foto kopi liberika Tangse, Blang Dhod, Kec Tangse, Kab Pidie
Rintikan hujan silih berganti menyentuh tubuh pengendara motor melintasi jalan Tangse - Geumpang, cuaca 23°C dan panorama hutan hujan tropis ala Tangse cukup membuat tubuh pengendara menggigil. Berangkat dari Kota Sigli menuju Kecamatan Tangse tepatnya di Gampong Blang Dhod berjarak lebih kurang 56 kilometer memakan waktu sekitar 1. 30 menit.
Tulisan Pemerintah Gampong Blang Dhod Kecamatan Tangse terpampang di pekarangan Kantor Keuchik menyapa setiap pengunjung yang membutuhkan segala kepentingan administrasi pemerintahan gampong.
"Ayo kita menikmati Kopi Tangse sebelum aktivitas mengusik waktu menikmati kopi", ucap Hamdani kelamaan menunggu kehadiran kami, semenjak dalam perjalanan sudah saling tukar informasi mengenai keberangkatan ke tempatnya Kopi Liberika.
Usianya memang tergolong tidak muda lagi, Namun semangat positif selalu terpancar dari setiap gerak dan ucapannya, Hamdani adalah salah seorang sosok dibalik bangkitnya "biji emas hitam" liberika dengan menjabat sebagai Direktur utama Badan Usaha Milik Gampong (BUMG) Bukit Indah Tangse.
Setelah menikmati kopi alternatif dari Arabika dan Robusta yang sudah sering mengisi selasar rasa, kamipun berangkat menuju tempat pengolahan kopi liberika untuk melihat geliat aktivitas produksi kopi tersebut.
Dua orang lelaki telah siap menerima kehadiran kami, dan mempersilahkan masuk ke tempat produksi itu adalah Eddi Azhari dan Rasyidi yang merupakan Sekretaris Gampong dan Ketua Pemuda Gampong Blang Dhod.
foto Eddi Azhari pengusaha kopi liberika Tangse sedang menjelaskan perbedaan biji kopi liberika dengan biji kopi lainnya
Aroma kopi menyeruak saat kami masuk ruangan yang sudah terpampang mesin roasting untuk menghasilkan aroma khas tiap jenis kopi, tentunya kopi liberika.
Berdasarkan sejarah, Kopi Liberika adalah jenis kopi yang berasal dari Liberia dan Afrika Barat, pada abad - 19 oleh kolonial Belanda untuk dikembangkan di daerah koloninya termasuk Indonesia. Kopi ini juga tenar sebagai kupi panah (nangka) karena dari aroma yang tercium serupa dengan aroma nangka, sekarang kopi ini hanya terdapat di Tangse Kabupaten Pidie dan Provinsi Jambi.
"Usaha mandiri ini telah kami rintis sejak 2012 lalu dengan semangat kekeluargaan Gampong Blang Dhod", ujar Eddi membuka pembicaraan.
Eddi, sekretaris gampong merupakan alumni dari Universitas Islam Indonesia Yogyakarta ini adalah salah seorang pemantik ide berdirinya usaha Kopi Liberika, dengan sumber anggaran dari investasi APBG (Anggaran Pendapatan Belanja Gampong).
Eddi mengatakan, penggalakan kembali budidaya kopi lokal, mengupayakan sektor bisnis sebagai brand baru, sehingga pendapatan dari usaha tersebut berefek positif pada ekonomi petani kopi serta kesejahteraan masyarakat gampong.
Lanjutnya, strategi pemasaran terbilang lumayan baik, sudah menyentuh pasar Beureunuen dan Sigli untuk pemasaran lokal dan sekarang sedang berupaya meretas pasar nasional serta internasional dan butuh kerjasama yang sinergi dalam mempopulerkan kopi liberika ini.
foto beberapa jenis biji kopi yang di produksi oleh masyarakat Blang Dhot, selain liberika juga ada arabika dan robusta
"Kendala dalam proses produksi Kopi Tangse khususnya varietas liberika adalah kurang baiknya infrastruktur untuk mengakses kebun kopi milik petani, benih yang tidak berkualitas, minimnya pengetahuan tata kelola petani untuk merawat dan menghasilkan kopi yang berkualitas dan butuh media pengiklan produk kopi liberika itu", kata Eddi.
"Kami pernah menawarkan produk ini sebagai produk yang dikonsumsi untuk selingkup Dinas di Kabupaten Pidie, dan kami sangat berkeinginan supaya pemerintah sesekali memasang iklan Kopi Tangse di baliho milik pemerintah", harap dia.
Menurut pengakuannya, petani kopi disini pernah menerima bantuan bibit serta pupuk setiap tahunnya untuk aktivitas usaha kopi, namun spesifikasi yang tergolong rendah dan kebanyakan varietas robusta membuat petani enggan untuk membudidayakannya.
"Rapat Forkopimda Pidie beberapa waktu lalu juga digelar disini adalah suatu apresiasi positif, serta Bapak Jufrizal (Kepala Dinas BPMG Kabupaten Pidie) sering bersilaturrahmi kesini untuk memantau jalannya kegiatan BUMG Bukit Indah," tambahnya.
"Adanya stok barang (kopi), pemasaran lebih intens yang membuat orang penasaran. Dan jika itu sudah ada, Kopi Tangse akan terkenal berdampingan bersama Melinjo sebagai ikon pasar dari Kabupaten Pidie," kata Fadhlullah TM. Daud (Wakil Bupati Pidie) dalam wawancaranya, Rabu (26/11).
Sementara itu, menurut Abusyik (Bupati Pidie) dalam pembukaan acara Bursa Inovasi Gampong, Kamis (29 /11). Mengatakan sangat mendukung program-program inovasi gampong untuk memanfaatkan dana desa yang lebih efektif dan efisien terhadap kesejahteraan.(mz)
Bosan dengan kebiasaan nikmati kopi arabika dan robusta, ayo rasakan kedahsyatan berbeda dari kopi liberika Tangse.
Enjoy the free vote! I hope you continue to enjoy your time here in this wonderful community we call Steemit!