SEJAK munculnya era industrialisasi, dimana banyaknya pabrik-pabrik yang dibangun yang disebabkan oleh komoditas untuk pemenuhan kebutuhan manusia semakin meningkat, manusia seakan bergerak secara perlahan menjauhi sikap fitrahnya sebagai manusia.
Manusia secara hakikatnya mesti bertindak sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi ini, karena Allah telah menganugerahkan manusia dua faktor besar (akal dan nafsu) yang membuat manusia menjadi makhluk yang sempurna dibandingkan semua makhluk lain.
Akal merupakan karunia terbesar yang diberikan oleh Allah khusus kepada makhluk manusia, sehingga dengan akal manusia mampu berpikir, menganalisis dan bertindak dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Namun akal juga bisa menjadi beban dan bumerang, yaitu tatkala manusia menggunakannya untuk menuruti atau meluruskan jalan pemenuhan hawa nafsunya.
Bersama dengan adanya anugerah akal bagi makhluk manusia, Allah titahkan hak dan kewajiban serta tanggung jawab kepada manusia untuk menjaga keseimbangan dan harmoni antar sesama makhluk di bumi ini. Soalnya, jika makhluk di bumi sudah hilang keseimbangan dan kadar harmoninya sudah rendah, maka kekacauan akan terjadi dimana-mana.
Suhu bumi yang meningkat tajam, pola curah hujan yang tak lagi menentu, dan beragam masalah makro lainnya menunjukkan adanya kekacaun dimuka bumi ini. Dalam artian lain, bumi hari ini sedikit banyak sudah mulainya hilang keseimbangannya.
Begitu juga dengan masalah lain, seperti konflik antara manusia dengan hewan, juga diakibatkan oleh hilangnya keseimbangan dan harmoni di planet bumi.
Belakangan ini, hampir setiap hari kita baca di media-media menyiarkan kabar bahwa adanya konflik manusia dengan hewan, yaitu gajah. Gajah merupakan binatang yang berukuran besar dan terkenal sebagai hewan yang istilahnya calm. Gajah tidak akan mengganggu makhluk lain, termasuk manusia, jika kehidupannya tidak terganggu.
Namun yang terjadi hari ini, gajah sering sekali kedapatan mengganggu aktivitas dan kehidupan manusia. Mulai dari dirusaknya tanaman warga, dihancurkannya rumah-rumah warga dan bahkan ada warga yang dibunuh dengan cara kepalanya diinjak-injak oleh Po meurah –istilah untuk Gajah dalam kaidah bahasa Aceh.
Bila kita mau menelisik, fenomena konflik gajah versus manusia ini tentunya ada penyebabnya. Logikanya begini: munculnya asap pasti didahului oleh adanya percikan api.
Nah untuk kasus ini, kenapa bisa terjadi sampai demikian ngerinya, terkhusus tindakan "Po Meurah" tersebut? Tentu jawabannya ada pada kita, manusia, makhluk yang telah Allah angkat sebagai khalifah di muka bumi.
Dewasa ini, diakui atau tidak, aktivitas manusia dalam menjalani kehidupan kesehariannya, terlebih dalam memenuhi tuntutan ekonominya, manusia telah membuat makhluk lain (gajah) terganggu. Apalagi ditambah dengan adanya penebangan hutan secara liar dan pembukaan lahan baru oleh warga, secara tidak langsung telah membuat lalu lintas dan “rezeki” kaum Po Meurah ini terganggu.
Memang dii hutan belantara itu tersimpan banyak sekali sumber daya yang bisa dijadikan sebagai komoditas untuk pemenuhan kebutuhan manusia yang semakin hari semakin kompleks. Namun kita tidak boleh mengeksploitasinya dengan semena-mena tanpa memikirkan makhluk yang hidup didalamnya. Karena ujung-ujungnya, buntut dari perilaku yang bisa dikatakan minus akal itu adalah bencana. Ya konflik gajah dengan manusia itu harus kita akui sebagai bencana.
Karena itu pula, sebagai umat yang beragama dan atas anugerah akal yang telah Allah berikan, kita harus mampu mencari solusi atau alternatif lain dalam pemenuhan kebutuhan hidup kita, tanpa harus mengganggu “rumah” tempat makhluk lain hidup. Segala tindakan yang mengarah pada pengrusakan habitat kehidupan makhluk lain, seperti gajah –sebagaimana yang kita diskusikan dalam tulisan ini, sudah selayaknya dihentikan. Sehingga konflik antar manusia dengan gajah meskipun tidak bisa dihilangkan, setidaknya terminimalisir. Nyanban!
Rabu, 09 Mei 2018 II @emsyawall
Congratulations @emsyawall! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of comments
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
To support your work, I also upvoted your post!
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Thanks @steemitboard
Lalu siapa yang patut disalahkan pada konflik tersebut?
Manusia adalah Khalifah di bumi ini. Diberikan oleh-nya keistimewaan yang tidak dimiliki oleh yang lain. Harus disadari bahwa manusia lah yang telah menciptakan konflik tersebut. Segalanya akibat tangan manusia, cocok Kak @emsyawall?
Setuju banget. Istilah jikalau bumi ini dianalogikan sbg mobil, sopirnya adalah manusia. Makhluk lain hanya penumpang.
Terimaksih atas tambahannya @jardinababan
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by emsyawall from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.
If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.