri, ini diberikan julukan dengan gelar “Nanggroe Aceh Darussalam” julukan atas gelar nama ini sudah dapat menunjukkan cikal bakal daerah Aceh seperti pada era Kerajaan Aceh Darussalam. Akan tetapi dengan gelar tersebut tidak juga memberikan jawaban yang cukup signifikan untuk orang Aceh. Aceh tetap tidak dapat menampakkan dimana letak keistimewaannya, apa lagi mencapai puncak kegemilangan , Daerah Aceh masih dalam kondisi yang gamang dan Galau.

Sistem berfikir dalam kerajaan Aceh adalah bagimana ajaran islam dapat dilaksanakan secara kaffah, spirit keislaman ini membentuk kekuatan politik yang sifatnya teokrasi. Sistem berfikir ini mengandaikan bahwa ajaran Islam yang isinya syari’at, hakikat, martabat, bisa menjadi sendi kekuatan polotik.
Pada akhirnya spirit islam yang dijadikan kekuatan kerajaan Aceh hilang dengan sendirinya. Inilah menjadi sebab mengapa pada saat ini kekuatan politik Aceh tidak memiliki sumbu atau pusat kosmos, seperti halnya di pulau jawa. Yang merupakan Raja ataupun Istana dijadikan pusat kosmologi suatu bangsa.
Adapun spirit kebudayaan orang Aceh memang memiliki akar dari peradaban besar di dunia ini. Seperti India, Arab, Cina dan Eropa, hampir semuanya pernah berkiprah di pulau Rujja. Aceh yang memiliki keunikan tersendiri secara alam, dapat menawarkan proses penyatuan budayadi dalam bingkai ke-Aceh-an. Dan sistem berpikir penyatuan alam dengan manusia ialah timang. Istilah ini yang dimaksud adalah salah satu titik kosmos di dalam alam berpikir kebudayaan Aceh.

Dan spirit yang terakhir yaitu spirit ilmu pengetahuan. Spirit ilmu pengetahuan di Aceh telah menyinari peradaban Islam di Asia Tenggara. Kemampuan intelektual orang Aceh tidak dapat di ragukan.
Terdapat tiga spirit yang di kembalikan ke Aceh yaitu spirit Islam, budaya dan ilmu pengetahuan. Upaya yang dilakukan untuk memperkenalkan tiga spirit ini bukanlah hal yang mudah. Karena mengingat hampir dua ratus tahun Aceh mengalami proses de-strukturisasi sosial dan de-moralisasi yang sangat mengkhawatirkan.
Pada abad ke-21 inilah zaman kesempatan untuk orang Aceh membangun kembali peradaban Aceh

Sort:  

@miramarliza23, I gave you an upvote on your first post! Please give me a follow and I will give you a follow in return!

Please also take a moment to read this post regarding bad behavior on Steemit.