Dreet..dreeet...dreet
Telepon genggam yang sedang berselancar di media sosial instagram, tiba-tiba teralihkan dengan sebuah panggilan dari kampung.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam", jawabku sambil tersenyum saat mengetahui siapa yang menelpon. Entah mengapa mendengar suaranya saja memberi aroma ketenangan bagi hati yang saat ini gundah gulana, karena tugas proposal yang belum sempat terselesaikan. Ku dengarlah suara cempreng dari si tampan.
"Kakak, aku juara 1 kak. Kakak kapan pulang?."
"Alhamdulillah, mantap sekali dek. Iya kakak rencana pulang bulan 1 nanti abis libur nih. Wah senang kali ya"
"Iya kak, kemaren pas juara 1 semester lalu, Diva dapat uang 1 juta nih kak. Makanya kakak cepat pulang."
"Iya kakak juga rindu pengen pulang dek."
"Kakak udah makan?."
"Ha, belum bentar lagi mau beli lauk kedepan sana. Diva udah makan dek?."
"Belum kak, nih mamak lagi masak udang."
"Wiihh, enak kali lah. Kakak juga mau lah."
"Iya makanya kakak cepat pulang la. Kak, nanti kakak bawa hadiah ya untuk aku. Kan Diva dapat juara."
Terdengar suara tawa kecilnya, sambil meminta hadiah dariku.
"Hahaha, iya tenang nanti kakak bawa. Pengen apa?."
"Terserah kakak aja, yang penting di bawa ya kak."
"Iya dek."
"Ya udah ya kak, sehat-sehat disana."
"Iya dek, Diva juga sehat-sehat ya disana. Ingat jangan bandel sama jaga mamak ya dek. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Sudah menjadi rutinitas bagi adikku yang masih kelas 5 SD, langsung menelpon diriku sehabis pembagian rapor dari sekolahnya.
Dan tentunya hadiah yang selalu menjadi titik pembicaraan. Namun ada sesuatu yang membuatku bangga dari dia selain karena prestasinya. Karena ketika ku tanya setiap tahunnya hadiah apa yang ingin ia dapatkan dariku. Ia selalu menjawab terserah kakak. Ia senang menerimanya walaupun hadiah itu hanya sebuah makanan seharga dua ribuan. Yang penting hadiah itu dari kakaknya.
Salut 👦
Selamat dek Diva karena prestasi dan sikapmu.