Dilema Om Rossi

in INDONESIA3 years ago

Assalammualaikum...

Salam mantrap untuk kita semua....

Berangkat dari meriahnya suasana warung kopi kemarin malam saya ingin mengoceh lagi disini. Aturan PPKM hanyalah sebuah aturan saja, masyarakat patuh terhadap aturan itu lantaran malas berurusan dengan aparat saja, bukan takut dengan corona, takut mungkin tapi tidak ketakutan lagi.

Jadi kemarin malam diselenggarakan live streaming Motogp seri Silverstone Inggris, seperti biasa warung kopi dipenuhi pengunjung dan diantara para pengunjung banyak yang menyukai ajang kebut-kebutan motor paling mahal tersebut.

Seperti biasa, saat seri diluar Asia race dilakukan saat Sholat magrib waktu Aceh.

image.png
Source

Terlihat beberapa pengunjung warkop beranjak menunaikan sholat dan ada juga yang tetap di tempat duduknya sembari menunggu siaran langsung motogp. Saat race dimulai mata pun tertuju pada televisi di atas tiang warkop, volume mulai perlahan di besarkan.

Seperti biasa race berlangsung ngeri-ngeri sedap, dari awal start sampai finish. Tapi bukan itu pokok pembahasan kita, pembahasan kita kali ini tersorot pada legenda motogp yang sudah lambat terseok-seok yaitu Valentino Rossi.

Setiap masa ada orangnya, dan setiap orang ada masanya

Kita semua tau Rossi adalah pembalap hebat "dulunya" tidak ada bisa membantah jika melihat titel juara dunia yang telah menjadi koleksinya. Sekarang Rossi tidak lebih dari om-om kebanyakan yang sudah delay antara mata, otak, dan reflek tubuh. Alhasil Rossi sekarang hanyalah menjadi SPG rokok, lelaki penghibur gar ajang motogp tetap ramai, kasian lihatnya

Memang benar fans Rossi banyak, atau masih banyak, tapi tidaklah seerti fans sebuah klub sepak bola yang fanatik, brutal, dan terorganisir, bahkan fans Rosii kalah jauh dari fans Bulu tangkis Indonesia, hoopppp... Eaaaa,.. hoppppp.... Eaaaaa.... Indonesia!!! Deng deng... Dedeng.. deng.... (kalian pasti paham iramanya). Belum lagi kita bandingkan dengan fans klub liga Indonesia, bunuh-bunuhan pun jadi....

fans motogp kebanyakan medukung siapa yang menang, tidak ada yang fanatik, siapa yang menang itulah yang didukung orang. Bahkan tidak sedikit penonton cuma ingin melihat pas kecelakaannya saja, seruu genk!!

image.png
Source

Tapi media menggoreng seperti tahu bulat digoreng dadakan. Seakan-akan Motogp hanyalah Rossi, jika melihat media ada saja berita tentang Rossi, padahal Rossi juara pun tidak, jangankan juara naik podium saja tidak, finish urutan ke delaan belas pun jadi berita.

Ada anggapan Rossi yang membuat seru motogp, ini pernyataan konyol, pasti ini orang baru suka motogp. Jika anda sudah lama menyukai motogp, tentu anda sadar betul betapa membosankannya motogp saat Rossi-Rossi aja yang menang, karena pabrikan motor Honda sangat superior kala itu. Saat Max Biaggi masih aktif pun bukan seru di lintasan tapi diluar lintasan, karena Honda sangat superior kala itu, pabrikan lain tidak siap. Saat Rossi pindah ke Yamaha pebalap seperti Max Biaggi sudah tua, Sete Gebernau hanyalah raider yang mengendarai motor tim satelit yang notabenenya kualitas motor dibawah dari motor tim pabrikan. Baru ketika muncul raider muda berbakat seperti Lorenzo, Stoner, Pedrosa Rossi baru diuji, buktinya Rossi tidak lagi selalu menang.

Orang lama pasti paham

Bahkan di era mak markes (Marc Marquez) penikmat motogp lebih suka menonton gaya balap mak markes yang kreak itu, seruduk sana sruduk sini, senggol sana senggol sini, tabrak sana tabrak sini dan tebuntang sana tebuntang sini itu lebih disukai penonton. Mang kop batat mak markes!

Sekarang banyak sekali pebalap muda berbakat yang patut diberitakan oleh media, jika anda perhatikan kamera selalu menyempatkan diri menyorot Rossi padahal Rossi posisi 15 atau posisi buntut. Ada juga beberapa waktu siaran live kehilangan momen pertarungan posisi depan lantaran kamera menyorot Rossi yang sedang "sepeda santai" di posisi 18.

Buruj ck

Kopi enak 22 sept 2021