--Lahir dari batu--
Di tengah pesta pernikahan saudaraku, sekali lagi aku tertegun, muncul banyak tanda tanya. Aku beropini dari sudut pandang orang dengan ekonomi menengah ber kecukupan, tidak sebagai orang kaya raya yang pusing untuk membuang uang.
Pesta pernikahan ini sangat meriah, makanan, kostum, drama, dan semua-semuanya. Sangat elegan, berkelas, dan meningkatkan kelas.
Pertanyaan yang timbul dibenakku tentang pentingnya sebuah nilai atau prestise. Orang rela mengorbankan semua demi satu hal yang aku sebutkan diatas. Entah, tak tau aku apa pentingnya.
Semua ini memang benar benar penting atau hanya doktrin agar semua orang berpandangan penting ?
Aku taksir biaya untuk pesta megah itu lebih dari 200 juta. Uang sebanyak itu hanya untuk replika dari kehidupan leluhurku para raja Jawa dan segenap jajarannya dalam waktu sehari.
Wow... fantastis... itu angka yang besar bagiku yang belum pernah melihat uang sebanyak itu. Entah berapa lama orang mengumpulkan uang sebanyak itu. Setahun, dua tahun atau mungkin puluhan tahun, habis dalam 3 jam acara inti.
Ada orang rela mengeluarkan uang begitu banyak yang seolah sia-sia. Aku berkata seperti itu karena ya sebagian besar orang melakukannya untuk menjaga kelas atau bahkan meningkatkan kelas dimata orang lain.
Disini aku ingin membicarakan Opportunity cost atau kesempatan yang hilang akibat adanya perayaan itu.
Dalam agamaku ya sesuai tuntunan sang nabi Muhammad, memang pernikahan sebaiknya diumumkan ke khalayak ramai. Hal ini untuk memberitahu orang lain bahwa sepasang anak manusia telah sah diikat menjadi satu. Selain tujuan utama untuk menghindari timbulnya fitnah orang. Ya dari tuntunan itu dapat diambil inti atau esensi dari perayaan pernikahan yaitu "mengumumkan" .
Terus..
Apakah harus mahal ?
Apa kah harus banyak drama ?
Apakah harus banyak kemegahan ?
Aku mengkritik keras acara perayaan pernikahan mahal bagi orang diluar kemampuannya. Ya... fakta yang ada orang tidak memikirkan masa depannya, misal besok mau makan apa ? Mau tinggal dimana ? Dan sebagai sebagainya. Semoga acara pernikahan saudaraku itu tidak seperti apa yang aku jabarkan diatas.
Kembali ke Opportunity cost, dengan uang sebanyak itu kita bisa membelikan sesuatu yang lebih dibutuhkan dari pada diinginkan. Misal membeli rumah sebagai naungan dari ganasnya cuaca bagi sepasang insan manusia baru ini.
Aku akan berbicara juga dari sudut pandang investor karena itu ilmu yang baru2 saja aku pelajari. Nilai uang sebanyak itu bisa dialirkan ke pasar modal. Bayangkan dengan keuntungan 5% saja perhari, nilainya sudah mencapai 10 juta rupiah. Fantastis bukan ?. Atau kalau mau lebih simpel dibelikan logam mulia sebagai tabungan dimasa tua, atau sebagai persiapan menjelang krisis dunia, dimana tahun ini masuk dalam siklus 10 tahunan krisis ekonomi.
Memang benar anjuran agamaku, sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Menurut kalian acara ini berlebihan ? Aku tak tau pendapatmu. Tetapi Aku rasa tetap berlebihan jika dikembalikan ke definisi dari esensi diatas.
Memang susah hidup sebagai orang Jawa, yang lebih memegang budaya dan kata tetangga daripada realita yang ada.
Memang susah hidup sebagai orang Jawa dengan warisan doktrin melekat di ubun-ubun kepala.
Aku sendiripun pusing, jika tidak melakukan kebiasaan yang ada kita dikucilkan, minimal orang tua kita akan mendengar kicauan dari tetangga dan sanak saudara. Aku sendiri pernah berfikir sepertinya lebih enak terlahir dari sebongkah batu, tanpa ikatan menjaga gengsi orang lain. Hidup bebas sesuai dengan kehendak sendiri, bebas menentukan jalan dan tak peduli apa kata orang karena aku lahir dari batu.
Purwodadi 15 April 2018
Terima kasih