Kisah Aktifis Burung Pipit dan Kuda Jantan.

in #indonesia7 years ago

Kisah Aktifis Burung Pipit dan Kuda Jantan. image

Siang hari nan cerah diatas ranting pepohonan yang rindang. Sepasang burung pipit sedang asik bercumbu rayu dengan saling bercerita romantisme cinta diantara mereka berdua.

Keduanya saling membersihkan sayap-sayap pasangannya sebagai bentuk canda tawa pasangan yang lagi kasmaran. Diketahui cinta mereka sudah lama terbina walau sudah enam tahun enam bulan mereka tak bersua guna mencurahkan terpendamnya hasrat cinta mereka yang begitu bergejolak dan menggelora.

Enam tahun enam bulan itu dihabiskan oleh sang kekasihnya Burung Pipit Betina di Fakultas Pendidikan Hak Asasi Fauna jurusan Ilmu Gender dan Emansipasi Feminisme. Burung Pipit Betina kemudian pernah bergabung dengan organisasi Kesetaraan Gender dan tak pernah luput memperjuangkan hak-hak kaum perempuan sesama unggas-unggas kecil lainnya. Bahkan aksi-aksi demonstrasi besar para unggas di negeri Aves dia menjadi orator ulung yang dikutip dan disiarkan secara langsung oleh TV-TV kabel Internasional dunia fauna.

Tiba-tiba dikejauhan di tengah padang rumput sabana yang luas, saat-saat indah sedikit terganggu. Nampak sepasang kuda saling merayu dalam terik matahari tentang hasrat cinta yang hendak dituntaskan diantara kedua mereka.

Terjadilah dialog antara sepasang burung pipit yang mengganggu romansa cinta mereka. Pikiran dan semangat perjuangan Burung Pipit Betina spontan bangkit seketika.

Pipit Betina:
Bang, lihat tuh kaum laki, fikirnya kepuasannya sendiri, gak pernah mau pedulikan kepentingan kaum hawa, masak kawin sama Kuda Betina dilapangan terbuka begitu? Kenapa sih tidak dicari tempat yang minimal terlindungi dari panas matahari, kenapa tidak kawin di bawah rindang pohon bambu. Ini kan sama dengan tidak menghargai kami kaum hawa. Itulah sikap kaum laki-laki yang mementingkan diri sendiri saja Bang.

Pipit Jantan:
Dek. Kita ini hanyalah makhluk kecil yang tidak ada gunanya bersimpati kepada makhluk sebesar kuda, walaupun kamu membela kaum perempuan sepertimu sekalipun, Kuda betina itu juga kuda, dia juga makhluk besar sedangkan kita yang hanya burung pipit yang kecil. Tidak ada gunanya kita membela hak-hak orang lain yang lebih besar. Memang kamu adalah juga betina dan kuda itu juga betina, tapi kuda itu besar dek..!

Pipit Betina:
Tidak bang, walau bagaimanapun sebagai kaum hawa, saya tetap harus membela kaum hawa yang lain walau dia itu makhluk besar seekor kuda. Tetap bang, saya harus membelanya apapun yang terjadi. Masa kuda laki memperlakukan kuda betina begitu. Saya tetap tidak terima...! Saya akan protes bang..!

Pipit Jantan:
Baiklah, kalau itu kemauanmu, tapi ingat kita adalah makhluk kecil. Tidak bermanfaat simpati kepada makhluk besar, bahkan kerugian akan datang kepada dek..!

Pipit Betina langsung bergegas hinggap di pundak Kuda Betina.

Pipit Betina:
Hai Kuda Jantan, dasar kamu hanya berfikir kesenangan sendiri, tidak pernah mempertimbangkan kesenangan kami kaum hawa. Kenapa tidak diajak kawin ditempat yang teduhlah sedikit..?
Masak ditempat seperti ini. Ini kan sama dengan tidak menghargai kami kaum betina.

Kuda Jantan:
Hai kau burung kecil, jangan kau campuri urusan kami makhluk besar, kamu ini hanyalah burung pipit yang tidak berguna, enyahlah dari pundak kekasihku, kalau tidak maka kamu akan masuk kelubang bersama "senjata"ku. Enyahlah makhluk kecil...!

Pipit Betina:
Tidak...Tidak, saya akan menghalangi "senjata" anda, karena anda telah melecehkan kami kaum perempuan..

Kuda Jantan: Enyahlah...!

Pipit Betina: Tidak..!

Karena Pipit Betina tidak segera enyah dari kawasan terlarang sekitar senjata sang kuda, maka sekalian dengan aksi kawin sang kuda, tertanamlah si Burung Pipit kecil kedalam tubuh Kuda Betina hingga mati didalam perut kuda betina.

Dari jauh dengan air mata berlinang, sang Pipit Jantan berkata:
Bukankah saya sudah memperingatkan dirimu wahai cintaku...? urusan orang besar tidak perlu kita campuri. Kita ini hanyalah burung kecil sedangkan mereka adalah Kuda yang jauh lebih besar dari kita..Memang sudah takdirmu wahai kasihku dek...! Takdir, takdir, takdir sambil terbang Si Pipit Jantan itu terus berucap Takdir..Takdir.. Selamat jalan wahai sang pembela kaum perempuan...! Semangatmu akan terus terukir dalam cerita dongeng ini.