Memahami Makna Perdamaian, Keadilan, dan Balas Dendam Dalam Anime Naruto

img_20220429_202150_124_1_.jpg

Selamat pagi, teman-teman.
Semoga hal-hal baik dan rahmat Tuhan menyertai kita semua. Aamiin

Segala sesuatu yang kita lihat, kita dengar, dan kita rasakan sejatinya takkan lepas dari pelajaran-pelajaran yang kadang tidak dipelajari di bangku sekolah. Ada begitu banyak cara seseorang dalam menyampaikan atau menyuarakan buah pikirannya. Seniman lukis lewat lukisannya, para sastrawan lewat syair atau puisinya, dan tak sedikit yang mengekpresikan pandangan hidupnya melalui film, sekali pun film tersebut hanya sekedar film cartoon.

Seperti film yang tidak hanya disenangi oleh anak-anak, tapi remaja, muda, sampai tua sama-sama suka meontonnya, film Cartoon yang terkenal dengan anime Naruto. Saya pastikan para teman di komunitas ini pasti banyak yang suka mengikuti ceritanya dan mungkin punya tokoh idola masing-masng. Iya, kan? hehehe

Lantas pelajaran apa yang bisa kita dapat dan renungkan kembali dari film anime yang satu ini? Mari simak dan kita renungkan kembali. Dialog di bawah ini adalah episode yang paling memberi makna tersendiri bagi saya pribadi.

Naruto terdiam, cukup lama matanya meredup, seolah ia juga ingin memiliki memori kehancuran tersebut. Pain melanjutkan bicaranya, tanpa memberi kesempatan Naruto berpikir, kali ini nadanya telah kembali datar, dan dingin,

“Aku dan kamu mencari hal yang sama. Kita sama-sama mencoba untuk menciptakan perdamaian, suatu yang sangat menjadi keinginan Guru Jiraiya. Kita tak berbeda sama sekali. Kita bertindak menurut keyakinan kita sendiri akan keadilan. Keadilan yang aku kirimkan untuk Konoha tidak ada bedanya dengan yang kamu coba lakukan padaku. Luka akan kehilangan sesuatu yang kamu sayangi juga aku alami,” sepasang mata Naruto makin redup, tapi Pain masih bersuara,

“Dan kita berdua mengenal dengan baik apa itu luka. Kamu memiliki keadilanmu, dan aku memiliki keadilanku. Aku dan kamu hanya orang biasa, dipaksa melakukan balas dendam atas nama keadilan.”

Tatapan Pain menajam, “Bagaimanapun, jika ada keadilan dalam balas dendam, lalu keadilan hanya akan meminta balas dendam yang lebih-lebih lagi,” Pain meninggikan suaranya, “Seketika sebuah Lingkaran Kebencian dimulai.”

Naruto tak mampu mengeluarkan kata-kata sedikitpun...

“Kita hidup di tengah fenomena seperti itu saat ini. Kita tahu apa yang terjadi di masa lalu, kita mampu menebak apa yang terjadi di masa depan. Sejarah seperti itulah yang kita tahu,” nada bicara Pain tak kunjung kembali datar.

“Kita tak akan pernah bisa mengubahnya, kita hanya bisa meyakininya, bahwa manusia tidak akan pernah mampu memahami satu sama lain,” bayangan perang dan segala reruntuhan muncul lagi, Pain terus memandang Naruto, “Dunia ninja selalu dikuasai oleh kebencian.”

Pain menutup percakapannya dengan Naruto dengan mengajukan satu pertanyaan, “Bagaimana mungkin kau menghadapi kebencian ini, dalam rangka untuk menciptakan perdamaian? Aku ingin dengar jawabanmu.”

Mereka berdua diam sejenak. Pain menunggu Naruto menjawab, dan Naruto sambil memejamkan seolah menunggu dirinya sendiri menjawab. Akhirnya suara keluar dari mulut Naruto, “Aku tidak punya jawaban pertanyaanmu.” Angin yang membawa debu kembali bergerak.

Apakah kita punya jawaban?......

Sumber gambar: Hasil edit sendiri di aplikasi