The Peak of the 0 Kilometer Monument in Sabang is a special place that marks the westernmost point of Indonesia, precisely at the tip of Weh Island, Sabang, Aceh. Known as the "Zero Kilometer of Indonesia," this monument is a very iconic landmark, attracting many tourists from all over the archipelago and even from abroad. Not only as a geographical symbol, the Zero Kilometer Monument is also a symbol of national unity, depicting how vast the territory of Indonesia is from Sabang to Merauke.
I have been to the 0 Kilometer Monument in Sabang many times, including when celebrating the 1991 alumni reunion of STM Negeri Bireuen. This is an engineering school that is famous for its male students and is usually associated with being naughty.
We agreed to explore various tourist destinations in Sabang, one of which is the 0 Kilometer Monument.
Upon arriving at the peak of the Zero Kilometer Monument, we were greeted by an extraordinarily beautiful view. The vast blue sea and the surrounding dense forest provide a calm and profound visual experience. Especially at sunset, the sky glows purple with beautiful orange and pink hues, making the atmosphere even more magical and romantic.
The Zero Kilometer Monument building has an interesting architectural design. The main structure of this monument is about 22.5 meters high, decorated with typical Acehnese elements such as the rencong, a traditional weapon of the Acehnese people.
Reaching the Zero Kilometer Monument is an adventure in itself. From the center of Sabang city, visitors must travel about 30 kilometers with challenging but amazing terrain. The winding roads with green trees on the right and left provide a beautiful and refreshing travel experience. Not infrequently, visitors meet wild animals such as monkeys that often roam around the road.
It doesn't feel complete if you visit without taking a photo at this monument. Here, tourists can get an official certificate as a sign that they have set foot on the westernmost point of Indonesia. This is a special attraction, especially for those who collect memories from various zero points in the archipelago.
In addition to taking pictures and enjoying the scenery, visitors can also enjoy typical Acehnese cuisine around the Sabang area. Culinary such as Aceh noodles, Gayo coffee, and fresh seafood are widely offered in the surrounding stalls. The friendly and warm culture of the local people further complements the trip.
The Peak of the 0 Kilometer Monument in Sabang is not just an ordinary tourist destination. This place holds many historical and cultural meanings, strengthens the sense of nationalism and emphasizes Indonesia's identity as a vast archipelagic country. Visiting here will give a different experience, a source of pride for anyone who wants to witness the westernmost point of their beloved homeland.[]
Reuni di Puncak Tugu 0 Kilometer Sabang: Simbol Batas Terluar Indonesia yang Menawan
Puncak Tugu 0 Kilometer Sabang adalah tempat istimewa yang menandai titik paling barat Indonesia, tepatnya di ujung Pulau Weh, Sabang, Aceh. Dikenal sebagai “Nol Kilometer Indonesia,” tugu ini menjadi landmark yang sangat ikonik, menarik banyak wisatawan dari seluruh Nusantara dan bahkan dari luar negeri. Tidak hanya sebagai simbol geografis, Tugu Nol Kilometer juga menjadi simbol kesatuan bangsa, menggambarkan betapa luasnya wilayah Indonesia dari Sabang hingga Merauke.
Saya sudah sering ke Tugu 0 Kilometer Sabang, termasuk ketika merayakan reuni alumni 1991 STM Negeri Bireuen. Ini adalah sekolah teknik yang terkenal dengan dominasi pelajar cowok dan biasanya diasosiakan bandel.
Kami sepakai mengeksporasi berbagai destinasi wisata di Sabang, salah satunya Tugu 0 Kilometer.
Setiba di puncak Tugu Nol Kilometer, kami disambut oleh pemandangan yang luar biasa indah. Laut biru yang luas dan hutan lebat di sekitarnya menyuguhkan pengalaman visual yang tenang dan mendalam. Terutama saat matahari terbenam, langit bercahaya lembayung dengan semburat oranye dan merah muda yang indah, membuat suasana semakin magis dan romantis.
Bangunan Tugu Nol Kilometer memiliki desain arsitektur yang menarik. Struktur utama tugu ini memiliki tinggi sekitar 22,5 meter, dihiasi dengan elemen-elemen khas Aceh seperti rencong senjata tradisional masyarakat Aceh.
Mencapai Tugu Nol Kilometer adalah sebuah petualangan tersendiri. Dari pusat kota Sabang, pengunjung harus menempuh perjalanan sekitar 30 kilometer dengan medan yang menantang namun menakjubkan. Jalanan berkelok-kelok dengan pepohonan hijau di kanan-kiri memberikan pengalaman perjalanan yang asri dan menyegarkan. Tak jarang, para pengunjung bertemu dengan satwa liar seperti monyet yang kerap berkeliaran di sekitar jalan.
Tidak lengkap rasanya jika berkunjung tanpa berfoto di tugu ini. Di sini, wisatawan bisa mendapatkan sertifikat resmi sebagai tanda bahwa mereka pernah menginjakkan kaki di titik paling barat Indonesia. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri, apalagi bagi mereka yang mengumpulkan kenangan dari berbagai titik nol di nusantara.
Selain berfoto dan menikmati pemandangan, pengunjung juga dapat menikmati kuliner khas Aceh di sekitar area Sabang. Kuliner seperti mie Aceh, kopi Gayo, dan makanan laut segar banyak ditawarkan di warung-warung sekitar. Budaya masyarakat setempat yang ramah dan hangat semakin melengkapi perjalanan.
Puncak Tugu 0 Kilometer Sabang bukan sekadar destinasi wisata biasa. Tempat ini menyimpan banyak makna sejarah dan budaya, memperkuat rasa nasionalisme serta menegaskan identitas Indonesia sebagai negara kepulauan yang luas. Berkunjung ke sini akan memberi pengalaman yang berbeda, sebuah kebanggaan tersendiri bagi siapa pun yang ingin menyaksikan titik ujung barat dari tanah air tercinta.[]