Sebelum membaca PART 3 sebaiknya baca part 1 dan part 2 dulu. Biar nyambung
PART 1
https://steemit.com/gunung/@evizamk/gunung-burnitelong-pendakian-ke-2-orin-orianna-984b5b752e4d2
PART 2
PART 3 Orin and Summit Attack
Sedikit gerimis saat pendakian, namun cahaya sunset sore itu adalah sambutan luar biasa di batas vegetasi. Sembari menunggu senja mengantar maghrib. Menyalakan kompor gas mini menanak nasi, saya sudah buatkan bekal sambel teri medan campur kacang tanah, jadi tak terlalu repot menjerang lauk pauk. Rencana hanya akan merebus brokoli dan membakar pizza gagal terlaksana. Brokoli ketinggalan dan adonan pizza yang sudah saya siapkan tidak sempat di eksekusi. Padahal saos cabe, daging asap dan sosis sudah saya packing. Badan mensuggest kami agar lekas beristirahat, karena lelah pendakian mungkin.
Satu buah tenda dom, tentu saja hanya diperuntukan untuk saya dan Orin. Sementara para lelaki harus beristirahat dibawah shelter dari bivak. Dan matras adalah alas paling ampuh menghalau dingin dari tanah. Karena matras cuma ada dua, satu untuk kami dan satu lagi untuk dishelter.
Didalam tenda diatas matras saya bentangkan sleeping bad (SB), SB sendiri hanya ada 2, satunya untuk suami. Orin saya safetykan dengan melapis beberapa baju dan jacket, celana dua lapis dan kaus kaki juga dua lapis. Saya pakaikan jilbab, pakaikan lagi cupluknya. nah.. Sarung tangan orin gk punya, jadi saya pakaikan kaus kaki untuk sarung tangannya 😄 😄😅 sengaja bawa kaus kaki beberapa pasang.
Karena dinginnya batas vegetasi bisa mencapai 5°c
Demikian orin begitu pula saya, menghangatkan diri dengan melapis-lapis pakaian. Kami akan mengabiskan malam yang panjang saya fikir. Benar! Beberapa kali orin terjaga, dan saya harus memeluknya, diluar tenda juga masih terdengar suara para lelaki masih bercakap-cakap.. Sampai akhirnya kira-kira pukul 2 dini hari orin minta makan roti.
Saya serahkan orin ke abinya untuk menyantap roti, sementara saya melanjutkan tidur. Setelah dirasa kenyang, dan orinpun tak sanggup berlama-lama diluar tenda, ia kembali tidur dan malah lebih lelap, sehingga saat waktunya kami mendaki kepuncak tiba, pada pukul 4 lewat menjelang shubuh Orin susssah sekali dibangunkan. Walau akhirnya dia terjaga dan berjalan dalam keadaan setengah tidur. 😶😅
"Yok orin, semangat. Puncak menunggu kita!" begitu support dari kami.
Kami hanya membawa perlengkapan pribadi dan air minum. Karena setelah muncak kami langsung turun.
Orin pelan-pelan beranjak, ia berjalan kaki karena rute awal masih landai. Melewati jalan becek dan semak-semak. Hingga perlahan rute mulai mendaki.
Shubuh perjuangan!
Berjalan di tengah kantuk yang teramat sangat membuat orin malas melangkah, nyaris tidak mengeluarkan tenaganya. Dengan posisi bergantian saya dan abinya memapahnya, perjalanan kami menjadi sangat lambat. Bukan hanya mejaga agar langkahnya tidak terpeleset kami juga demikian. Jalur pasir dan batu lepas membuat kami harus pandai-pandai memilih jalur.
Sampai pada suatu ketika, abi orin mencoba mempercepat langkah dengan menggendong Orin. Tidak lama. Jalur terlalu curam. Menggendong orin yang beratnya 20kg an ternyata solusi bunuh diri, cedera kaki abi orin kumat.
Orin nampak masih lowbatt. Bergantian, saya yang menggendongnya. Belum sampai 10 langkah, saya sudah KO. 😨😨
Banyak rehatnya, sebentar bentar duduk. Ada sajian suasana pagi dengan gemerlap lampu dibawah sana. Melalalaikan mata...
But...
"ayo ayo... Gak boleh lama, kita harus segera bergerak lagi. Terlalu lama payah panasin mesin lagi nanti, sedikit lagi gua.. Tuh liat diatas, itu gua" kataku.
Mendongak keatas, rasanya tidak lama lagi kami akan sampai. Tapi lo kok lama benerr yak.. 😄😄😂
Shubuh berlalu, hari mulai terang. Seperti hari yang mulai terang itu, orin juga mulai keluar aura mendakinya. Alhamdulillah... Orin is back... 😅
"Dikit lagi mii kan... Ayok bii.. Itu guanya mii kan"
Mulai kelihatan jenis-jenis tumbuhan di savana yang terbentang luas, bunga edelweis sangatlah mudah menjumpainya, sepanjang jalur ia tumbuh, akan terinjak jika tidak berhati-hati melangkah.
Mencapai gua. Sambutan serakan sampah bikin badmood, namun suguhan ketika melihat kebawah badmood perlahan jadi goodmood 😁
Sudah terang benderang.
"Ayok.. Dikit lagi, sekitar 20 menitan lagi kita sampai puncak" kata mas poter.
Dari gua, kami mesti manjat, betul-betul manjat.. Dibantu tali untuk pegangan yang sudah jadi angkor tetap disitu.
"Orin, ami duluan ya.. Ami mau video in orin pas sampe puncak nanti" kataku, detik-detik sampai ke puncak
"Orin lah duluan mii" wuih.. Serius capek negejar orin, suggest muncaknya besar euy.
Tapi akhirnya dibolehin juga, terengah-engah saya agar momentnya tidak terlewatkan.
"UCAP SYUKUR ORIN, ORIN SUDAH SAMPAI PUNCAKK NAKK" kataku sambil mengambil videonya
"Alhamdulillah.. Allahu Akbar" ucapnya bersyukur
Beberapa teman pendaki dari lhokseumawe sudah muncak sejak dini hari tadi, mereka menginap di gua.
Melepas lelah, menikmati pemandangan yang SUBHANALLAH. Maha besar bentangan alam yang ALLAH SWT Sudah ciptakan. Berzikir didalam hati.
Hal yg tidak boleh terlewatkan setelah itu adalah mengabadikan moment. ☺
Dari arah kami naik, view savana dan hutan dibawah sana, kelihatan jauhh sampai arah menuju bireuen. Sebelah kanannya gunung gerdong dengan hutannya yang masih rapat. Sebelah kiri nampak kabupaten Aceh Tengah dengan danau laut tawarnya yang bersembunyi dibalik punggungan pegunungan. Dibelakang hamparan pohon pinus dan daerah kabupaten bener meriah. SEMPURNA
Orin melepaskan jacketnya, nyantai diatas matras. Abi menyiapkan air hangat untuk kopi dan sereal pagi. Mas danang masih menikmati view seputaran puncak dan mas poter yang belakangan baru tau namanya Rudi, sibuk mengabarkan kepada teman-teman di pos penjagaan di bawah sana melalui HT bahwa kami aman sudah mencapai summit.
Orin itu soulmate an sepertinya dengan Gunung Burnitelong. Alam memanggilnya. Orin minta bongkar di puncak 😄
"Mi.. Sakit perut" hehe.. Kami bergegas nyari tempat BAB. Nemu tempat BABnya, ya... Tapi ada bekas orang boker disitu, yg bokernya gk tanggung jawab! Etikanya kalau mau boker dialam, dikeruk lubang, setelah itu tutupi lagi. Ckckckck... 😵
"Nak, mitosnya kalau minta bongkar digunung Orin pasti kembali lagi kemari" begitu kataku.. Orinnya ya ya aja.... 😂
Lepas puas dipuncak, kami bersiap turun, sedikit membersihkan sampah di sekitaran puncak. Kamipun bergegas.
Dan...
Perjuangan turun tidak kalah extreme dengan saat mendaki.
Ujung jari-jari kaki kami dimakan sepatu, beberapa kali kami harus mencari jalur yang nyaman untuk Orin, beberapa kali kami harus terpeleset karena jalur bebatuan pasir yang licin.
"Orin, sini injaknya ya.. Batunya yang lengket ini yg diinjak, jangan yang dipasir. Orin, kakinya jangan pasrah nak, pake tenaga nahan, kalau lalai orin bisa cedera kakinya. Orin.. Kesini nakk.. Di sini gak licin, ini direrumputan jadi sepatunya gk licin" kami tertinggal jauh dibelakang. Mas danang dan mas poter sudah meluncur duluan.
Seharusnya jadi lebih mudah saat turun dong, tapi... Akan sulit kalau turunnya pelan-pelan. Kita bisa seimbangkan badan dengan lari-lari kecil. SEHARUSNYAA....
Kekuatan kami ada pada Orin, jadi Orin yang menentukan irama langkah kami.
Lagi-lagi Orin sempat digendong abi pas turun...
Ssaarrrrttttttttt..... Peleset! Terjatuh abi dan orin
"Ehhh... Bi, orin. Gpp!! Udah-udah... Jalan.. Jalan aj. Pelan-pelan yang penting aman. Udah!" gk saya ijinkan lagi menggendong orin.
Kami bergantian terpeleset.
Peleset tapi jadi kocak.
Sssrrrttttt.... Gedubrak! Saya terpeleset, abi dan orin memandangi
"Alhamdulillah... Alhamdulillah" kataku
"Lho kok alhamdulillah mii.. Gak sakit" ujar orin histeris
"Kalau ami ucap alhamdulillah itu artinya gk sakit nakk" lempar senyum ke kedua kesayangan ku. Padahal sakit dikit... 😁
Begitu juga orin, kalau terjatuh, langsung bangun dianya dan berujar "alhamdulillah" senyum-senyum deh kaminya. ☺☺
Sesampai di camp..
"Kali ini abi yg masak nasi ya" kata abi. Hee... Soalnya semalam ami masak nasi lembek 😌 terbawa
dari rumah. Abinya gak suka nasi lembek. Oke... Ami bongkar tenda dan packing kalau begitu. Yaps...
Makan selesai, packing beres.. Kami turun. Sempat rest di camp membuat badan jadi malas. 😒
"Bii... Kaki kanan ami malaaas kali ngelangkah. Sekayak gak mau pulang dia bi" he... Alasan. Padahal memang berat sedikit kaki kanan dan jari-jari kaki pada sakit. Inilah penyakit kalau pakai sepatu makanya saya sering memilih pake sendal gunung.
"Ami duluan, abi dibelakang aj" ya.. Abi yang harus menimang kaki kanannya yang sudah cedera.
"Sakit ujung kaki orin mii.." sela orin
Slow motion gerakan turun, kali ini tidak sesulit saat turun dari puncak. Kami sudah bisa menimang badan kami masing-masing.
Sesampai di shelter 1, shelter dimana terletak mata air. Mas danang dan mas poter sudah duduk menikmati sejuk air mata air. Wuih.... Kami pun bergantian meneguk air segar itu, dan membasuh wajah kami.
Sedikit lagi....
Turun, turun... Sampai di jalur pavin block. Ew!! Curhatan kami sesampai di pos pejagaan.
"Itu jalur termalas sepanjang jalur Gunung Burnitelong" kataku
"Saya tadi malah mundur pas sampe situ" kata mas danang 😂
"Orin, terasaa kali sakit ujung kaki orin disitu tadi mi" keluh orin
Abi, dari atas tadi sudah tersisksa karena kakinya cedera, ia terus menyerngit sepanjang rute.
"Inilah yang abi malas, tracking pasti cedera" hiks.. Makanya milih main air aja bi ya.. Ngarung... Bathinku.
Tetap bersyukur, apapun ceritanya, adalah oleh-oleh manis cerita pendakian, yang tidak akan jadi cerita jika pengalaman pendakiannya biasa-biasa saja.
Orin, insting melangkahnya jadi makin terasah.
Dibanding dua tahun lalu saat orin berumur 4 tahun.
Nalurinya bercengkrama dengan alam membuatnya sudah pandai mengolah rasa, mengolah makna, mengolah pembanding dengan lingkungan diluar sana.
Bahwa alam harusnya begini, seimbang dan dijaga.
Alam bukan tempatnya sampah dan tempat berhura-hura.
Ada makhluk hidup lain selain kita, yang rumahnya seperti ini.
Hutan belantara.
InSyaAllah.. Banyak tempat membuat kita harusnya tetap tawadhu dan membuat kita selalu dalam keadaan berusyukur.
Semoga kau makin mencintai alam tempat kita hidup Orianna Putri Havi si Peri Gunung