Seberapa penting menulis di steemit? Bagiku sangat-sangat penting. Namun, jika pun bagi beberapa orang hal itu bukanlah satu kepentingan yang mutlak. Ya, apa boleh buat, dinamika hidup memang tercipta dengan adanya perbedaan pendapat.
Steemit memang menjanjikan reward yang telah terbukti bisa diuangkan dan uang itu bisa dipakai untuk apa pun. Boleh dipakai untuk beli pulsa, beli odol, beli sempak atau kalau mencapai belasan juta rupiah, kenapa tidak, jika digunakan untuk tabungan umrah? Bagi yang masih lajang, boleh juga ianya sebagai tabungan mahar agar bisa naik ke pelaminan, seterusnya menyatu dalam ranjang yang sah. Tapi bukan itu yang jadi soal.
Bahwa beraktivitas di @steemit, apakah itu dengan menulis, memuat karya fotografi, upload karya seni rupa, dan lain sebagainya tidak selamanya untuk mencari peruntungan reward belaka, yang secara tak langsung membentuk pemikiran pragmatis.
Hal ini berhubungan dengan temuan-temuanku di beberapa kasus, seperti: Ada artikel yang ditulis dengan sangat keren, memuat suatu perkara penting di dalamnya tapi hanya berujung pada $0.001 saja hasilnya. Sementara di pihak lain ada pula yang memosting artikel alakadarnya, tata bahasa tulisan belepotan, bahkan ada yang salah kutip, tahu-tahu punya reward belasan atau puluhan $.
Bagaimana bisa? Itu tergantung sangat pada siapa yang meng-upvote-nya. Jika yang meng-upvote satu postingan paling buruk sekalipun adalah para ikan-ikan paus, maka besarlah peruntungannya. Tapi artikel keren tadi,--sekeren apa pun ia, selama yang meng-upvote hanyalah steemian kelas mujair, sudah barang tentu pendapatan yang didapat tidak seberapa.
Yang kusebutkan di atas adalah pengalamanku sendiri ketika level akun steemitku ini masih berkutat di antara angka 27 - 36. Boleh kukata, aku sempat ingin meninggalkan steemit ini cepat-cepat tinimbang mendapatkan tulisanku yang tak terjamah para paus. Ujung-ujungnya aku terlibat dalam umpat mengumpat seorang diri. Hanya saja, aku bersyukur, rasa hampir putus asa itu bisa kuatasi sendiri dan bertekad dalam hati: Oke! Semua usaha butuh proses. Mencari kejayaan di steemit sama halnya seperti mencari kejayaan di lubang-lubang tambang emas tradisional di Geumpang atau Manggamat sana.
Aku perlu berproses menggali lubang-lubang itu terlebih dahulu dengan sabar, konsisten dan tekun sembari membawa diri pada keyakinan untuk tidak pragmatis. Kecuali menjadikan proses itu sebagai usaha untuk terus meningkatkan kualitas postingan--dalam hal pribadiku ini berupa tulisan.
Dari tekad begitu rupa, saat itu aku sampai pada pikiran, "Terserah! Tak peduli ada upvote atau tidak, ya, menulis saja.[]
Setuju, semangat untuk tetap menulis
Iya pak @kunrishartanto. Semangat untuk terus belajar nulis, konsisten, dan banyak-banyak doa juga, biar para paus suka mendekat ke postingan kita. Hehe..
Kita ini bukan ikan mujair. Tapi ikan teri medan hahaha...
Tadinya emang mau kucomot nama teri, mbak. Cuma pas kulihat di @steemboard seperti gambar ini nih:
Ga mungkin kan bentuk teri begitu? Hahaha... Salam, mbak @horazwiwik
Hahaha sempat ngecek gambar ya...pokoknya klo pemula itu seukuran teri, yg bikin gambar minnow di steemboard itu blm pernah makan balado teri. Suruh dia datang ke indonesia hahaha
Harus ngecek mbak. Biar logika kalimat sesuai dengan fakta yang ada. Itung-itung belajar memperkuat argumen dengan kekuatan data dalam kalimat-kalimat yang kususun.
Bersoal yg bikin gambar minnow di steemboard belum pernah makan balado teri. Kukira, memang iya begitu. Orang-orang di barat tak punya peradaban teri. Mereka tak mengerti bagaimana lezatnya balado teri, tak pula paham dahsyatnya pesona pepes teri saat kali pertama menyentuh lidah. Dalam hal kuliner, asia, orang-orang timur, dan orang-orang amerika latin lebih tinggi peradabannya.
Komen yg ditulis @bookrak pun renyah dan ga bosan dibaca hahaha..
Kata kata semacam 'bersoal' itu, lebih kurang mengingatkan sy pada tulisan andrea hirata di novel tetralogo laskar pelangi. Btw gaya nulis bookrak ada aroma aroma melayunya. Ya ngga sih, pokoknya lain gitu makanya saya suka bacanya 😁
Aroma kitab arab-djawi, sepertinya lebih epik. Hahaha
Sy tak tahu kek mana bentuk n isi kitab tersebut. Tapi dr namanya ada aroma sedap dan merdu hahaha
Saya sempat akan meninggalkan steemit ini. Saya sangat kecewa saat tulisan saya yang saya rangkai berjam-jam tidak ada nilainya. Saya drop. Saya mengadu pada uplain saya, kenapa begini, kenapa saya tidak dapat apa-apa ??
Uplain saya menyemangati saya. :Kamu harus bersabar, semu butuh waktu dan proses".
Saya sangat menghargai beliau. Benar saja saat ini banyak orang yang sudah saya kenal di steemit. Dan saya semakin bergairah untuk menulis.
Salam ukhwah @bookrak.
@said-nuruzzaman, saleum meuturi. Selamat karena tidak meninggalkan platform terbaik ini. Sama-sama selamat pula bagi kita yang mau berproses di sini, saling mengikat silaturrahmi, berbagi pengalaman dan tentu saling belajar satu sama lain. Tabek!
semangat kawan @bookrak
Sama-sama semangat rakan @myaceh.
Mencari sebongkah berlian Hanya saja, aku bersyukur, rasa hampir putus asa itu bisa kuatasi sendiri dan bertekad dalam hati: Oke! Semua usaha butuh proses. Mencari kejayaan di steemit sama halnya seperti mencari kejayaan di lubang-lubang tambang emas, tulisannya bagus sekali bg @bookrak :
Terima kasih telah singgah di blog sederhana ini @asma. Salam 😁
Nah ini nih yang penting, konsisten aja dulu dan berikan konten yang terbaik. Sebuah pemikiran yang pernah saya rasakan, dan rasanya hampir semua stemian berpikiran begitu.
Syukur. Tadinya kupikir cuma aku saja yang punya pemikiran seperti itu. Tapi ternyata, banyak juga ya. Hehe..