Tersebutlah di dalam sebuah hutan yang lebat, sebuah pohon terlihat menjulang tinggi dibandingkan pohon-pohon lain disekitarnya, pohon tersebut disebut pohon "rubek". Pada bagian atas pohon tersebut bertengger sebuah benda hitam yang ternyata adalah sebuah sarang dari koloni lebah madu, rata-rata terdapat sekitar 60 sampai dengan 70 ribu ekor lebah di dalam sebuah koloni.
Dalam setiap koloni lebah, terdapat tiga jenis lebah, yang pertama adalah ratu lebah. Ratu lebah adalah pimpinan tunggal di dalam sebuah koloni, apabila ada dua ekor ratu, maka keduanya akan saling membunuh hingga hanya tersisa seekor ratu. Pekerjaan utama sang ratu adalah mengatur para lebah, semua lebah dalam suatu koloni sangat mentaati sang ratu, mereka siap mati untuk mempertahankan koloni. Selain itu, guna menjaga kelangsungan hidup koloni lebah tersebut, sang ratu mempunyai tanggungjawab untuk bertelur seumur hidupnya, jumlah telur yang dihasilkan sang ratu setiap harinya berkisar antara 1500 hingga 2000 butir, ciri utama sang ratu adalah memiliki tubuh tiga kali lebih besar dari lebah pekerja dan dapat hidup hingga empat sampai dengan lima tahun.
Jenis yang kedua adalah jenis lebah jantan, lebah jantan memiliki ukuran tubuh lebih kecil dari ratu namun lebih besar dari lebah pekerja. Tugas utama lebah jantan adalah membersihkan sarang dan membuahi sang ratu, sesaat setelah melakukan pembuahan maka lebah jantan akan mati.
Jenis yang terakhir adalah jenis pekerja, jenis ini hanya memiliki jangka hidup 40 hari, dan pekerjaan utamanya adalah merawat ratu lebah serta mencari madu. Sang ratu lebah sepanjang hidupnya hanya memakan "royal jelly" yaitu madu terbaik yang dihasilkan oleh para lebah, sedangkan lebah lainnya hanya mencicipi royal jelly saat masih menjadi larva, dan selanjutnya mereka hanya mengkonsumsi pollen, yaitu sejenis sari pati bunga atau dapat dikatakan sebagai madu tingkat rendah.
Pada suatu hari yang cerah, beberapa ekor larva yang telah berumur 12 hari berubah menjadi lebah dewasa, namun salah satu diantara para lebah tersebut terlihat lebah yang memiliki fisik sedikit berbeda dengan lebah lainnya, ia hanya memiliki satu antena dikepalanya, kita sebut saja ia si "cacat". Sejurus setelah mereka menjadi lebah dewasa, mereka langsung mempunyai tanggungjawab sebagai lebah pekerja, sebagian dari mereka menjadi lebah perawat, lebah pencari dan lebah pengumpul. Pekerjaan tersebut sudah menjadi suatu kewajiban dan akan terus menerus mereka lakukan setiap hari.
Namun pada suatu hari yang mendung, si lebah cacat yang bertugas sebagai lebah pengumpul keluar dari sarang menuju salah satu kuntum bunga yang sedang mekar yang berada tepat dipinggir sungai, pada saat itu ia mengaksikan hewan-hewan lain yang hidup tanpa ada suatu aturan khusus sebagaimana yang ia dapati di dalam koloni lebah. Akhirnya ia hinggap pada salah satu kelopak bunga dan berkata "mengapa hanya ratu yang mendapatkan posisi istimewa di dalam koloni, mengapa lebah lain harus taat kepada ratu, mengapa lebah pekerja tidak memiliki hak untuk menjadi seorang pemimpin, demokrasi harus ditegakkan" demikian gumam sang lebah cacat.
Sejurus kemudian ia pulang dan mulai menyebarkan makar kepada lebah pekerja dan lebah jantan, para lebah pekerja mulai terhasut oleh hasutan si lebah cacat, namun tidak dengan para lebah jantan mereka menolak penghianatan terhadap ratu. Mereka berpendapat bahwa seharusnya kehidupan lebah memang sudah seperti ini, dan tidak boleh di rubah, apabila sistem ini kacau maka sebuah koloni lebah akan hancur.
Penolakan dari para lebah jantan yang hanya berjumlah ratusan tentu tidak memberikan pengaruh, sedangkan para lebah pekerja yang berjumlah 60.000 telah setuju untuk menggulingkan sang ratu. Pertempuran yang lebih layak disebut "pembantaian" ini pun tak terelakkan lagi, sang ratu bersama dengan para lebah jantan mati dengan tanpa ada perlawanan yang berarti. Dengan tewasnya sang ratu, maka sang lebah cacat menduduki kursi "pimpinan" dan mulai menerapkan sistem "semua lebah mempunyai hak dan kewajiban yang sama".
Dua hari setelah pemberontakan, kehidupan para lebah mulai kacau, para lebah pekerja yang sudah berumur 40 hari mulai berjatuhan namun tidak dibarengi dengan adanya telur lebah yang dibuahi. Dua minggu kemudian jumlah para lebah berkurang drastis dan para lebah mulai meragukan kepemimpinan sang lebah cacat, keesokan harinya sang lebah cacat ditemukan mati bunuh diri. Tepat empat puluh hari, sarang lebah yang bertengger di pohon "rubek" tersebut benar-benar mati, sarang yang awalnya riuh oleh para lebah kini hening seribu bahasa.
Selang beberapa waktu, seekor ratu lebah muda yang keluar dari kolonimya untuk membuat koloni baru bersama pejantan dan beberapa lebah pekerja hinggap di pohon "rubek" tepat disamping sarang yang telah mati.