Minggu lalu dalam perjalanan Banda Aceh Sigli. Saya berhenti dipersawahan dipinggir Keude Grong Grong. Ada pemandangan menarik dipetakan sawah dekat jalan raya itu. Pemandangan yang telah lama tidak terlihat lagi di sawah sawah di Aceh. Kami menyebutnya lumpok. Ada juga menyebut silumpok. Yaitu ikatan tangkai padi (nibai) yg disusun rapi, bulat dan tinggi. Pada pasca dipanen diangkut ke suatu tempat yang tinggi dan kering. Kemudian di susun satu nibai ke nibai yang lain. Sehingga menjadi bulatan raksasa. Nantinya dibongkar lagi dan di rontokkan.
Dimasa lalu dikampong kami, tumpuk tumpukan lumpok disawah adalah masa yang amat membahagiakan. Akan ada keriangan setelahnya. Saat lumpok dibongkar dan di rontokkan. Pekerjaan ini biasanya dikerjakan malam hari. Para pria dewasa akan membongkar lumpok. Dengan bertumpu dua tongkat ditangan menaiki tumbukan nibai nibai. Dengan kaki kaki kokoh sambung menyambung ke belakang merontokkan bulir bulir padi. Kaum hawa dewasa berada dibarisan belakang. Jerami dan bulir padi yang telah rontok tapi masih bercampur dipisahkan. Pekerjaan ini biasa di sebut teuminteueng. Ceumeulho biasaanya dimulai usai shalat isya bisa berlangsung sampai pagi. Pekerjaan ini jarang dilakukan siang sebab terik matahari. Semua pekerjaan ini dilakukan secara gotong royong. Pemilik lumpok hanya menyediakan makan minum. Tidak ada pembayaran upah atau bagi hasil.
Masa ini masa indah buat kami anak laki laki. Ngaji sering libur. Dimana ada ceumeulho kami akan datang. Main dalam jerami dan makan bulukat kuah tuhe. Ketika para orang tua berkeringat merontokkan padi. Kami akan main petak umpet atau kejar kejaran. Tidak akan jauh dari lampu yang menerangi. Kaum dewasa larut dalam berbagai canda sambil berpeluh diatas nibai. Kami anak anak berpeluh sambil pula pingkui (salto) di atas jerami.
Biasanya kami tidak pulang usai ceumeulho selesai. Tongkat tongkat ceumeulho kami rangkai menjadi rumah rumahan. Kemudian membantang tikar sebagai atapnya. Di atas atap kambali kami timpakan jerami. Baru tidur di dalamnya. Kalau kebetulan sedang libur sekolah maka kami akan bangun saat para kaum wanita kembali ke sawah paginya. Mereka keumeurui. Memisahkan padi berisi dengan padi yang kosong.
Kini kisah kebahagian musim panen telah berubah. Peradaban memang terus bergerak. Kmajuan demi kemajuan mempermudah pekerjaan manusia. Bila dulu turun kesawah adalah pekerjaan gotong royong. Kini menjadi padat modal. Bila dulu yang menjadi buruh tani adalah kaum miskin. Maka kini pemilik modal menjadi buruh di sawah orang miskin. Semua serba mesin. Semua dimudahkan. Bedanya kini semua pekerjaan itu menjadi ladang bisnis kaum bermodal. Sewa peralatan mulai mesin bajak sampai mesin panen milik sikaya yang mengambil upah pada petani miskin. Peradaban mengubah banyak hal. Hal hal yang dulu berbalik arah dimasa kini. Pertanian bukan lagi padat karya. Tapi padat modal. Hitungannya juga menjadi hitungan dagang.
Paleng bahagia saat ceumeulho malam bersama sama yang tidak lupa ditemani oleh kopi serta ketan dan pisang goreng, dengan penerangan lampu strongkeng... Hahajaha
Ikah awak kota pane meuteume rasa hahahahah
Ooo bek piyoh abu... That mangat jak ceumeulho
Congratulations @abulaot! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of comments received
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
To support your work, I also upvoted your post!
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Nyokaleh panen ka teuntee bahagia, bek tuweu neulangkah bak lon, slm syedara