Jangan Buru-buru Pergi, Lihatlah Kyai Garuda Kencana | Don’t Hurry Up, Look at Kyai Garuda Kencana |

in #indonesia7 years ago (edited)

Kalau mendarat di bandar udara Adi Soemarmo, Solo, Jawa Tengah, jangan buru-buru pergi meski taksi sudah menunggu. Sediakan waktu sekitar lima menit untuk melihat kereta Condro Kirono dan Kyai Garuda Kencana di sisi kanan setelah keluar dari ruang kedatangan. Kedua replika kereta Kesultanan Solo itu sudah berada di Bandara Adi Soemarmo sejak Jumat, 23 Desember 2016 untuk mempromosikan Solo sebagai destinasi wisata budaya.

Sebelumnya saya sudah menampilkan replika kereta Condro Kirono, kali ini lihatlah kereta Kyai Garuda Kencana. Membedakan keduanya sangat mudah. Condro Kirono bewarna hitam, Kyai Garuda Kencana bewarna merah. Kedua kereta tersebut aslinya dibuat di Den Haag, Belanda pada 1850 – 1860 dan dipergunakan pada masa pemerintahan Mangkunegoro IV sampai Mangkunegoro VII (1850 – 1944).

Karena nilai sejarahnya, jangan buru-buru pergi. Lihatnya keindahan kereta itu. Lihatlah kegagahan Kyai Garuda Kencana dan abadikan pertemuan itu dengan kamera, seperti beberapa orang yang saya temukan di sana. Bagi yang sudah biasa ke Solo barangkali sudah tidak menarik lagi, tetapi tidak bagi yang pertama atau kedua kalinya ke Solo.[]


Kyai Garuda Kencana_02.jpg


Kyai Garuda Kencana_01.jpg


Kyai Garuda Kencana_03.jpg


Kyai Garuda Kencana_04.jpg


Don’t Hurry Up, Look at Kyai Garuda Kencana

If you land at the airport Adi Soemarmo, Solo, Central Java, don’t go away even though the taxi is waiting. Take about five minutes to get to Condro Kirono and Kyai Garuda Kencana trains on the right side after exiting the arrival hall. Both replicas of the Solo Sultanate train have been at Adi Soemarmo Airport since Friday, December 23, 2016 to promote Solo as a cultural tourism destination.

Previously I already featured a replica of Condro Kirono train, this time take a look at Kyai Garuda Kencana train. Differentiating them is very easy. Condro Kirono colored black, Kyai Garuda Kencana red colored. Both trains were originally made in The Hague, the Netherlands in 1850 - 1860 and were used during the reign of Mangkunegoro IV until Mangkunegoro VII (1850 - 1944).

Because of its historical value, do not rush away. Look at the beauty of the train. Look at Kyai Garuda Kencana's bravery and capture the encounter with the camera, like some people I found there. For those who are used to Solo may not be interesting anymore, but not for the first or second time to Solo.[]


Kyai Garuda Kencana_05.jpg


Kyai Garuda Kencana_06.jpg


Kyai Garuda Kencana_07.jpg


Kyai Garuda Kencana_08.jpg


Badge_@ayi.png

DQmNuF3L71zzxAyJB7Lk37yBqjBRo2uafTAudFDLzsoRV5L.gif

Sort:  

Bang @ayijufridar, Foto ini akan lebih menarik seandainya ada Nyai Garuda Kencana...

Sangat bagus memiliki nilai sejarah yang tinggi

I'm come back sir, hehehe...
bagus postingan ini pak, jadi ingin pergi kesana. tapi kalo saya kesana langsung cari nasi rawonnya dulu aja deh pak, hehehe.... @ayijufridar

Rupanya made in Belanda ya bang.. banyak sejarah Indonesia yang benda aslinya ada di meseum Belanda.

Kereta seperti ini buatan Eropa lebih tahan terhadap gerusan waktu @albertjester. Kereta seperti ini tetap dibutuhkan untuk berbagai keperluan, seperti pesta pernikahan atau untuk syuting film jadul.

Looks so luxury, classic and elegant 😍

Pemerintah kota solo sangat kreatif, menjadi bandara sebagai gerbang sejarah. Seharusnya bandara SIM juga demikan, seluruh ornamen sejarah aceh dipajang sehingga para tamu dapat membaca sejarah aceh sejak pintu masuk pertama ke aceh. Good post bang @ayijufridar

Ide yang sangat bagus bang darman.. kayaknya jadi bahan postingan lebih bagus itu bang.

Saya pikir, pemerintah yang kreatif menjadi syarat sebuah daerah menjadi kota yang modern dan maju. Selama ini, kita belum mengoptimalkan seluruh potensi yang ada untuk kemajuan daerah. Gagasan @sudarman.puteh sangat cemerlang dan bisa diadopsi pemerintah Aceh @albertjester.

Kita cuma mampu berharap bg @ayijufridar dan @alberjester, mudah2an kelompok swasta di aceh semakin kuat kedepan sehingga bisa berperan aktif mengantikan pemerintah yang tidakkreatif dalam mengembangkan khazanah sejarah dan budaya daerah.

Kereta aslinya keren banget... Sudah ada shockbreakernya pula jadi empuk....

Tiruan saja sudah empuk, Sista @mariska.lubis. Apalagi yang asli...

Hampir setiap bandara memasang ikon kotanya/daerahnya. Hal ini sangat penting untuk untuk mengingatkan orang yang pernah berkunjung ke daerah itu. Foto foto pengunjung akan menjadi promosi gratis ,tentunya

Benar Bro @emnajourney. Seperti di Adi Sucipto di Yogyakarta, ada juga replika kereta dan itu menjadi sudut favorit para pengunjung. Coba di bandara SIM ada replika Cakradonya, ya... Bilang sama Bang Wandi...

Kalo tidak salah itu Kyai Nasir Nasir sebagai model nya.

Kyai Nasir Husein jebolan Ponpes Jombang, beliau adalah Kyai Mbeling @nasrol....

Kyai Nasier Husein adalah alumni Ponpes JOmbang @nasrol. Beliau adalah seorang Kyai Mbeling...

khak ureung bak foto nyoe

Gawat model nyan Bang @safwan71. Meuhai that lon bayeu untok jeut keu model. Kalueh lon kontrak satu musim kompetisi.

Jauh juga perjalanannya dari Belanda ke Indonesia ya. Butuh waktu berlama perjalanan pada saat itu?

Luar biasa bg.. Menarik that

Bereh bang @ayijufridar salam kenal bang izin bergabung bang. Saya @rijal8466 pendatang baru bang

Satu warna, beda zaman.