"To Herman RN, Welcome to the world of the turtles bearded, where it might meet with the Seventh Killer!" That is the message written by Azhari Aiyub, the novelist of "Kura-Kura Berjanggut" on the cover of his novel I just bought.
I have reserved this novel well in advance, when it is still the final settlement. "Later when it rises, I order two yes," so I said that time. He replied "Okay!"
This novel just arrived in Banda Aceh two days ago. Azhari said that he ordered at baNANA publishers as many as 150 pieces. This amount corresponds to the individual's ordering to the author. "If anyone wants to buy again, I was forced to repeat again. You see, this novel is pretty thick, do not dare me a lot of messages, "he said.
This novel can be regarded as the thickest novel in Indonesia in this century. Damien Dematra indeed had written the world's thickest book (5,247 pages) to get the MURI certified. However, the book he wrote is a scientific book, precisely the biography of Obama. It may be said that the book titled "Obama and Pluralism" is moving from a number of primary and secondary data.
By contrast, the novel *Kura-Kura Berjanggut *or "the Bearded Turtles" with a thickness of 956 is a pages of fiction that contains a number of historical truths. It may be said that this novel is a combination of factual and fictional.
Many people write novels by relying on a number of historical events then trapped in the modern term "Historical Novels". I say that the "Kura-Kura Berjanggut" are not, though he is moving from a number of historical facts: Aceh and Lamuri, this is not a historical novel.
So, what are the bearded turtles and Seventh Killers who are the titles of this article? Like the notes Azhari had given me in the cover of a novel that was given to me, of course, because it was connected.
"Kura-Kura Berjanggut" is a novel Azhari Aiyub. "Seventh Killers" or "Pembunuh Ketujuh" is the title of my short story anthology. In the novel of the Kura-Kura Berjanggur there was a number of wrestling, slander and leading to murder. So who was the killer? It may be that "The Seventh Killer" is so cues Azhari notes.
What is the seventh killer's form? Was he trying to kill Nuruddin in the novel of the Kura-Kura Berjanggut? Why is the title of this novel: Kura-Kura Berjanggut? Who is the "tortle"? All that is possible only you can and know if reading this book carefully and thoroughly, do not rush as you complete a number of other novels.
On the cover of this book there is no picture of the turtle, but the title uses the word turtle. Here's what makes a number of questions with "Read read read" and then "write" what you feel after reading this novel, an imaginative piece of paper that exceeds the thickness of Pramoedya Ananta Toer (778 pages) "Arus Balik" novel!
Greeting literacy,
Herman RN
======INDONESIAN VERSION======
# Antara Kura-Kura Berjanggut dan Pembunuh Ketujuh
“Untuk Herman RN, Selamat memasuki dunia Kura-kura Berjangut, di mana mungkin akan bertemu dengan Pembunuh Ketujuh!” Itulah pesan yang dituliskan Azhari Aiyub, penulis novel “Kura-Kura Berjanggut” pada lapik sampul novelnya yang baru saja saya beli.
Saya sudah memesan novel ini jauh hari, ketika masih masa penyelesaian akhir. “Nanti kalau sudah terbit, saya pesan dua ya,” begitu kata saya waktu itu. Ia membalas “Oke!”
Novel ini baru tiba di Banda Aceh dua hari lalu. Azhari mengatakan bahwa ia memesan pada penerbit baNANA sebanyak 150 buah. Jumlah ini sesuai dengan yang memesan secara pribadi kepada si penulis. “Kalau ada yang mau beli lagi, terpaksa kupesan lagi. Soalnya, novel ini lumayan tebal, tidak berani aku pesan banyak-banyak,” ujarnya.
Novel ini bisa dikatakan sebagai novel tertebal di Indonesia dalam abad ini. Damien Dematra memang pernah menulis buku tertebal di dunia (5.247 halaman) sehingga mendapatkan piagam MURI. Namun, buku yang ia tulis adalah buku ilmiah, tepatnya biografi Obama. Boleh dikatakan buku dengan judul “Obama dan Pluralisme” itu beranjak dari sejumlah data primer dan skunder.
Sebaliknya, novel “Kura-Kura Berjanggut” dengan ketebalan 956 ini adalah sebuah karya fiksi yang memuat sejumlah kebenaran sejarah. Boleh dikatakan, novel ini menjadi perpaduan antara faktual dan fiksional.
Banyak orang menulis novel dengan mengandalkan sejumlah peristiwa sejarah lalu terjebak dalam istilah modern “Novel Sejarah”. Saya berani katakan bahwa *Kura-Kura Berjanggut *tidak demikian, kendati ia beranjak dari sejumlah fakta sejarah: Aceh dan Lamuri, ini bukan novel sejarah.
Lantas, apa hubugan *Kura-Kura Berjanggut *dan *Pembunuh Ketujuh *yang menjadi judul artikel ini? Seperti notes yang diberikan Azhari dalam lapik sampul novel yang diberikan kepada saya, tentu saja bubungannya karena dihubungkan.
“Kura-Kura Berjanggut” adalah novel Azhari Aiyub. “Pembuh Ketujuh” adalah judul antologi cerpen saya. Dalam novel Kura-Kura Berjanggut terjadi sejumlah pergelutan, fitnah hingga menjurus kepada pembunuhan. Lantas, siapa yang menjadi pembunuh tersebut? Mungkin saja “Si Pembunuh Ketujuh” begitu isyarat catatan Azhari.
Bagaimana wujud si pembunuh ketujuh? Apakah ia yang berusaha membunuh Nuruddin dalam novel Kura-Kura Berjanggut? Mengapa pula judul novel ini: Kura-Kura Berjanggut? Siapakah si “kura-kura” tersebut? Semua itu hanya mungkin Anda dapat dan ketahui jika membaca buku ini secara teliti dan saksama, tidak buru-buru seperti Anda menyelesaikan sejumlah novel lain.
Pada sampul buku ini tidak ada gambar kura-kura, tetapi judulnya menggunakan kata kura-kura. Inilah yang membuat sejumlah pertanyaan dengan ajakan “Baca baca baca” lalu silakan “tulis” apa yang Anda rasakan seusai membaca novel ini, sebuah karya imajinatif yang melebihi tebalnya novel “Arus Balik” Pramoedya Ananta Toer (778 halaman)!
Salam literasi,
Herman RN
Izin re-steem, Pak @hermanrn
Upvote yah.. (Sececah kontribusi kami sebagai witness pada komunitas Steemit berbahasa Indonesia.)
Terima kasih @puncakbukit. Sudah saya vote back hahaha