Pernahkah kita menyadari bahwa sacara alamiah sesungguhnya kita menolak cara-cara keseketikaan dalam meraih sesuatu?.
Have we ever noticed that the natural nature of us actually rejects the ways of keseketikaan in achieving something?
Seorang calon ayah yang sedang menanti kalahiran anaknya, begitu menginginkan anaknya kelak menjadi seorang ilmuan seperti Albert Einstein. Akan tetapi Dia menolak “keseketikaan”, dalam arti Dia tidak mau anaknya beritu lahir langsung berkumis tebal, berambut Jigrag, dengan jidat penuh kerutan, seperti profil sang penemu teori relativitas itu.
A prospective father who is waiting for the child's birth, so wanted his son would become a scientist like Albert Einstein. But He rejected “keseketikaan”, in the sense He did not want his son directly born thick mustache, haired Jigrag, with a wrinkled forehead, like the profile of the inventor of the theory of relativity.
Seorang ayah atau orang tua secara keseluruhan menginginkan anaknya seperti Einstein, akan tetapi dengan menerima keseketikaan Dia akan kehilangan kesempatan untuk menyaksikan saat-saat penting ketika potensi-potensi dalam diri anaknya itu berkumpul menjadi satu, yang kemudian memunculkannya menjadi orang sehebat Einstein atau Habiebie. Padahal, orang tua Einstein justru menyaksikan saat-saat berharga itu, karena sejatinya disaat itulah sesungguhnya harga seorang ilmuwan Einstein ditentukan.
A father or parent as a whole wants his son as Einstein, but by accepting the eternity He will miss the opportunity to witness important moments when his inner potentials converge into one, which then spawns him into a person as powerful as Einstein or Habiebie. In fact, Einstein's parents actually witnessed those precious moments, because in truth that's when the real price of an Einstein scientist is determined.
Kenyataan ini mengajarkan kepada kita bahwa keseketikaan adalah racun yang dapat membunuh ingatan kita terhadap jasa “saat-saat”, yaitu kumpulan waktu dan kesempatan yang mengantarkan kita ke tangga kecemerlangan masa depan. Keseketikaan juga dapat menyulap kita menjadi mesin pembunuh “detil-detil”, yaitu guru bijak yang mengajarkan kita tentang arti diri dan lingkungan sekeliling. Yang paling berbahaya, keseketikaan dapat menjadi rahim yang melahirkan generasi instan, yakni jenis manusia yang memperkenalkan jalan “pintas dan bebas hambatan” sebagai cara maraih kemenangan dan kesuksesan.
This fact teaches us that keseketikaan is a poison that can kill our memory of the service "moments", which is a collection of time and opportunity that leads us to the ladder of future brilliance. It can also turn us into a killer machine of "details", a wise teacher who teaches us about the meaning of self and the surroundings. The most dangerous, keseketikaan can be the uterus that gave birth to the instant generation, the kind of man who introduced the "shortcut and free road" as a way of winning and success.
Tetapi, penolakan kita terhadap keseketikaan sering kali muncul tanpa kesadaran yang utuh. Ini terjadi karena ternyata keseketikaan mulai diasongkan dalam bentuk trik-trik, kiat-kiat, dan cara-cara yang sangat mempesona-bahkan menyihir. Pada stadium inkubasi, trik-trik itu dapat merusak akal sehat dan kealamiahan sikap penolakan kita. Stadium lanjutannya dapat membuat kita frustasi dalam memandang proses dan ngiler dalam melihat capaian-capaian yang instan.
However, our rejection of keseketikaan often appear without a complete awareness. This happens because it turns out that keseketikaan start diasongkan in the form of tricks, tips, and ways that are very fascinating-even bewitching. In the incubation stage, the tricks can damage the common sense and the naturalness of our rejection attitude. The advanced stages can make us frustrated in looking at the process and drooling in view of instant achievements.
Kaya mendadak, kerja tanpa usaha, gelar tanpa sekolah, adalah idiom-idiom yang sangat mbeling tetapi sensasional. Mula-mula kita mencoba menikmatinya, meski untuk itu kita harus menelan kekecewaan. Tetapi kemudian kita mulai mengobati kekecewaan itu dengan cara mencobanya lagi. Begitu seterusnya, sampai kita hidup dengan kesadaran yang tertindas seperti ini; keseketikaan itu tidak enak, tetapi tidak ada yang lebih enak daripada mencoba-coba keseketikaan itu.
Suddenly rich, effortless work, non-school titles, are very sensitive but sensational idioms. At first we try to enjoy it, though for that we must swallow disappointment. But then we begin to treat the disappointment by trying again. And so on, until we live with this oppressed consciousness; the keseketikaan is not good, but there is nothing better than trying the keseketikaan it.
Hal yang paling buruk menyesal saat menyerah adalah ketika kalah menaklukkan rasa takut dalam mengambil jalan panjang penuh beban dan resiko. Takut mengalami kegagalan dalam hidup, takut manjadi lemah dalam pandangan orang lain.
The worst thing to regret when giving up is when losing conquers fear in taking the long way full of burdens and risks. Fear of failure in life, fear of being weak in the eyes of others.
Hidup adalah sebuah proses dengan segala macam dinamikanya, ketika kita jatuh beranilah untuk bangkit kembali, ketika kegagalan mendekap berpalinglah agar kita mampu bangkit kembali, karena semuanya bukan akhir dari sebuah uji coba, karena kita tidak dalam keseketikaan. Kita sedang dalam proses perjuangan mendapat keseketikaan itu.
Life is a process of all kinds of dynamics, when we fall to dare to rise again, when failure to embrace turns away so that we can rise again, because they are not the end of a trial, because we are not in keseketikaan. We are in the process of struggling for that keseketikaan.
tidak ada yang instan dalam kehidupan ini, semuanya butuh proses untuk mencapai suatu tujuan.
Poin ini yang paling saya suka dari postingan bapak : Hidup adalah sebuah proses dengan segala macam dinamikanya, ketika kita jatuh beranilah untuk bangkit kembali, ketika kegagalan mendekap berpalinglah agar kita mampu bangkit kembali, karena semuanya bukan akhir dari sebuah uji coba, karena kita tidak dalam keseketikaan. Kita sedang dalam proses perjuangan mendapat keseketikaan itu.
Terimakasih pak atas postingan yang sangat bermanfaat ini.
yaayaaa, lanjut terus perjuangan mu @bismi
terimaksih banyak pak @atafauzan atas supportnya.
sukses selalu buat bapak...
Segalanya butuh proses, semua yang kita inginkan tentu memerlukan do'a dan usaha. Do'a tanpa usaha adalah bohong, sedangkan usaha tanpa do'a adalah sombong. Terimakasih pak @atafauzan79
Mantap bang
Hidup adalah sebuah proses dengan segala macam dinamikanya, ketika kita jatuh beranilah untuk bangkit kembali, ketika kegagalan mendekap berpalinglah agar kita mampu bangkit kembali, karena semuanya bukan akhir dari sebuah uji coba, karena kita tidak dalam keseketikaan. Kita sedang dalam proses perjuangan mendapat keseketikaan itu.
Sebuah postingan yang sangat bermanfaat bang @atafauzan79, terimakasih sudah berbagi. Salam sukses.
Mantap sekali...
Hidup memang penuh dinamika.itu yang menyadarkan kita arti hidup yang sesungguhnya