PRAKTIS semenjak saya mememang beberapa platform media sosial blockchain, maka Steemit menjadi korban. Ini di luar kemampuan saya karena susahnya membagi waktu mengisi semuamya.
Tapi saya tidak menyerah. Artinya ini menjadi cambuk untuk menghidupkan semuanya. Mulai sekarang saya mencoba menata kembali aktivitas di semua platform karena secara ekonomi sangat membantu.
Sahabat Steemians yang budiman....
Kehadiran Steemit dalam kehidupan saya benar-benar mengubah kebiasaan menggunakan media sosial. Instagram sudah saya tutup, Twitter dan Facebook sudah lebih satu tahun tidak saya sentuh. Sikap saya ini menunjukkan sebuah komitmen untuk tidak buang-buang waktu hanya untuk mendapatkan kepuasan popularitas.
Memang betul Steemit bukan segala-galanya. Ada kehidupan privasi yang harus kita seimbangkan dengan aktivitas media sosial. Saya tidak mau menjadi orang yang tertutup dan jarang bersosialisasi dengan tetangga gara-gara Steemit. Sebelumnya saya pernah mengatakan keluarga lebih utama dari yang lainnya.
Dalam kehidupan ini pasti punya banyak pilihan. Ibarat memilih warna, tentukan pada salah satu yang disukai. Berkelanalah kemanapun tujuan. Maka akan sampai titik jenuh juga.
Saya dengar beberapa Steemians ada yang sudah fakum menulis. Bahkan ada seperti orang puasa Senin-Kamis. Gara-gara apa? Dugaan saya karena kesibukan dan susah membagi waktu dengan perkerjaan atau bisa jadi karena harga SBD dan Steem yang murah. Nah, di sinilah peran paus-paus besar menarik mereka terus bersemangat. Vote besar sangat diharapkan semua Steemians. Apalagi saya, hahahaha.....
Okelah, mungkin ini dulu cerita yang saya bagikan. Semoga kita tetap dalam lindungan tuhan semesta alam, Allah SWT.
Matangglumpangdua, 22 Juli 2018.
Follow @dsatria
betoi that pak @dsatria