Ini foto seniman Aceh pada awal 1990-an. Kemarin foto ini diposting oleh kanda penyair Sulaima Juned, lalu saya repost agar tersimpan juga di sini sebagai arsip. Siapa berguna pada suatu saat, terutama bagi teman-teman yang ada di foto ini. Siapa saja mereka? Bagi yang bisa mengenali bisa tulis di komentar.
Saya tidak hafal persis ini acara apa. Yang saya ingat ini di galeri Taman Budaya Aceh di Jalan Teuku Umar, Banda Aceh. Nah, di situlah kami berproses kala itu. Ada yang menjadi pegiat teater, penari, pemusik, penulis, dan sebagainya.
Saya sendiri, selain menulis, aktif berteater di Teater Bola pimpinan Junaidi Yacob dan Pungi Arianto Toweran. Kami berpentas tidak hanya di Taman Budaya, tapi hingga ke luar Banda Aceh. Meskipun saat itu sedang dilanda konflik, kami misalnya sempat pentas di Takengon, Aceh Tengah, sekitar 8-9 jam perjalanan dari Banda Aceh.
Tak tanya drama, tapi juga pertunjukan puisi. Yang membaca puisi adalah penyair Fikar W. Eda. Sementara kami jadi semacam pemain latar, yang melafalkan beberapa larik dari puisi itu. Saya ingat puisinya yang kami pentaskan kala itu berjudul Homo Homini Lupus karya Hamid Jabbar. Puisi itu cukup pajang dan tipe puisi panggung -- dibacakan atau dipentaskan.
Homo Homini Lupus
Hamid Jabbar
pantai panas pantai panas
pantai panas meludahkan buih pasirnya
seekor hiu
seekor samudra
seekor matahari
seekor badai
seekor camar
seekor kepak
seekor chacha
seekor mustafa
ter
kam
mener
kam
mangsa
sesama
mangsa
plak plak plak plak
lagu gemertak gerahamnya
plak plak plak plak
lagu menghentak iramanya
plak plak plak plak
lagu mengepak sayapnya
plak plak plak plak
lagu menyibak terbangnya
plak plak plak plak
lagu merambah badainya
plak plak plak plak
lagu mencurah cahayanya
plak plak plak plak
lagu membuncah gelombangnya
plak plak plak plak
lagu gelisah laparnya
pantai panas pantai panas
pantai panas meremas lengannya
plak plak plak plak
mustafa tak sempat berlagu lepas
plak plak plak plak
mustafa tak sempat berlagu damai
plak plak plak plak
mustafa tak sempat berlagu cerah
plak plak plak plak
mustafa tak sempat berlagu deru
plak plak plak plak
mustafa tak sempat berlagu merdu
plak plak plak plak
mustafa tak sempat berlagu rindu
pantai panas pantai panas
pantai panas meremas lengannya
tak ada sampan melabuhkan ikan
pantai panas pantai panas
pantai panas meremas lengannya
tak ada nelayan melabuhkan sampan
plak plak plak plak
mustafa menelan sepi
plak plak plak plak
mustafa masuk bui
plak plak plak plak
mustafa dalam hiu
plak plak plak plak
mustafa tak berdetak
pantai panas pantai panas
pantai panas meludah meremas segalanya
seekor hiu
seekor samudra
seekor matari
seekor badai
seekor camar
seekor kepak
ter
kam
mener
kam
lagu
melagu
bukan chacha
bukan chacha
mencari
mangsa
dan
tak
pe
du
li
seekor mustafa
seekor mangsa
Jakarta-Bandung, 1973
Buka puasa seniman Aceh pada 11 Februari 1995. Fotonya dimuat di Harian Serambi Indonesia, 26 Februari 1995.
Sejak 1996, saya dan beberapa kawan hijrah ke Jakarta. Kala itu, saya diundang Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) untuk mengikuti Mimbar Penyair Abad 21 (MPA 21). Di sanalah ketemu banyak kawan yang tadinya hanya membaca karyanya di media. Kami membaca puisi dalam forum itu.
Sejak itu saya fix merantau dan memutuskan berproses di Jakarta. Kemudian beberapa kawan, seniman lain, juga berpencaran ke berbagai kota. Bang Soel (sapaan kami kepada penyair Sulaiman Juned) hijrah ke Padangpanjang dan berproses di sana hingga bergelar doktor teater. Kini ia mengajar di ISI Padangpanjang dan mengasuh Komunitas Kuflet, yang bergerak di bidang sastra, teater, dan seni tradisi.
Tapi sebagian lain tetap di Aceh. Kami hanya bertemu sesekali, adakalanya di Aceh, dan kadang di Jakarta serta kota-kota lain dalam acara seni. Secara virtual kami juga tetap terhubung karena ada grup WA Seniman Aceh.
Latihan alam dan kemah seni di Pantai Ujungblang, Lhokseumawe bersama Sanggar X-Map Politeknik Unsyiah, Lhokseumawe. Selain berlatih teater, kami juga membaca puisi.
Melihat foto itu rasanya seperti baru kemarin kami teriak-teriak olah vokal -- a.i.u.e.o -- di teater terbuka Taman Budaya atau latihan alam di pantai #uleelheu atau #lhoknga, #ujongblang #lhokseumawe, dan sebagainya.
Dan saya menemukan kini rambut saya sudah hampir memutih semua.
MI 04042022
#senimanaceh #aceh #artist #art #penyair #penyairaceh #tamanbudayaaceh #fotoseniman #fotojadul #mustafaismail
Waktu berlalu begitu cepat, sepertinya mimbar penyair abad 21 baru kemarin, juga ngopi-ngopi di taman Ismail Marzuki yang dilanjutkan di emperan depan dekat pintu gerbang tim sampai pagi :) lalu menunggu kereta di stasiun Gondangdia atau Cikini. Semoga selalu sehat dan kreatif bang Mus.