Belajar Konjungsi, Mengenal Kata yang Berdiri Sendiri

in #indonesia7 years ago

Konjungsi.jpg

Bukan ingin menggurui, cuma saya sedikit tergelitik ketika teman-teman steemit Indonesia menulis dalam bahasa ibu (baca: bahasa Indonesia). Hal ini dikarenakan banyak Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang salah kaprah, bahkan ada yang lebay dan alay. Apalagi jika tulisan-tulisan salah itu justru memenangkan lomba yang salah satu syaratnya adalah menulis sesuai EYD.

Saya bukan ahli bahasa Indonesia atau linguistic, tetapi saya sedikit memahami bagaimana menulis yang benar karena latarbelakang pernah jadi 'wartawan' kampus semasa kuliah dulu. Untuk itu, saya mengutip penuh artikel soal bagaimana menulis "Konjungsi yang berdiri sendiri" seperti dilansir beritagar.id agar kita benar-benar menulis bahasa Indonesia di jejaring sosial ini.

Berikut artikelnya:

"Penutur bahasa Indonesia acap lebai (adj. berlebihan; mubazir). Bentuk yang pendek dibuat jadi panjang, padahal bentuk pendeknya saja sudah cukup. Ini merupakan salah satu sebab kalimat bahasa Indonesia kerap lebih panjang daripada padanan bahasa Inggrisnya.

Ambil contoh agar supaya. Kedua kata penghubung (konjungsi) agar dan supaya ini bersinonim dan bermakna sama, yakni menandai harapan. Kita cukup menggunakan salah satu di antaranya. Misalnya "Peraturan ini dibuat agar ..." atau "Peraturan ini dibuat supaya ...". Tidak perlu "Peraturan ini dibuat agar supaya ...".

Salah satu bentuk kelebaian baru yang semakin sering saya temukan belakangan ini adalah kata kerja pasif dikarenakan. "Masalah ini muncul dikarenakan ...", demikian salah satu bentuk kalimat yang dirasa galib, tetapi sebenarnya kurang tepat. Coba ganti dikarenakan dengan karena. Bukan masalah, kan?

Saya menduga bentuk dikarenakan muncul sebagai analogi dari bentuk disebabkan. Analogi ini tidak tepat karena kata dasarnya berbeda sifat: sebab kata benda, sedangkan karena kata penghubung atau konjungsi. Kata benda memang dapat diberi imbuhan, sedangkan konjungsi tidak pernah diimbuhkan.

Coba ingat, pernahkah kita mengimbuhkan konjungsi lain seperti supaya (menyupayakan) atau jika (dijikakan)?

Cara lain untuk menguji keabsahan kata kerja pasif adalah dengan melihat bentuk kata kerja aktifnya. Kata menyebabkan memang lazim kita pakai, tetapi pernahkah kita menggunakan kata mengarenakan?"

Sumber tulisan:

beritagar.id