Cerita Getlatela Bertahan di Tengah Pandemi

in #indonesia4 years ago

getlatela.jpg

PARA pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) salah satu pihak yang paling merasakan dampak kehadiran pandemi Covid-19. Tak sedikit UMKM yang ambruk dan tak bisa bangkit lagi. Namun, ada juga yang tetap mampu bertahan dengan segala daya upaya dan tantangan yang dihadapi. Walaupun omzet menurun, yang penting produksi tetap berjalan. Salah satunya ialah usaha kuliner donat Getlatela yang digeluti oleh Nurzahidah dan suaminya Gusti Hermawan Supma.

Wanita yang akrab disapa Ida itu mengaku, selepas adanya pemberitahuan resmi dari pemerintah perihal wabah Covid-19 di Aceh pada pertengahan Maret 2020 lalu, penjualan donatnya menurun drastis. Di salah satu outlet misalnya, dari yang biasanya laku 20-30 kotak per hari, merosot menjadi hanya 3-5 kotak per hari.

“Penjualan daring pun begitu. Drop. Kondisi ini berlangsung selama lebih kurang semingguan,” ujar Ida kepada Sukma, “jiwa dan semangat pun ikut drop, kaget, panik campur aduk,” katanya.

Perasaan yang sangat manusiawi sebab situasi ini memang tak pernah diprediksi sebelumnya. Namun, yang terpikir saat itu olehnya, kondisi ini tak boleh berlangsung lama. Harus ada manuver agar penjualan bisa meningkat lagi. Dengan berat hati Ida pun merumahkan pegawainya yang bertugas menjaga outlet.

“Mengingat kondisi yang semakin memburuk ketika itu, untuk membangkitkan semangat, saya dan suami mulai mencari cara dari berbagai sumber. Kami mencari beberapa link webinar yang membahas bagaimana tips dan trik agar bisnis tetap bertahan di tengah pandemi korona,” katanya lagi.

Dari situ, Ida dan suami kembali mengumpulkan serpihan semangat. Sebagai langkah awal, mereka memaksimalkan layanan delevery order yang memberikan layanan bebas ongkos kirim sejak 23 Maret 2020. Pelan-pelan, penjualan mulai bisa distabilkan kembali. Kondisi masyarakat yang harus mematuhi anjuran pemerintah untuk tetap di rumah saja ketika itu memberikan peluang bagi Ida untuk menghadirkan donat-donatnya ke ruang tamu pelanggannya. Mereka butuh kudapan, tetapi takut untuk keluar rumah. Peluang inilah yang ditangkap dengan jeli oleh Ida.

“Hal ini memang tidak semudah yang dibayangkan. Ada usaha yang besar dan risiko tinggi di tengah wabah. Awalnya kami mempekerjakan kurir khusus untuk pengiriman donat, tapi cuma bertahan selama seminggu karena yang bersangkutan mengundurkan diri karena takut. Karena itu pula saya harus kembali merumahkan dua karyawan saya, dalam kondisi wabah seperti ini kita butuh tenang dan tetap semangat untuk menjaga imun kita,” ujar perempuan asal Aceh Jaya itu.

Akhirnya, Ida dan suami mengambil alih semua pekerjaan. Ida fokus pada produksi, sedangkan suaminya bertugas mengantarkan pada pelanggan. Kerja sama yang baik ini membuat mereka bisa tetap survive di tengah lesunya geliat ekonomi warga di tengah terjangan Covid-19.

“Untuk menjaga diri, kami mewajibkan pakai sarung tangan dan masker baik itu saat produksi maupun saat pengantaran. Pastinya juga selalu jaga jarak, cuci tangan pakai sabun. Semua aturan pemerintah coba kami ikuti. Alhamdulillah, semoga wabah ini cepat berlalu,” ujar Ida.[]