Pembahasan mengenai bahasa sangat menarik dibalut oleh penulis dalam bab ini. Dengan menggunakan pandangan kajian antropologi penulis mulai mengupas sedikit demi sedikit. Review kali ini membahas mengenai bab Makna dan Peran Bahasa Aceh. Bab ini berfokus pada penggunaan bahasa pada keseharian masyarakat Aceh. Dimulai denganpengakuan penulis akan kekhawatirannya terhadap penggunaan bahasa Aceh dalam keseharian masyarakat Aceh. Perbedaan akan terlihat sangat kontras dengan daerah lain, apalagi ketika penulis mencoba membandingkannya dengan penggunaan bahasa Jawa oleh orang Jawa, bahasa Sunda dan lainnya. Penggunaan bahasa Aceh yang tidak pernah dalam ranah formal membuat bahasa ini lebih dipandang bahasa rakyat. Maka oleh karena itu, penulis mencoba memberikan penguraian benang kusut terhadap penggunaan bahasa Aceh dalam masyarakat Aceh.
Kemudian disinilah dimulai paparan mengenai bahasa dalam sudut pandang kajian antropologi. Penulis membagi pengalamannya mengenai bahasa Aceh maupun bahasa Indonesia. Ketika kecil yang masih menginjak bangku MIN (Madrasah Ibtidaiyah Negeri) dengan penggunaan bahasa Aceh yang sangat kental, lantas semakin berlanjut dengan mulai mendengar bahasa indonesia yang juga merupakan bagian dari pelajaran yang di ajarkan. Ulasan ini semakin berlanjut mengulas pengalamannya dengan fenomena penggunaan bahasa dalam masyarakat. Keberadaanya di Yokyakarta membuatnya harus berhadapan dengan bahasa Jawa, terlebih lagi disini juga sempat dibagi penggalan pengalamannya ketika Aceh masih dalam keadaan konflik. Lebih tepatnya ketika beliau pulang kembali ke Aceh. Agenda sweeping yang dilakukan oleh pihak TNI dan Polri, dan begitu beliau mendapati nama prajurit yang identik dengan daerah Jawa secara spontan beliau bercakap dalam bahasa Jawa, nah kemudian perlakuan yang didapkan pun terhadap beliau berbeda dengan orang lain yang seperti lontaran makian atau bentakan. Keberadaan bahasa Aceh sangat memprihatinkan. Begitulah ungkapan yang diberikan oleh penulis. Bahasa yang saat ini menjadi asing di daerahnya sendiri.
Setelah itu barulah penulis mengulas peran dari bahasa itu sendiri. Ulasan yang sangat identik dengan penjabaran terhadap konsep yang telah dibangun oleh pemikir dalam permasalahan ini. Pembahasan ini kemudian berlanjut dengan kaitannya dengan peran atau keberadaan bahasa Aceh. Keberadaan bahasa Aceh bukti bahwa telah terciptakan kebudayaan tersendiri bagi masyarakat Aceh. Lantas karena ini, ketika bahasa Aceh sudah dianggap tidaklah penting dalam masyarakat maka secara otomatis kebudayaan Aceh juga akan ikut sirna dengan peradabannya.
Fakta sekarang bahwa dimulai dari ranah yang paling bawah seperti keluarga maka akan didapati bahasa Aceh tidaklah dipandang lagi sebagai bahasa ibu. Sehingga faktor keluarga juga sangat besar pengaruhnya dalam memainkan perannya pada “mematikan bahasa Aceh”. Perbedaan generasi kemudian diberikan disini, dimana generasi 70-an dan 80-an yang sangat fasih dan paham akan bahasa Aceh namun tetap mampu berbahasa Indonesia maka akan bertolak belakang dengan generasi 90-an dan 2000-an susah berkomunikasi dengan bahasa Aceh sehingga lebih memilih untuk berkomunikasi dengan bahasa Indonesia ketimbang bahasa Aceh. Akibatnya mereka akan sulit memandang jati diri ke-Aceh-an karena disini mereka sudah tidak lagi menggunakan bahasa Aceh. Sehingga, pemahaman akan budaya dan peradaban Aceh akan sulit sekali dibenamkan dalam alam pikiran generasi tersebut.
Dan penulis diakhir bab ini memberikan beberapa tahap untuk membangkitkan kembali semangat berbahasa dan berbudaya Aceh. Saya hanya mengambil salah satunya ialah harus adanya pengenalan kembali kepada generasi muda akan jati diri ke-Aceh-an. Serta penulis juga menegaskan bahwa bahasa Aceh saat ini telah mengalami proses reduksi fungsi dan makna pada kehidupan rakyat Aceh. Kemudian apa yang dicita-citakan oleh penulis dengan adanya atau peran dari Acehnologi ini tersendiri.
...membangun paradigma keilmuyan Acehnologi yaitu pemahaman yang substantif mengenai makna dan fungsi kebudayaan. (h.838)
Bab ini sendiri merupakan peutup pada bagian kelima yaitu Fondasi Peradaban Acehnologi. Bab selanjutnya akan membahas mengenai Cara Berpikir Orang Aceh yang merupakan cakupan dalam bagian keenam dalam buku Acehnologi. Bagian keenam memiliki titik fokus pada Tradisi Intelektual Acehnologi.