Saat masih kecil dulu, saya seringkali menolak jika mama memberikan bekal untuk ke sekolah. Karena jika saya bawa bekal, maka jatah jajan dikurangi. Saya suka sekali jajan, tidak peduli itu mengandung micin, menggunakan pewarna yang bukan untuk makanan, ada bisik-bisik bakso kucing, dan lainnya. Faktor penentu saya mau jajan hanya 2 hal, enak dan saya suka.
Bahkan, saya menjalin relasi yang akrab dengan penjual. Mulai dari lelek siomay dan lelek eskrim di MIN Teladan tempat saya sekolah dulu, Bang Poji yang meracik minuman kegemaran saya saat di SMP (Sirup cap patung dicampur dengan jelly), dan Kak Pia penjaga kantin SMA yang meracik minuman khusus untuk saya (sirup cap patung dicampur sirup marquisa), kami menamakannya nano-nano, karena rasanya asem dan ada manis-manisnya gitu.
Saat tiba di kantin, saya langsung duduk dan tanpa ada aba-aba apapun, minuman racikan khusus tersebut segera tersaji di depan saya. Hingga Soto Tiara tempat langganan saya sekarang, cukup dengan kode "biasa" maka 2 menit kemudian, sirup cap patung dingin sudah bisa saya nikmati. Iya, saya penggemar berat sirup cap patung, atau sebagian orang menyebutnya sirup kurnia.
Semakin bertambahnya usia, saya semakin sering membawa bekal. Saya merasa, bawa bekal itu lebih banyak faedahnya. Saya merangkum faedah tersebut dalam 4 poin utama:
- Hemat. Masak pagi hari dengan modal sedikit, bisa untuk makan siang hingga makan malam.
- Bebas menentukan menu. Hari ini ingin makan tongkol lado, masak. Oh, ingin makan kuah leumak, masak. Ingin makan rendang, nah ini yang belum bisa masak. Menu yang bisa masak saja dulu.
- Enak. Karena dimasak sesuai selera sendiri. Mau pedes, tambah cabe. Mau agak asem, tambah sunti. Mau terasa asinnya, tambah garam. Mau yang tidak terlalu berminyak, atur saja. Semuanya bisa diatur sesuai selera.
- Mengurangi Sampah bungkusan. Last but not least, ramah lingkungan. Kalu tidak membawa bekal, seringnya beli makanan bungkusan dan itu membuat kita memberikan konstribusi sampah. Walaupun hanya mengurangi satu bungkus, saya tetap saja senang melakukannya.
Oh, bawa bekal juga jadi lebih asik kalau tempat bekalnya lucu-lucu.
Sebenarnya masak bukan kegemaran utama saya, termasuk membaca. Meskipun saat mengisi biodata saya selalu menuliskan bahwa kegemaran saya adalah membaca.
Sebenarnya dari hati yang paling dalam kegemaran utama saya adalah makan, tidur, dan nonton. Apalagi nonton sambil makan dan tiduran, saya bisa lupa waktu. Saya hanya memasak jika sedang MAU, kalau ada mood. Tapi kalau sudah masak, saya maunya totalitas, tidak suka ada intervensi dari master cheff sekalipun.
Saya gemar bereksperimen dengan resep yang saya lihat di Instagram. Terkadang ada bahan dan bumbu yang saya tambah dan kurangi. Memasak itu ibarat bermain bagi saya. Saya membuatnya menjadi menyenangkan. Soal rasa, yang penting suami mau menelannya, itu sudah oke bagi saya.
Mungkin nanti kalau lagi mood menulis, saya bisa berbagi resep masakan (terutama tumisan) favorit saya. Tunggu saja nanti. Nanti.
deuk saya melihat postingan ini, apalagi ini udah waktunya jam makan yaaaa ya ampunnnn rindu kalah berat deh sama melihat ayang beginian..
Iya kak, sengaja postingnya siang. Ngajak khilaf orang yg diet. Yuk mamam, haha
nyan, mangat tat lagoe, peu lom kana sponsor Q**a , hahaha
peu jet order @mariskananda
Berat di ongkir ke Bireun, basi bak jalan. haha
hahahaha