Sahabat semuanya, saya masih melajutkan cerita saya tentang panen padi. ada yang mengusik benak saya saat saya membuka kembali foto-foto kemarin dalam perjalanan pulang dari kampus. sepertinya ada sesuatu yang hilang daari adat dan tradisi yang ada di kita. Aceh sebagai sebuah daerah yang memiliki adat dan budaya. Bagi petani padi di Aceh zaman dulu, bertani adalah sebuah propesi yang sakral. menjadi petani itu harus mengikuti aturan dan adat yang harus dipahami dan dijalani dengan sungguh-sungguh dan benar. Mereka percaya bahwa padi itu adalah tumbuhan yang harus benar-benar di jaga dan dihargai. Ada aturan-aturan adat yang wajib dijalankan
https://gateway.ipfs.io/ipfs/QmWepSZ1hBa7FtuKTaHV5dwCibEq5wNcVyCjEkQ8HcpHmH
Gambar diatas saya foto pada saat ibu-ibu sedang melakukan aktifitas memotong padi, memotong merupakan sebuah pekerjaan yang dilakukan ibu-ibu. sangat jarang anak-anak gadis/remaja yang bisa melakukannya.
SENIBAI
Memotong padi beberapa perdu dan diikat dengan batang padi yang panjang, dikaitkan dengan sabit maka jadilah yang namanya SENIBAI. Senibai adalah istilah khas bagi masyarakat Aceh dalam istilah petani padi. istilah ini hanya berlaku disini. Ketika kita menyebutkan senibai maka akan terbayang langsung bulir bulir padi dalam ikatan yang terhampar di atas batang -batang padi yang sudah dipotong. Senibai dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kumpulan batang yang sudah dipotong dengan sabit dan diikat dengan batang padi.
https://gateway.ipfs.io/ipfs/QmeRKHFBKg1Te34dGu7r6kH2fvAqtgEkvhSpqthtooMc16
Proses panen atau memotong padi adalah sebuah tradisi, dalam masyarakat Aceh zaman dulu. masa memotong padi adalah masa-masa bahagia. Dikampung-kampung masa-masa ini adalah masa-,masa panen. Masa disaat para masyarakat bekerja dan membantu sama lain di sawah. Disini berlaku kerjasama, bergeraknya perekonomian masyarakat dan gotong royong terbangun. Masyarakat miskin bekerja mendapatkan upah dari hasil kerja sebagai buruh tani dan sebaliknya para petani juga mendapatkan hasil dari jerih payahnya sebagai petani. Saat panen padi tiba tidak hanya yang punya lahan yang mendapatkan hasil tetapi masyarakat yang tidak memiliki lahan juga mendapatkan hasil dari mereka yaitu berupa upah, padi dan juga beras baru. Sebuah budaya dan adat yang sudah dilakukan turun temurun yang membuktikan bahwa mereka membentuk sebuah komunitas yang dikelola dengan baik dan bermanfaat. Dalam tradisi panen padi ada beberapa istilah yang sangat kental dalam masyarakat selain istilah senibai yaitu : **Selumpok, jendrang, ceumelhe, Bleut** Dalam tulisan ini saya tidak membahas keempat istilah tadi.
Teknologi
Hadirnya teknologi pertanian memang memberikan dampak yang baik bagi masyarakat petani, pekerjaan menjadi cepat dan ekonomis, kita tidak bisa lari dari perubahan zaman. Menolaknya adalah keniscayaan. Tradisi-tradisi tentu dengan sendirinya akan berubah serta bisa saja hilang. Lihatlah ketika teknologi masuk ke area persawahan kita. Apa efek yang terjadi?
https://gateway.ipfs.io/ipfs/Qmai7iLSjb3hvj3Awp1h9v5wvB7gD9GTbEn5q95uxt3nP4
Istilah-istilah indatu tidak akan terdengar lagi, tidak ada lagi istilah senibai dan gambar senibai yang dapat kita abadikan, tidak ada lagi bleut, selumpok dan ceumelhe, yang ada hanya sebuah mesin yang berjalan dan petani yang mengangkut karung.
https://gateway.ipfs.io/ipfs/QmVgnz2C5T4WbLwmNEVuKXuRjDJJbE3LVb83yuq7xTboLk
https://gateway.ipfs.io/ipfs/QmTgS3iuXZBesoDEDNjpb6MxDsiNrS3LvjphNB4Rqz6rat
Apakah ini berdampak pada masyrarakat? saya kira sangat berdampak, buruh tani tidak lagi mendapatkan dan mengandalkan masa panen sebagai sumber penghasilan, tidak ada lagi gotong royong antar sesama petani dan tidak ada lagi istilah breuh baro, komonitas hilang bersama deru mesin potong padi. Hasil panen hanya dinikmati oleh Pemilik lahan dan pemilik mesin potong padi. masyarakat miskin tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja. sebuah fenomena yang mengiriskan.
Apakah kita harus menolak teknologi?
Semua terserah kita, kita yang menentukan karena kitalah yang bisa dengan jelas melihat dampak nya.
Kesimpulan
Tulisan ini tidak bermkasud menolak teknologi, tetapi penggunaan teknologi harus didasarkan pada kearifan lokal kita, jika kita masih bisa menggunakan pola tradisi untuk membantu saudara-saudara kita salangkah sangat bijak, karena antara kita akan ada kebersamaan yang tercipta.
tulisan ini dan foto-foto ini saya posting juga untuk menyimpan sebuah gambar yang bernama senibai, karena saya yakin suatu saat anak-anak Aceh tidak akan mengenal lagi yang namanya SENIBAI. Save SENIBAI sebagai bagian dari Adat Kita orang Aceh.
Hanya ini yang dapat saya tulis sebagai bagian dari kontribusi saya sebagai mahasiswa dan masyrakat Aceh untuk melestarikan sebuah budaya
Dari saya Syifa/ @airasteem