Acehnologi Sebagai Ilmu. Bab 3: Perkara Dan Alasan Acehnologi.

in #indonesia6 years ago

Mengapa Acehnologi dijadikan Sebagai Suatu Disiplin Keilmuan? Nah, kal ini saya akan sedikit memaparkan tentang Perkara dan Alasan Acehnologi. Ketika Acehnologi hadir di tengah pembaca berbagai macam respon pun bermunculan. Anggapan seperti Acehnologi bukanlah sebuah ilmu seperti yang ada dalam ranah ilmu pengetahuan lainnya, terutama dalam bidang ilmu sosial dan humaniora. Ada yang mengatakan bahwa terlalu dini untuk menyebutkan istilah ilmu ke-Aceh-an,ada juga yang mengatakan bahwa Acehnologi tidak memiliki akar sejarah di balik itu semua ada pula timbul pernyataan bahwa Acehnologi diartikan sebagai : Aceh berarti Aceh, No berarti tidak, dan Logi berarti berilmu (Aceh –tidak -berilmu).

Bahkan tidak sedikit yang mengatakan bahwa Acehnologi hanyalah romantisme sejarah belaka, hal ini beralasan karena ketika pasca penjajahan, sistem pengetahuan orang Aceh diluar istana, karena konflik yang sangat panas yang terjadi pada saat itu mengharuskan orang Aceh dalam situasi ini. Dengan kata lain, rakyat menciptakan sistem pengetahuan sendiri. kenyataan sejarah intlektual Aceh seperti ini kemudian menyebabkan tradisi berilmu diAceh tidak untuk menopang sejarah Aceh. kemudian para peneliti mencoba mengkaji khazanah pada keilmuan tersebut sebagai kesadaran sejarah. Namun sayangnya hanya bertahan pada rekontruksi sejarah bukan melanjutkan sejarah, orang melakukan penelitian pada kuburan raja atau sultan Aceh, namun tidak punya sultan ketika hendak menyerahkan hasil penelitian mereka. Situasi inilah yang menyebababkan reproduksi intlektual tentang ke-Aceh-an sering disebut sebagai romantisme sejara

Semua respon terhadap konsep tersebut tidak di pandang sebagai respon yang negatif, melainkan sambutan terhadap konsep ini mendapat perhatian dari berbagai kalangan. Dan jika masi juga ada yang menganggap bahwa konsep Acehnologi ini tidak tepat, bapak Kamaruzzaman penulis buku Acehnologi sangat berusaha untuk menjawab di dalam studinya dalam buku beliau yang berjudul Acehnologi. image Perlu diketahui Acehnologi berisi studi ke-Aceh-an yang berisi akar-akar ilmu tentang Aceh dan acuan yang kuat untuk memahami identitas Aceh sebenarnya. Acehnologi bertujuan untuk mengkaji semua tradisi yang terjadi di Aceh, baik yang sudah memiliki pengaruh terhadap dunia Aceh ataupun sama sekali belum dikenal khalayak ramai, mengajarkan bagaimana seharusnya orang- orang Aceh melihat Aceh dan memberitahukan orang Aceh supaya tidak perlu menjadi orang lain seperti yang sudah banyak terjadi pada saat ini.

Studi ke-Aceh-an telah muncul dalam tradisi dan alam berpikir orang Aceh. ketika membaca buku Acehnologi ini seperti terbangun dari tidur panjang bahwa Aceh ternyata memiliki akar ilmu pengetahuan tersendiri yang telah lama dijadikan bahan penelitian oleh para sarjana karena Aceh merupakan salah satu kajian bidang ilmu sosial dan humaniora.

pola formasi keilmuan yang dimiliki Aceh berbeda dengan Ilmu- ilmu yang berkembang di negeri lain. hal ini dapat dilihat, misalnya dampak pemikiran Hamzah Fansuri yang hingga hari ini masih dikaji bahkan ditekuni oleh para sarjana, baik muslim dan tidak terkecuali Non muslim, ini menjelaskan bahwa didalam perkembangan keilmuan.

Acehnologi dapat ditetapakan sebagai cabang ilmu yang berasal dari pengetahuan orang tempatan yang merupakan persepsi mereka sebagai aspek-aspek ketuhananan dan kosmologi. Hal ini dapat menjawab anggapan yang muncul ketika ilmu ke-Aceh-an dianggap tidak memiliki akar sejarah dalam lintasan sejarah Aceh.

Acehnologi diwilayah filosofis,
Syeikh Hamzah Fansuri dikenal dengan kajian tasawufnya yang terkenal dengan aliran pemikiran Wahdatul Wujud. beliau dari Aceh. Sepenggal pemikiran Georg Wilhelm Fredrich Hegel, salah seorang filosof dari Jerman, tampak keduanya perwakilan dari Timur dan Barat.

Keserupaan antara pemikiran Hegel dengan hamzah Fansuri dengan tradisi intlektual pada zaman pencerahan Eropa yang agaknya masih sedikit yang mengkajinya. Seolah-olah kedua pemikir ini berdiri sendiri selain karena alasan jarak , juga latar belakang keduanya memang berbeda.

Nampak jelas dari sini bahwa pemikiran orang Aceh tidak kalah dengan pemikiran orang barat, dibuktikan dengan penggalian sufi yang dilakukan oleh Hamzah Fansuri jauh sebelum Immanuel kant dan Hegel melakukannya di Barat. Harus diketahui hamzah Fansuri dan Hegel sama-sama berbicara tentang spirit. Konsep sprit yang sitawarkan oleh hamzah fansuri adalah dapat dilihat dari cahaya, akal, dan qalam. Ini semua bersumber dari Allah (wahyu), Ilmu ini hidup sesuai dengan sebutannya sebagai spirit.

Pemaparan diatas agaknya dapat menjawab pertanyaan mengapa atau bagaimana sebenarnya Acehnologi harusnya ditetapkan sebagai suatu bidang keilmuan. Paling tidak dari uraian diatas dapat menjelaskan bahwa Aceh memiliki sejarah dan akar keilmuan yang kuat, seperti halnya di belahan bumi lainnya yang luas ini. Dibuktikan dengan proses penemuan paradigma keilmuan oleh Hamzah Fansuri yang bersifat sistematik, karnyanya masih banyak yang mengundang sejumlah misteri dan mampu mengguncang peradaban ilmu di Nusantara. Begitu juga para ulama- ulama dan ilmuan ilmuan Aceh lainnya dengan karya karya hebat mereka.

Sort:  

Sangat bagus tulisannya... Semoga sukses ya di steemit....
Oya.. Cara yang mudah untuk mendapatkan banyak apvote dengan cara mengapvote orang lain dan jangan lupa juga komentarnya... Itu sedikit saran dari saya...