Ketika banyak yang bertanya, mengapa saya bisa menulis setiap hari? Pertanyaan tersebut harus diubah menjadi bagaimana kalau satu hari saya tidak menulis. Hal serupa juga terjadi apa yang akan terjadi pada saya kalau satu hari saja saya tidak membaca. Jawabannya adalah saya merasa ada yang kurang dalam satu hari tersebut. Di awal-awal saya bergabung dengan Steemit, telah diceritakan bagaimana pengalaman menulis dan membaca buku. Pengalaman tersebut diharapkan mampu membantu sejawat yang ingin belajar menulis dan membaca buku.
Menulis setiap hari adalah latihan bagi otak, begitu menurut hemat saya. Adapun yang disebut latihan itu bukanlah suatu pertandingan, dimana harus memenangi suatu perlombaan. Bagi saya, menulis tidak ada hubungannya dengan pertandingan. Karena dianggap latihan, maka tidak akan pernah sempurna sama sekali suatu hasil penulisan. Proses pembelajaran terus dilakukan, kendati masih jauh dari kata sempurna.
Dari pengalaman kepenulisan yang hampir dua dekade lebih, agaknya proses latihan terus terjadi. Hal tersebut terjadi, karena proses menulis adalah proses mentransfer pengetahuan dari seseorang kepada orang lain. Penulis harus mampu memutakhirkan pengetahuannya. Sedangkan tidak sedikit juga pembaca yang memang merupakan orang-orang yang sangat terdepan di dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi.
Proses mengakrabkan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan, menyebabkan penulis tidak dapat pensiun. Jadi, penulis harus mengikuti perkembangan zaman. Dia tidak boleh berpuas diri dengan pengetahuan yang sudah dikuasainya. Demikian pula, pembaca terus lahir di dunia ini. Mereka tentu akan menjadi penyimak isi pikiran sang penulis. Memahami dunia pembaca pada akhirnya adalah proses memahami diri penulis sendiri.
Beberapa kawan mengatakan bahwa tulisan saya terlalu tinggi bahasanya. Ada pula yang mengatakan bahwa gaya penulisan saya mengalir. Tidak jarang pula yang mengatakan perlu berulang-ulang untuk memahami tulisan saya. Keluhan dan masukan dari pembaca membuat saya terus belajar menulis sampai hari ini. Karena itu, aktifitas menulis adalah untuk memahami orang lain dan juga diri sendiri. Karena itu, tidak ada tulisan saya yang sempurna sama sekali. Kekurangan selalu berada di setiap ujung tulisan.
Ada beberapa pengalaman menulis yang mungkin dapat saya share kepada pembaca.Ketika menulis atau membahas tema yang sulit dipahami ketika disajikan kepada pembaca. Tema berat apalagi dinukilkan dari bahasa asing, cenderung menguras pikiran untuk disajikan kepada pembaca, agar mereka paham apa yang saya kupas. Pengalaman ini kerap terjadi ketika memperkenalkan konsep baru atau hasil penalaran saya kepada pembaca. Terkadang perlu penjelasan berulang-ulang dalam beberapa tulisan, supaya pembaca dapat mengerti isi pikiran saya.
Pengalaman menulis kepada pembaca ahli juga terkadang memaksa kita untuk menghidangkan tulisan yang memiliki cita rasa tinggi. Hal ini terjadi ketika karya hendak diterbitkan dalam satu publikasi yang memerlukan proses tinjauan oleh reviewer. Kesusahannya adalah bagaimana membuat sang reviewer melirik dan tertarik dengan karya tulis kita. Pengalaman ini saya alami dalam berbagai kesempatan, ketika diundang menjadi penulis pada satu publikasi, seperti jurnal ilmiah. Pengalaman yang sama juga terjadi manakala menulis proposal untuk penelitian, baik level nasional maupun internasional.
Selanjutnya, menulis di dalam merespon isu kekinian. Model penulisan ini harus mampu menjelaskan sesuatu yang benar-benar kontemporer kepada pembaca dalam karya yang amat singkat. Karya ini dikenal sebagai opini. Di sini model penulisannya benar-benar sangat menantang. Karena tidak mungkin menyampaikan segala hal dalam tulisan yang amat pendek. Karena itu, diperlukan keahlian khusus untuk menulis opini di surat kabar.
Dalam beberapa tahun terakhis, beberapa tulisan saya telah dikosumsi oleh berbagai lapisan masyarakat dengan berbagai kepentingan di dalamnya. Di sini, cara menyajikan tulisan pun disesuaikan dengan kepentingan pembaca. Jadi, ketika tulisan dihidangkan, baik secara sadar maupun tidak, pembaca akan mendapatkan apa yang dia mau, sesuai dengan rasa ingin tahu nya. Cara menyajikan karya untuk model ini pun mengundang sejumlah tantangan. Pernah ada tulisan saya dibaca melalui logika terbalik. Setelah itu, pembaca ini mampu membaca pesan tersirat dalam tulisan tersebut.
Model di atas adalah dengan menyisipkan bahasa simbolik dalam tulisan. Artinya, saya menulis sebagai satu tulisan yang bersandi. Walaupun ringan gaya penuturannya, sengaja disisipkan beberapa istilah kunci di dalam tulisan. Di sini ada pembaca yang kemudian pesan dibalik karya saya. Lantas, dia mampu membuka kunci-kunci dari hasil analisa saya. Karena itu, terkadang diksi diubah, lantas disajikan dengan logika berpikir yang tidak lazim. Akibatnya, menurut beberapa pembaca yang belajar ilmu membuka tabir tulisan, mereka sering menemukan pesan-pesan tersirat di dalam karya saya, sehingga memudahkan bagi mereka untuk memahami fenomena yang sedang disajikan.
Gaya menulis ini tidak pernah saya pelajari, melainkan karena sering apa yang saya prediksi kerap terjadi, maka terkadang pesan-pesan tertentu harus disembunyikan dengan berbagai pola. Bagi para pembaca umum, mereka hanya menikmati tulisan saya dalam satu atau dua kali bacaan. Akan tetapi, bagi pembaca khusus, mereka akan membaca berulang kali, untuk menangkap pesan apa sesungguhnya yang hendak dibentangkan di dalam karya tersebut.
Terkadang, tulisan dapat dikaitkan dengan tanggal penerbitan. Kemudian dihubungkan juga dengan astronomi dan numerologi (ilmu tentang angka). Mengapa tema A ditulis pada tanggal X. Hal ini disebabkan inspirasi menulis bukanlah datang dari saya sendiri, tetapi dari alam semesta. Di sini penulis perlu menangkap pesan dari alam, kemudian dirajut menjadi satu tulisan. Pembaca khusus akan mampu menangkap pesan apa sebenarnya yang ditawarkan oleh seorang penulis.
Oleh sebab itu, tidak sedikit karya yang harus dipahami secara mendalam. Perlu keahlian khusus untuk memahami jalan berpikir seorang penulis. Apakah seorang penulis menyajikan tulisan melalui akal atau batin. Dua bahasa tersebut perlu dianalisa secara terus menerus, jika ingin memahami kerangka suatu tulisan. Para ahli kebatinan kerap menggunakan bahasa batin, ketimbang bahasa akal, ketika menghasilkan suatu karya.
Jadi, di dalam memahami suatu tulisan, perlu juga kesiapan batin. Dengan kata lain, bahasa akal cenderung dipahami secara logik. Sementara bahasa batin harus digunakan pendekatan keilmuan yang bersifat ‘irfani (gnosis). Inilah mengapa suatu karya dapat dipahami setelah beberapa tahun kita mendaki pertualangan spiritual dan intelektual. Di sini, kita kerap mengadili suatu tulisan orang lain, padahal kita belum siap dengan hidangan karya tersebut. Tidak sedikit karya tulis yang menggunakan berbagai pendekatan keilmuan yang bersifat batini, membuat pembaca pusing tujuh keliling. Mereka lantas mencap tulisan tersebut sesat. Padahal, pembaca ini belum mempersiapkan dirinya untuk memahami tulisan seperti itu.
Dalam situasi di atas, maka argumen saya bahwa menulis adalah latihan. Pada saat yang sama, membaca juga dapat dianggap sebagai latihan. Dua jenis latihan ini tidak mengenal waktu, sebab selama manusia hidup, aktifitas membaca dan menulis adalah sejarah awal mengapa manusia disebut sebagai Deputy of God di muka bumi.
Terima kasih atas post nya pak, ini sangat meinspirasikan dan juga menyemangatkan pemuda dan pemudi utk selalu menulis dan membaca
Makasih. Membaca dan Menulis lah, jika anda bukan anak bangsawan. Begitu nasihat orang bijak.
Baik pak, sejak ada tugas menulis, kini saya sendiri sudah semakin ingin utk menulis, meskipun tulisan saya tdk bagus
Membaca dan menulis dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya harus dilatih setiap hari, tapi saya belum paham membaca dengan batin. Mungkin harus belajar lagi ya Pak.😁
Ibu sebenarnya bisa, ketika membatin dalam diri sendiri. Saya aja gak bisa Bu. Cuma buku yang saya display itu kayaknya bisa membantu agar Ibu bisa membantin.
Iya pak, buku bapak itu biasanya saya sering berhenti saat membaca beberapa kalimat yang membuat saya mengimajimasikan kalimat yang saya baca.
Lantas bagaimana pak @kba13 menyiasati diri agar tak mudah lupa. Saya hari-hari ini sedang bermasalah dengan daya ingat. Rasa-rasanya, setelah membaca gampang sekali lupa.
Itu bukan lupa Abang. Cuma terkadang dia tidak bisa dikeluarkan dari memori, namun kalau saat menulis, terkadang akan muncul dengan sendirinya. Biasanya melalui pancingan dalam otak kita sendiri.
Its okay Pak. Hanya saja, ketika mengevaluasi diri, beda aja antara 5 tahun belakangan dengan dulu. Dulu, cepat ingat dan gak gampang lupa. Selain metode asah otak dan pancingan, apakah pola hidup itu berpengaruh? Kemudian, secara metafisika ada yang mengaitkan dengan; "kalau banyak maksiat, daya ingat melemah", apakah pak, bagaimana menurut pak @kba13?
Iya. Dulu di pesantren kami diajarkan. Kalau tidak salah, itu nasihat ulama kepada seorang sahabat nya. Dia bertanya ttg sua hifdhi, lantas dijawab faarsyadani tark al-ma'asyi.
Syukran ya syaikh @kba13. BarakAllahulaka.
Kalau mau menulis harus banyak membaca.
https://steemit.com/blocktradesworldcup/@ifwadi/the-blocktrades-world-cup-or-my-selections