Pakaian batik yang saya lihat di sebuah mal di Medan, Sumatera Utara. Batik memang bisa dijumpai di mana saja, mulai dari mal bintang lima sampai di pasar kaki lima.
October 2 is designated as Batik Day. But actually every day is a batik day because there is no day that can be separated from batik, from beds to offices, from nightgowns to work clothes. Batik motifs are also everywhere, not only clothes, but until airplanes.
Such is the worldwide batik, especially after the United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) in 2009 set batik as a world heritage. With this stipulation, it is the duty of every Indonesian citizen to take care of the preservation of batik as a valuable cultural heritage. My posts about past batik, this time, and the future, are part of the spirit of maintaining and loving the preservation of indigenous Indonesian culture (this is a snippet of sentences in the previous post).
On Batik Day, October 2, 2018, by chance, I got a gift of batik clothes from the Faculty of Economics and Business (FEB) the University of Malikussaleh, where I teach. That is the official dress given to all teaching staff. Batik gifts on Batik Day. I immediately tried it and the color with the University Malikussaleh logo looked elegant with the dominance of green and yellow.
Batik berlogo Universitas Malikussaleh, Aceh.
Every time I remember batik, the writer @ kurnia-effendi is always present in my mind. @ kurnia-effendi which is familiarly called Mas Keff, is very consistent in preserving batik in its way. Not only did he always make batik everywhere, but he also wrote about batik, learned batik, met and became familiar with batik craftsmen, to have a car with batik motifs.
Batik has become the property of the world. Some world leaders often wear batik in every formal event, such as former South African President Nelson Mandela, former US Presidents Bill Clinton and Barack Obama, as well as a number of other country leaders. In government and private offices, there is one day for employees to wear batik.
Like other products, batik is also not free from imitation and mass produced by the textile industry. So that some exclusive motives and collections are copied in bulk. When a famous fashion house issued a motive, two weeks later it had circulated copies in Pasar Tanah Abang, Jakarta, at a low price.
In the midst of the advancement of the textile industry, batik is still hunted because it is considered full of high art images, especially if the motives are unique and have a high level of difficulty. Many world leaders, also love batik. The price of the two types of batik is of course different. however, the original and exclusive remain more expensive and more valuable. Not infrequently, traders mention written batik to raise prices, even though what they sell is printed batik. So you have to see it with observance.
With batik, we do find everything: fashion, motif, color, art, culture, high taste, to the history of the nation's journey.[]
Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Indonesia, Juha Salin, juga mengenakan batik ketika berkunjung ke Lhokseumawe, Aceh, beberapa waktu lalu.
Acara rapat kerja tentang pemilih dalam pemilu 2019 di Yogyakarta, Indonesia, pada Februari 2018. Batik menjadi pakaian resmi.
Hari Batik Setiap Hari
2 Oktober ditetapkan sebagai Hari Batik. Tapi sesungguhnya setiap hari adalh hari batik karena tidak ada hari yang bisa dipisahkah dari batik, mulai dari tempat tidur sampai kantor, mulai dari baju tidur sampai baju kerja. Motif batik juga ada di mana-mana, tidak hanya pakaian, tetapi sampai pesawat terbang.
Begitulah batik yang mendunia, apalagi setelah United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) pada 2009 lalu menetapkan batik sebagai warisan dunia. Dengan penetapan tersebut, sudah menjadi kewajiban setiap warga negara Indonesia untuk merawat kelestarian batik sebagai warisan budaya yang sangat berharga. Postingan saya tentang batik terdahulu, kali ini, dan yang akan datang, merupakan bagian dari semangat menjaga dan mencintai kelestarian budaya asli Indonesia (ini potongan kalimat dalam postingan sebelumnya).
Di Hari Batik, 2 Oktober 2018, secara kebetulan saya mendapatkan hadiah baju batik dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Malikussaleh, tempat saya mengajar. Itu merupakan pakaian resmi yang diberikan kepada semua tenaga pengajar. Hadiah batik di Hari Batik. Saya langsung mencobanya dan warnanya yang berlogo Universitas Malikussaleh terlihat elegan dengan dominasi warna hijau dan kuning.
Setiap menyebut batik, maka sastrawan @kurnia-effendi selalu hadir dalam pikiran saya. @kurnia-effendi yang akrab disapa Mas Keff, sangat konsisten dalam menjaga kelestarian batik dengan caranya. Bukan saja ia selalu berbatik ke mana saja, tetapi ia juga menulis tentang batik, belajar membatik, menjumpai dan akrab dengan pengrajin batik, sampai punya mobil dengan motif batik.
Batik sudah menjadi milik dunia. Beberapa pemimpin dunia sering mengenakan batik dalam setiap acara formal, seperti mantan Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela, mantan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton dan Barack Obama, serta sejumlah pemimpin negara lainnya. Di perkantoran milik pemerintah dan swasta, dalam sepekan ada satu hari para karyawan wajib mengenakan batik.
Sebagaimana produk lainnya, batik juga tidak lepas dari peniruan dan diproduksi secara massa dengan industri tekstil. Sehingga beberapa motif dan koleksi yang eksklusif, ditiru secara massal. Ketika sebuah rumah mode terkenal mengeluarkan sebuah motif, dua minggu kemudian sudah beredar tiruannya di Pasar Tanah Abang, Jakarta, dengan harga murah.
Di tengah kemajuan industri tekstil, batik tulis tetap diburu karena dianggap penuh dengan citra seni tinggi, apalagi bila motifnya unik serta memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Banyak tokoh dunia, juga menyukai batik tulis. Harga kedua jenis batik itu tentu saja berbeda. bagaimana pun juga, yang asli dan eksklusif tetap lebih mahal dan lebih bernilai. Tidak jarang, pedagang menyebutkan batik tulis untuk menaikkan harga, padahal yang dijualnya batik cetak. Makanya harus melihatnya dengan jeli.
Dengan batik kita memang menemukan segalanya: fashion, motif, warna, seni, budaya, cita rasa tinggi, sampai sejarah perjalanan bangsa.[]
Sastrawan @kurnia-effendi selalu menggunakan sarung batik ke mana pun pergi.
@mariska-lubis dengan rok motif batik ketika menghadiri acara Komunitas Steemit Indonesia di Banda Aceh, media 2018 lalu.
Sederhana namun perlu
Saya suka motif batik yang unik, khas, dan sederhana @bangrully.
Saya kok jadi pangling sama batik hijau yang Bang @ayijufridar pakek, ya? 😀
Itu pakai logo Unimal @samymubarraq. Batik khusus dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Saya tidak tahu, di fakultas lain motifnya sama atau berbeda.
Hehe.. Iyaa, Bang @ayijufridar.. Motif batiknya hijau.. Pas dengan konsep Unimal yang belakangan katanya mengusung tema "Campus Go Green" ...
Dulu daerah saya tinggal, batik dipakai biasanya pas hari-hari besar, atau semacam ada pertemuan penting keluarga. Informasinya krakk sekali mengenai sejarah batik, anda memang banyak tau segala hal, you best broe !
Batik memang cocok untuk pakaian resmi di Indonesia karena suhu yang panas. Daripada pakai jas, saya rasa lebih cocok batik. Jadi, pendingin ruangan tidak terlalu "full" dan bisa menghemat energi.
Tapi jujur, selama saya bersteemit, baru kali ini saya melihat @ayyijuffridar mengenakan baju batik, biasanya kan Ayyi lebih sering tampil dengan setelan kaos pas semi. Dalam foto diatas @ayyijuffridar terlihat bijak kayak pejabat, rapi dan elegan 👍
Tergantung kebutuhan @midiagam. Kalau di acara formal, ya menyesuaikan. Tidak mungkin berkaos oblong meski itu pakaian kebesaran saya. Sukanya memang t-shirt dan jins. Hehehehe.....
Hello @ayijufridar, thank you for sharing this creative work! We just stopped by to say that you've been upvoted by the @creativecrypto magazine. The Creative Crypto is all about art on the blockchain and learning from creatives like you. Looking forward to crossing paths again soon. Steem on!
Thanks a lot for your support @creativecrypto....