Cukup menarik melihat permasalahan ini diangkat penulis dalam bukunya Acehnologi. Setelah sebelumnya membahas mengenai kontribusi alumni luar negeri di Aceh. Lantas bab ini akan meninjau mengenai Masa depan Dayah di Aceh. Inti permasalahan yang akan di uraikan penulis dalam bab ini ialah penentuan dayah dalam mengambil sikap, apakah bertahan dengan sistem yangtelah ada, atau beradaptasi dengan kemajuan kontemporer, atau pilihan lain berupa mencari paradigma baru untuk tetap melanjutkan proses transfer ilmu pengetahuan kepada generasi penerus. Kajian yang diberikan penulis dalam bab ini bukan hanya memberikan pilihan namun juga paparan keadaan yang akan atau sudah di alami oleh dayah. Disinilah ketika dibaca pembaca akan mendalami permasalahan kedepan.
Peran spirit agama sangatlah kuat. Bahkan di barat sekali pun, kendati mereka lebih menegaskan pemisahan terhadap urusan agama. Konsep yang menggagas jika ingin maju maka copotlah baju agamamu. Sedangkan di Asia Tenggara spirit agama muncul dari dayah/pondok/pesantren. Penegasan penulis bahwa selama 30-50 tahun terakhir dayah sudah banyak mengalami perubahan, begitu juga ketika melihat peran ustad dalam masyarakat saat ini. Lantas penulis menggaris bawahi bagaimana dengan peran dayah tahun 2050 nanti.
Penulis memberikan paparan mengenai negara-negara super power yang kaitannya dengan pengaruh agama yang dominan. Dari ulasan penulis akhirnya mencapai penekanan bahwa fondasi peradaban dunia adalah dunia spiritual. Kemudian ketika hal ini dikaitkan dengan dayah, maka dapat diketahui dalam fase sejarah yakni reproduksi spirit ternyata banyak dihasilkan oleh para penuntut ilmu di dayah. Pasalnya dampak jika memang akhirnya dayah sudah tidak ada lagi di Aceh yaitu dapat diperkirakan spirit ilme endatu akan lenyap di bumi Aceh.
Berikutnya, paparan berlanjut kepada persoalan mengenai bagaimana ilmu pengetahuan menjadi kekuatan baru dalammenciptakan kegaduhan dunia. Cukup menarik ketika pembaca diajak penulis melihat dampak dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Diberika 4 aspek untuk memudahkan pembaca dalam mengamati dampak yang akan terjadi, terdiri dari konsep(concept), kekuasaan(power), internasionalisasi(internationalization), dan hegemoni(hegemony). Dari keempat hal ini diketahui bahwa inilah bentuk penjajahan model baru. Lantas muncul pertanyaan apakah dayah sanggup bertahan menghadapi tantangan tersebut terutama untuk tetap mempertahankan tradisi keilmuan.
Kemudian beralahi kepada ulasan mengenai fenomena gerakan keagamaan (religious movement) pada hampir semua agama. Hal ini menegaskan bahwa peran agama masih sangat penting dalam kehidupan manusia. Dan untuk meninjau mengenai gerakan keagamaan diberikan tiga aspek tinjauan, yakni land(tanah), hopes(harapan), serta sacrality(sakralitas). Setelah diberikan paparan masing-masing aspek di atas maka penekanan bahwa aspek sakralitas menjadi pendominan gerakan kegamaan di masa depan. Gerakan mesianik menjadi trend keagamaan di masa depan. Dan mengenai hal ini di luapkan melalui lembaga-lembaga agama yang menjadi wadah untuk mempertahankan aspek kesucian dari agama yang dianut.
Setelah diberikan gambaran mengenai bagaimana peta dan peluang agama di masa depan maka dayah mau tidak mau tetap harus mengahdapi gejala-gejalan tersebut. Lantas bagaiaman dayah dalam mengatasi permasalahan ini, penulis kemudian setidaknya memberikan beberapa langkah atau kemungkinan yang dapat ditapaki oleh dayah. Pertama, tetap bertahan dengan tadisi keilmuan yang telah berlangsung. Dalam hal ini maka dayah menjadi benteng terahir dalam mempertahankan spirit ke-Aceh-an. Kedua, melakukan adaptasi dengan perkembangan saat ini. Ketiga, terlibat dalam perubahan yakni selalu melakukan re-desain kurikulum. Serta keempat yaitu membiarkan dayah seperti adanya tanpa memikirkan dengan perubahan atau tantangan global yang akan dihadapi di masa depan, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan. Dalam setiap pilihan yang diberikan tentu memilki dampak yang harus di ambil. Terakhir penegasan penulis bahwa dayah merupakan satu mutiara dalam peradaban di Aceh. Hilangnya kompas peradaban Aceh jika keberadaan dayah tidak dijaga.