Ketika selama ini kita mempelajari perjalanan bangsa dalam rangkuman sejarah bangsa, maka terpampang jelas bagaimana dunia mengagumi Indonesia melalui kekayaan alamnya. Hanya saja tidak semua pernah menelusuri bagaimana masyarakat dunia memandang bahasa Indonesia?
Pengalaman penulis ketika mengikuti Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (KIPBIPA) IX, di Bali beberapa waktu lalu menemukan begitu besarnya minat untuk mempelajari bahasa Indonesia dari berbagai kalangan di beberapa negara. Tak hanya di seputar kawasan Asia, tetapi juga Australia, hingga Eropa.
Keinginan warga dunia untuk mempelajari bahasa Indonesia, baik secara formal di tingkat sekolah dasar dan menengah, lembaga pendidikan tinggi, ataupun secara otodidak bisa diduga sebagai ketertarikan yang positif. Dalam artian, keinginan untuk belajar dapat didasari berbagai motif. Tidak hanya karena tuntutan pekerjaan, tetapi kesenangan dan kegemaran menjelajah berbagai budaya baru.
Pengajaran bahasa Indonesia direspon positif oleh pemerintah melalui program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Tak hanya mengajarkan bahasa Indonesia bagi penutur asing yang berkunjung (bahkan tinggal) di Indonesia yang tercatat telah mencapai seribuan orang per tahun 2015. Pemerintah Indonesia juga telah cukup banyak mengirim para pengajar BIPA ke berbagai negara.
Kenyataan lain yang cukup mengagetkan adalah adanya inisiatif perguruan tinggi di luar negeri untuk membuka program studi yang mempelajari bahasa Indonesia dengan inisiatif sendiri. Tanpa rekomendasi dari pihak Indonesia, sejak tiga tahun lalu tercatat 45 negara telah menjalankan program studi bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia bagi beberapa pebelajar dianggap sebagai pembuka pintu untuk dapat lebih jauh menelusuri kekayaan budaya, sosial ekonomi, bahkan politik di Indonesia. (Bersambung)
Sort: Trending