In Indonesia, there are more than 8,000 local or traditional rice varieties that are generally cultivated by farmers. Local rice varieties are rice varieties that have long been adapted in certain areas. So these varieties have certain location characteristics in the area. Each variety has advantages and disadvantages. So also for traditional varieties.
Generally many of the traditional varieties are good because they are excellent in terms of nutrition but the time for their production has not been able to compete.
A number of local varieties that have become the mainstay of the farmers are actually not unreliable, but usually the selling price at the farmer level does not distinguish the type of rice, so the price is not competing.
Farmers also have a habit of selling rice after harvest. In terms of production, traditional rice is not enough to compete and only produce 5 tons per hectare. However, the rice actually has potential if developed, if the selling price at the farmer level slightly persisted. So even if production is not maximal, farmers can benefit from the price.
In addition to the relatively long growth associated with the farming economy, traditional rice is also linked to irrigation problems. Irrigation agriculture in Aceh mostly still uses rainfed irrigation patterns, the availability of water for crops is only available when there is rain. Currently, most farmers in Aceh already use modern varieties with superior seeds.
Of the 330 hectares of paddy fields in Aceh, as many as 90 percent have turned to superior seeds, and as many as 95 percent of farmers have also implemented a system of agricultural intensification.
The superior seeds that have been used by farmers such as Ciherang, Cimelati, Ciboga, Inpari 13, Inpari 10, Inpari 6, and Inpari 3. Type of superior seeds are usually fast harvest 4-5 months, production reach 6-9 or even ten tons , resistant to pests, not easily broken, and have good taste.
So to this day, the traditional varieties of Aceh still want to be maintained because of the quality of food and support of the environment is good.
Various studies were conducted with the aim to maintain the quality of the meal while maintaining good features that already exist.
One study was conducted through induced mutations using gamma rays. This research wants to improve tree height and maturity which is a major problem for Acehnese traditional rice. The selection of this feature is relatively simple because its features are easily observed.
Problems can be solved by using induced mutations by gamma ray method because gamma technique is a safer technique. Induced mutations not only cause visible changes, but there are also invisible traits. The way to find out the further effects of mutations that occur later is to use biotechnology methods.
The project also undertook the study of properties not seen through testing of molecular methods.Mutations are changes in genetic material that are the main source of all genetic diversity and are part of a natural phenomenon.
If mutations never occur, material life will not develop and adapt to the various ecological conditions present. Mutations can occur spontaneously or induced. Spontaneous mutations can occur in all cell types.
Mutation due to induction occurs when the living body is confronted with mutagen (the agent that causes the mutation). Mutation due to induction usually occurs with a higher frequency than the frequency of spontaneous mutations.
The induction mutation technique is performed by induction of one mutation by gamma ray irradiation. Irradiated doses used to induce diversity greatly determine the success of mutant plant.
If irradiation is performed on the seed, the effective dosage dose is generally higher than if it is done on other plant parts. The more oxygen and water molecules (H2O) in the irradiated material, the more free radicals that make the plant more sensitive.
Versi Indonesia
Di Indonesia, ada lebih dari 8.000 varietas padi lokal atau tradisional yang umumnya dibudidayakan oleh petani. Varietas padi lokal adalah varietas padi yang sudah lama diadaptasi di daerah tertentu. Jadi varietas ini memiliki karakteristik lokasi tertentu di daerah tersebut. Setiap varietas memiliki kelebihan dan kekurangan. Begitu juga untuk varietas tradisional.
Umumnya banyak varietas tradisional yang baik karena mereka sangat baik dalam hal gizi tetapi waktu untuk produksi mereka belum mampu bersaing. Sejumlah varietas lokal yang pernah menjadi andalan petani tersebut sebenarnya bukan tidak bisa diandalkan, tetapi biasanya harga jual di tingkat petani tidak membedakan jenis padi itu, sehingga harganya tidak bersaing.
Petani juga memiliki kebiasaan menjual padi setelah panen. Dalam hal produksi, padi tradisional belum cukup mampu bersaing dan hanya menghasilkan 5 ton per hektar. Namun sebenarnya padi tersebut memiliki potensi jika dikembangkan, jika harga jual di tingkat petani sedikit bertahan. Jadi, bahkan jika produksi tidak maksimal, petani bisa mendapat manfaat dari harga.
Selain pertumbuhannya yang relatif lama terkait dengan ekonomi petani, padi tradisional juga dikaitkan dengan masalah irigasi.
Pertanian irigasi di Aceh sebagian besar masih menggunakan pola irigasi tadah hujan, yaitu ketersediaan air untuk tanaman hanya tersedia ketika ada hujan.
Saat ini, sebagian besar petani di Aceh sudah menggunakan varietas modern dengan benih unggul. Dari 330 hektare lahan sawah di Aceh, sebanyak 90 persen sudah beralih ke bibit unggul, dan sebanyak 95 persen petani juga sudah menerapkan sistem intensifikasi pertanian.
Adapun bibit unggul yang sudah digunakan petani antara lain yang seperti Ciherang, Cimelati, Ciboga, Inpari 13, Inpari 10, Inpari 6, dan Inpari 3. Jenis bibit unggul biasanya cepat panen 4-5 bulan, produksi capai 6-9 atau bahkan sepuluh ton , tahan terhadap hama, tidak mudah pecah, dan memiliki selera yang bagus.
Sehingga ke hari ini, varietas tradisional Aceh masih ingin dipertahankan karena kualitas makan dan dukungan lingkungannya yang baik. Berbagai penelitian dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kualitas makan sambil mempertahankan fitur-fitur bagus yang sudah ada.
Salah satu penelitian dilakukan melalui melalui mutasi induksi menggunakan sinar gamma. Penelitian ini ingin memperbaiki tinggi pohon dan jatuh tempo yang merupakan masalah utama bagi padi tradisional Aceh. Pemilihan fitur ini relatif sederhana karena fiturnya mudah diamati.
Permasalah dapat diselesaikan dengan menggunakan mutasi induksi dengan metode sinar gamma karena teknik gamma adalah teknik yang lebih aman.
Mutasi induksi tidak hanya menyebabkan perubahan yang terlihat, tetapi ada juga sifat yang tidak terlihat. Cara untuk mengetahui efek lebih jauh dari mutasi yang terjadi kemudian adalah dengan menggunakan metode bioteknologi.
Proyek ini juga melakukan studi tentang properti yang tidak terlihat melalui pengujian metode molekuler.
Mutasi adalah perubahan materi genetik yang merupakan sumber utama dari semua keragaman genetik dan merupakan bagian dari fenomena alam. Jika mutasi tidak pernah terjadi, kehidupan material tidak akan berkembang dan beradaptasi dengan berbagai kondisi ekologis yang ada.
Mutasi dapat terjadi secara spontan atau terinduksi. Mutasi spontan dapat terjadi pada semua tipe sel. Mutasi karena induksi terjadi ketika tubuh yang hidup dihadapkan dengan mutagen (agen yang menyebabkan mutasi). Mutasi karena induksi biasanya terjadi dengan frekuensi yang lebih tinggi daripada frekuensi mutasi spontan.
Teknik mutasi induksi dilakukan dengan melakukan induksi mutasi salah satunya dengan iradiasi sinar gamma. Dosis irradiasi yang digunakan untuk menginduksi keragaman sangat menentukan keberhasilan tanaman mutan.
Jika iradiasi dilakukan pada benih, dosis dosis efektif umumnya lebih tinggi daripada jika dilakukan pada bagian tanaman lainnya. Semakin banyak kadar oksigen dan molekul air (H2O) dalam bahan yang diiradiasi, semakin banyak radikal bebas yang membuat tanaman menjadi lebih sensitif
Best Regard
@ijas.jaswar
Mantap artikel yg menarik....
Terima kasih @ummumdzikrillah sering² berkunjung ya
As a follower of @followforupvotes this post has been randomly selected and upvoted! Enjoy your upvote and have a great day!
Grat post sisters
@halim08
Sister :)
salam Plankton
Salam kembali hehe
Terima kasih @halim08
lanjutkan bu @ijas.jaswar...hehehe
Siayaaappp bro hehe .. 😀😀
Dengar Padi ingat Beras...
Ingat Beras Ingat Petani
Ingat Petani.... Sedih
Pemerintah Buka Kuota Impor Beras Lagi :'(
Negara Rawan Pangan Kata Buwas :'(
Semoga kedepannya bisa swasembada beras lagi kita ya ..
Pembahasannya sangat lengkap kak 😍
Kalau saya disuruh menulis sepanjang ini pasti bakalan ngos-ngosan dan kekurangan bahan 😂
Hehehe, irma bisa aja. Giliran Kalau kak ijas disuruh drawing juga langsung angkat tangan kayaknya 😁😁
Akhirnya, akun bisa beroperasi lagiMantap kak @ijas.jaswar.
Iya Alhamdulillah, kirain kemarin udah harus beli kredit akun baru hahaaaa
menyelamatkan varietas asli aceh juga menarik tuh kak. breuh sigupai contohnya.
btw foto yang terakhir itu keren
Iya betul, breuh aseli aceh, pelestarian kearifan lokal harus didukung semua pihak
Fotonya keren kak, serasa pingin ke sawah kita
Kesawah buat selfie atau bertani nih hehe .. ayukkk 😀😀
Dua-duanya kak😃