CERITA ihwal Daerah Otonomi Baru (DOB) terus menggelinding di Aceh Utara. Dua hari terakhir, wacana lahirnya DOB dengan nama Aceh Pase Raya kembali mencuat. Itu ide lama yang sebelumnya sudah “terkubur”. Seiring tren lahirnya DOB di kabupaten itu, maka ide ini bangkit dari “kuburnya”.
Sebelumnya DOB dengan nama Aceh Melaka, dan Aceh Pase, sudah mencuat. Bupati Aceh Utara, Muhammad Thaib alias Cek Mad kerap menyatakan dukungan untuk Aceh Melaka. Bahkan, ketika kampanye lalu, pria berkumis tebal itu menyatakan dukungan nyatanya.
Tulisan ini melanjutkan catatan saya sebelumnya dengan judul Daerah Otonomi Meulisan (DOM). Ini hasil bincang ringan dari sebuah group whatsapp-GEHGOH-sebuah group yang penghuninya dari berbagai latar belakang di Aceh. Mulai dari pengacara, akademisi, jurnalis, aktivis dan is-is lainnya.
Perbincangan di group itu menyebutkan usulan pemekaran itu sebagai meulisan (manisan). Pasalnya, belum ada satu pun usulan itu mendapat “fatwa” dari bupati dan gedung parlemen Aceh Utara. Karena itu, dukungan apa pun secara lisan, tentu tak bisa dijadikan rujukan.
Apalagi, dengan mencuatnya Aceh Pase Raya, praktis saat ini sudah ada tiga usulan pemekaran. Ketiganya mengaku mendapat dukungan pusat. Di GEHGOH, sebagian panitia menyatakan alasan beragam, ada yang usulan pemekaran karena sudah tak ada lapak di Aceh Utara, sebagian menyatakan dukungan rakyat demi dan atas nama kesejahteraan rakyat.
Sesungguhnya, tulisan ini tak bermaksud memundurkan semangat panitia pemekaran. Ingat, ketiga panitia pemekaran itu harusnya membuktikan ucapan bupati menjadi suatu bentuk nyata. Ada surat resmi yang ditandatangani sebagai bukti legal dukungan. Jika hanya lisan, jangan berharap bisa dipegang sebagai sebuah rujukan.
Pertanyaan kemudian, maukah seorang bupati merekom tiga daerah sekaligus? Ah, rasanya saya tak terlalu yakin ketiganya mendapatkan restu itu. Bahkan, keyakinan saya ketiganya tidak mendapat restu.
Jika itu terjadi, guyonan DOB adalah DOM terbukti sudah. Maknanya, hanya janji manis, tak bisa ditepati atau dibuktikan. Wacana tetap terperam ke dasar bumi sebagai wacana. Bukan bukti nyata.
Ah, saya sesungguhnya tidak anti pemekaran. Malah saya senang dengan pemekaran itu. Setidaknya terdistribusi kekuasaan pada beragam pihak, beragam golongan. Bahasa lain yang kami bicarakan di GEHGOH, setidaknya makin ramai orang bisa menikmati uang negara, uang APBK. Bukan hanya wajah itu-itu saja yang menerima APBK.
Kenapa begitu? Tentu akan muncul tokoh baru sebagai punggawa daerah baru. Lalu, apa untungnya buat rakyat? Saya tak bisa menjawab. Biarkan waktu menjawab itu.
Catatan-foto ini sebagian Steemians dan anggota GEHGOH
STEMIANS
Jika menyukai tulisan ini, silakan restem dan follow saya ya @masriadi
Yang menarik menurut saya, isu saksinya Pemekaran selalu dipopulerkan pada saat adanya event Politik, baik pilkada dan Pilleg tidak berlaku untuk Pilpres. Mungkin semua orang mengetahui itu tapi tidak ada yang mau mengkritisinya lagi, karena berdampak terhadap individu orang tersebut dikalangan Masyarakat awam. Tetapi yang jadi persoalan sekarang, bila kita terus memanfaatkan isu untuk mendapatkan, pada saat ada kesempatan dan dukungan yang bukan hanya manisan, Masyarakat tidak akan mendukung lagi Pemekaran. Pendapat @masriadi sesuai dengan di pemikiran saya, namun bukan berarti saya tidak mendukung Pemekaran, hanya saja sistem dirubah supaya Masyarakat tidak kecewa terhadap isu tersebut bila suatu saat berhembus kembali. Saya pribadi tidak setuju bila kita menjadi panitia pemekaran, hanya untuk memanfaatkan momen politik. Mohon maaf bila salah kata mohon maaf atas kekurangan. Salam @safwaninisam
nice post
thanks @arlind.haziri
Ka ku restem beh ? Bek tuwo bagi hasee nyan .... khak
hzhhaahahah betooool @mukhtar.juned
Nice post. Izin resteem
silaken, trengkyu @nasrullahilyas
Okey bang. You are welcome
Lon pih kalheuh ku vot n resteem bek tuwo bagi hasil
krak, @armiden selamat bergabung
Pemekaran selalu identik dengan distribusi kue pembangunan untuk orang-orang lahan garapannya mengecil atau untuk orang2 yang sudah terpental dari lingkaran inti. Mereka butuh lahan baru, dan terciptalah don-don kecil.
betoi syeh @acehpungo. donya mandum nyan syeh
Salam bg @masriadi. Sangat menarik tulisan abg..yang membikin mata saya asyik dalam menikmati setiap ulasan abg tentang isu pemekaran. Saya pribadi tidak terlalu jauh mengetahui tentang pemekaran-pemekaran itu yang ada di Aceh Utara. Maklum saya masih banyak belajar dari abg dan senior-senior yang lainnya.
Saya sebagai penduduk Kec. Simpang Keuramat, Aceh Utara, belum tertarik dengan isu pemekaran. Walau pemekaran menurut saya pribadi 'mesti' harus dilakukan, dengan catatan 1 (satu) Daerah Otonomi Baru (DOB) saja. Jangan banyak-banyak. Kalau semuanya ingin pemekaran, dimana nanti yang namanya Aceh Utara, yang menurut rencana akan saya tunjukkan kepada anak cucu saya. Secara pribadi, saya mendukung wacana pemekaran, namun yang wajib dilakukan oleh pemerintahan sekarang ialah bagaimana kondisi perekonomian rakyat, pelayanan kesehatan, pendidikan dan kemaslahatan ummat perlu ditingkatkan dan diberikan perhatian lebih.
Biarlah pemekaran-pemekaran itu terwujud kapan jatahnya, laksana bunga mekar pada pagi hari dan musimnya.
Salam sukses bg @masriadi.
Congratulations @masriadi! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of upvotes received
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP